Penduduk bumi pun akhirnya kembali tenang setelah alien jadi pecundang. Itulah nukilan . lm Predator vs Alien garapan sutradara Paul Anderson. Pertarungan serupa juga terjadi di sentra-sentra sayuran di Jawa Timur. Yang bertarung virus liliput bernama Nuclear Polyhidrosis Virus melawan hama ulat grayak.
Oleh pekebun, virus itu disemprotkan di sekujur tanaman. Ketika malam tiba, ulat grayak berpesta por a m e ny ant ap b e r a g am daun sayuran seperti bawang merah, kedelai, kubis, dan kentang. Hama aktif pada malam hari. Itulah awal bencana bagi Spodoptera litura. Sang virus memperbanyak diri dalam inti sel inang. Makhluk berukuran 0,05 – 15,00 µm ini langsung menguasai seluruh tubuh. Virus itu memang menyerang ulat grayak secara keroyokan.
Kini giliran virus yang berpesta menyantap tubuh gemuk ulat. Mulamula rombongan virus itu menikmati usus tengah. Kemudian menyusul organ tubuh lain, trakea, hipodermis, sel lunak, dan sel darah. Serangan balik virus itu terjadi bila tingkat keasaman usus ulat berkisar pada pH 8—9. Secara kasat mata, tubuh ulat itu membengkak, pecah, dan mengeluarkan cairan berwarna cokelat susu. Cairan itu mengandung jutaan NPV berbau busuk dan siap mencari protein pada ulat grayak lain. Infeksi terjadi selama 3—4 hari, ditandai dengan meningkatnya kemampuan ulat untuk makan, tubuh membengkak, punggung ulat menjadi lunak, rapuh, mudah robek dan bergerak hiperaktif mencapai pucuk daun di tingkat yang paling atas akibat perbanyakan partikel-partikel NPV.
Hemat
Infeksi NPV terhadap ulat grayak dipengaruhi oleh umur larva, suhu, dan dosis yang tertelan. Ulat yang baru menetas pun dapat terinfeksi karena memakan kulit telurnya sendiri yang dilekati NPV saat membuat lubang keluar. Jika infeksi terjadi pada ulat instar-1, cairan ulat terlihat putih susu. Pada ulat instar-3 dan instar-4 yang terinfeksi NPV, perut berwarna putih kecokelatan, punggung cokelat susu kehitaman. Bila larva instar-5 dan instar-6 terinfeksi NPV dan bertahan, saat stadia pupa akan membusuk. Seandainya bertahan sampai pada stadia imago, bentuk sayap mengeriting.
NPV banyak dimanfaatkan pekebun sayuran di Tulung agung dan Ponorogo. Penggunaan 200 ml NPV mampu mengenyahkan seluruh populasi larva Spodoptera litura dalam 6 hari setelah aplikasi. Pada uji coba 67—75 larva ulat menuai ajal di setiap 45 rumpun padi. Sedangkan pada konsentrasi 100 ml/ha, persentase penurunan populasi ulat grayak mencapai 100% terjadi pada 12 hari setelah aplikasi. Pembasmian ulat dengan NPV pada konsentrasi kurang dari 20 ml tidak memberikan penurunan populasi yang berarti. Bila dikombinasikan dengan insektisida kimia sihalodrin, dosis rendah itu tetap efektif membunuh larva hingga 100%.
Bioinsektisida itu meningkatkan pendapatan pekebun karena biaya penyemprotan jauh lebih rendah dibandingkan dengan pengendalian secara kimiawi. Sebagai perbandingan untuk 1 ha lahan per musim tanam hanya butuh Rp 100.000 untuk membeli starter jika pekebun tidak ingin mencari ulat mati terinfeksi NPV. Bandingkan dengan insektisida kimia yang mencapai Rp 300.000 untuk luasan yang sama. Pembuatan bioinsektisida secara sederhana telah dilakukan oleh pekebun di Probolinggo. Keunggulan lain, penggunaan NPV tidak berdampak negatif terhadap kelangsungan hidup hewan lain dan ramah lingkungan. Oleh karena itu pestisida alami SlNPV sangat berpeluang mengurangi penggunaan insektisida kimia. Penggunaan insektisida kimia sangat tidak efektif karena harganya mahal dan membuat ulat menjadi resisten sehingga pembasmian tidak tercapai 100%. (Dr Sc. Agr. Didik Sulistyanto, Dosen Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Jember).
Cara Buat Amunisi
Untuk memperbanyak NPV amat mudah. Ambil ulat Spodoptera litura dari kebun sayur-sayuran sebanyak 100 ekor larva yang berukuran panjang antara 2—3 cm. Kumpulkan dalam toples dan beri makan daun sayuran yang telah dicelup atau ditetesi dengan larutan NPV selama 3-4 hari hingga ulat mati. Bisa juga digunakan larva dari kebun yang telah terinfeksi berwarna hitam, bertubuh gendut, beraroma menyengat dan menggantung membentuk huruf V. Gerus ulat-ulat itu hingga jadi bubuk sebelum dilarutkan dalam 400 liter air bersih dan langsung digunakan untuk penyemprotan. Sehektar lahan membutuhkan 1.500 ulat grayak hidup atau mati.
Selain dalam bentuk cair, pestisida alami itu bisa disimpan dalam bentuk bubuk. Caranya tambahkan 1 kg kaolin atau laktosum pada gerusan ulat grayak. Kemudian anginkan selama 3—4 hari di atas nampan plastik. Pestisida alami NPV tahan simpan hingga 1 tahun jika dikemas dalam plastik. Dosis penggunaan dalam bentuk bubuk adalah 1,5 gram yang dilarutkan dalam 400 ml air untuk penyemprotan 1 hektar lahan.
Penyemprotan dilakukan pagi atau sore saat hama keluar dari persembunyian. NPV efektif bila tidak terkena sinar matahari. Daun yang tidak sempat dimakan ulat, NPV-nya masih aktif walau daya bunuh berkurang. Virus yang lebih virulen (ganas) dapat mematikan larva dalam 2—5 hari, tetapi yang kurang virulen membutuhkan 2—3 minggu untuk mematikan inangnya. (Didik Sulistyanto).