Friday, March 29, 2024

Salak Baru Manis dan Katai

Rekomendasi
- Advertisement -
Madu probo andalan salak terbaru Kabupaten Sleman.
Madu probo andalan salak terbaru Kabupaten Sleman.

Pilihan baru pekebun salak, madu probo dan mawar katai.

Begitu Sugeng Riyanto mengupas kulit buah yang mengilap, tampaklah daging buah salak yang kekuningan. Ia mengunyah dan menelannya. “Daging buah empuk dan citarasanya lebih manis ketimbang pondoh,” kata dosen Jurusan Hubungan Internasional, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta itu. Itulah salak madu probo. Dengan kelebihan itu wajar bila harga jualnya lebih tinggi.

Harga pondoh berkisar Rp5.000, sedangkan madu probo Rp8.000 per kg. Bahkan saat hari raya harga madu probo Rp15.000 per kg, sedangkan pondoh Rp10.000 per kg. Ia pun kepincut mengembangkan salak baru itu lantaran cita rasa enak dan harganya yang tinggi. Pada 2007 Sugeng membeli 1.000 bibit seharga Rp50.000 per batang dan menanamnya di lahan 1.500 m2 di Desa Merdikorejo, Kecamatan Tempel, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.

Mujono (bertopi), Maryanto, dan Sugeng Riyanto (tengah) mengembangkan salak madu probo di Sleman.
Mujono (bertopi), Maryanto, dan Sugeng Riyanto (tengah) mengembangkan salak madu probo di Sleman.

Keturunan pondoh
Sugeng mendapat bibit cangkok madu probo dari pembibit di Sleman, Maryanto. Pekebun lain yang kesengsem madu probo yakni Mujono. Ia mengebunkan 700 batang madu probo di lahan 2.500 m2 sejak 2010. “Saya tertarik mengembangkan madu probo karena harganya bagus,” kata pekebun salak sejak 1994 itu. Sebelumnya Mujono menanam salak pondoh.

Saat ini madu probo milik Mujono berumur 5 tahun dan menghasilkan 15 kg per rumpun. Artinya saat musim panen raya pada November—Januari ia menuai 10,5 ton madu probo. Maryanto mengisahkan salak madu probo pertama kali dikembangkan oleh pekebun salak senior di Kecamatan Tempel, Sleman, Probo Kismanto pada 1980-an. Probo mendapati salak baru itu dari kebun pondoh miliknya.

Saat itu ia mendapati buah dari salah satu tanaman miliknya berbeda dari pondoh, warna kulit mengilap, ukuran buah lebih besar, dan lebih manis. Duri yang lebih lunak salah satu ciri madu probo. Probo memisahkan dan memperbanyak tanaman itu dan memberi nama madu probo. Nama itu mengacu kepada Probo, sang penemu. Sementara embel-embel madu pada salak itu menunjukkan bahwa citarasa amat manis bak madu.

Periset salak dari Balai Penelitian Tanaman Buah (Balitbu) Tropika, Solok, Sumatera Barat, Ir Sri Hadiati MP, menduga salak madu probo berasal dari hasil penyerbukan silang antartanaman. “Kemungkinan persilangan itu berasal dari tanaman asal biji karena banyak sifat yang berubah,” kata alumnus Jurusan Pemuliaan Tanaman Universitas Padjadjaran, Bandung, Jawa Barat, itu.

Mawar katai bersosok pendek dan genjah sehingga cocok untuk tabulampot.
Mawar katai bersosok pendek dan genjah sehingga cocok untuk tabulampot.

Bibit terbatas
Pengawas benih dari Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta, Tonny Koenardi SP, mengatakan bahwa Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan Perizinan Pertanian telah mengakui probo sebagai varietas lokal milik Sleman. Sementara sertifikasi salak madu probo masih dalam proses pengumpulan data. “Tujuan mendapat sertifikasi agar produksi benih bisa dilakukan,” kata Tonny.

Menurut alumnus Fakultas Pertanian Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta itu pekebun salak di Sleman mengembangkan probo di lahan 6,8 ha—total luas lahan salak 11.000 ha. Lambatnya penyebaran madu probo karena salak itu menyebar melalui hubungan kekerabatan. Meski masih sedikit pekebun yang menanam, permintaan salak madu probo semakin banyak.

“Terutama permintaan dari Jakarta,” kata Maryanto. Pengiriman salak ke Jakarta dua kali sepekan. Sekali kirim Maryanto mengemas 200—300 kg salak madu probo. Artinya ia menjual 1,6—2,4 ton snake fruit baru itu per bulan. Harga salak kelas A—terdiri atas 13—14 buah per kg—Rp13.500. Sementara harga salak kelas AB—terdiri atas 13—14 buah per kg Rp12.500.

Salak madu probo berumur 5 tahun menghasilkan 15 kg buah per rumpun.
Salak madu probo berumur 5 tahun menghasilkan 15 kg buah per rumpun.

Permintaan bibit madu probo pun relatif banyak. Maryanto menjual sekitar 1.000 bibit madu probo saban bulan. Harga bibit asal cangkok setinggi 80—150 cm mencapai Rp20.000—Rp35.000 per batang. Konsumen yang membeli bibit itu berasal dari berbagai kota seperti Medan, Provinsi Sumatera Utara, Bogor (Jawa Barat), dan Makassar (Sulawesi Selatan).

Salak hias
Meski memiliki keunggulan, buah anggota famili Arecaceae itu memiliki kekurangan. Menurut Sugeng masa simpan madu probo lima hari setelah petik. Sementara pondoh bertahan hingga 7 hari. Sri menuturkan daya simpan salak berhubungan dengan kadar air. Jika daya simpan singkat berarti kandungan air dalam buah relatif tinggi. Sugeng juga menuturkan hasil panen perdana salak madu probo tidak bisa maksimal.

Musababnya 30% buah sisik ular itu rusak karena serangan semut, sedangkan semut pada pondoh hampir tidak ada. Apalagi buah perdana relatif dekat dengan tanah sehingga semut mudah menyerang. Selain madu probo, salak anyar lain yakni mawar katai kreasi pakar buah dari Bogor, Jawa Barat, Gregori Garnadi Hambali. Ia menyilangkan pade dan mawar pada 2007—2008.

Disebut katai karena sosoknya pendek, hanya 1 m. Padahal tinggi salak mawar bisa lebih dari 2 m. “Penampilan mawar menjadi pendek karena dikawinkan dengan salak pade asal Bali,” kata alumnus Universitas Birmingham, Inggris, itu. Pade menurunkan sifat sosok tanaman yang pendek. Citarasa mawar katai manis dan produktivitas menitis dari salak mawar. Produktivitas mawar katai mencapai 20—30 buah per tandan.

Mawar katai bercitarasa manis menitis dari mawar.
Mawar katai bercitarasa manis menitis dari mawar.

Sementara pade menghasilkan 8 buah per tanaman. Kelebihan lain mawar katai adalah bersifat genjah alias cepat panen. Tanaman berbuah perdana saat berumur 3 tahun. Pade baru berbuah saat berumur 4 tahun. “Sebenarnya saya menyilangkan pade dengan mawar agar citarasanya enak. Sebab citarasa asli pade sepat,” kata Greg.
Ia mendapatkan pade dari pekebun salak di Desa Sabetan, Kecamatan Bebandem, Kabupaten Karangasem, Bali, I Ketut Karya. Menurut Greg salak mawar katai lebih cocok sebagai salak hias. Sebab,”Sosok salak itu pendek dan genjah sehingga cocok untuk tabulampot. Perawatan juga mudah,” kata pria berumur 66 tahun itu.

Konsumen yang memiliki lahan terbatas pun bisa menanam salak mawar kate. Greg belum melepas salak mawar katai ke pasaran karena masih dalam tahap penelitian. Ia berencana mengembangkan salak tanpa duri sama sekali sehingga tidak berbahaya bagi pekebun. Ketut Karya berharap jika penelitian Greg berhasil, ia bisa mengembangkan salak pade yang disilangkan dengan mawar di daerahnya. (Riefza Vebriansyah)

 

- Advertisement -spot_img
Artikel Terbaru

Teknik Budidaya Benih Kentang Bertingkat Di Kabupaten Karo : Panen Hingga 40 Ton Umbi Kentang Per Hektare

Trubus.id— Budidaya kentang bertingkat meningkatkan produksi benih. Itulah yang dirasakan penangkar benih kentang di Desa Bukit, Kecamatan Dolat Rayat,...
- Advertisement -spot_img

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img