Setahun lalu, saat Trubus berkunjung, kolam-kolam itu belum ada. Yang tampak di samping lokasi peternakan Agung hanya sebidang tanah kosong ditumbuhi rerumputan. Agung menernakkan walet di dalam kurungan terbuat dari jaring. “Kolam baru ini sengaja dibangun dekat tempat ternak agar nantinya walet mudah menyambar,” kata Annisa, penanggung jawab Walet Feedmill itu.
Sejatinya Agung sudah menggunakan mrutu untuk memenuhi kebutuhan pakan walet. Untuk itu Agung menyulap gudang berukuran 10 m x 20 m sebagai tempat budidaya mrutu. Serangga mirip lalat buah dari genus Diptera itu pakan terbaik dibandingkan kroto (telur semut rang-rang) dan serangga kecil lain seperti nyamuk, laron, dan agas. “Virtu diternak sebagai pakan alternatif agar walet tak bosan,” ujar pemilik Walet Feedmill itu.
Kaya serat
Di alam, walet memakan ratusan jenis serangga. Penelitian Dr Nigel Langham di Penang, Malaysia, menunjukkan serangga jenis hymenoptera, ephemeroptera, homoptera, dan diptera, adalah pakan kesukaan walet. Agung mencoba mencari serangga alternatif pakan ternak walet. Secercah harapan muncul saat ia melihat sekawanan walet yang kerap mengitari danau sambil sesekali menyambar mangsa. “Di sana rupanya banyak gerombolan serangga yang disukai walet,” ujar Agung.
Lewat serangkaian uji coba selama 6 tahun, dimulai sejak 2002, Agung hakul yakin serangga bersayap itu potensial sebagai pakan walet. Sayang, serangga mirip mrutu itu tak diketahui nama, apalagi jenisnya. Agung hanya menduga serangga itu masuk golongan diptera. Agung pun memberi nama virtu. “Singkatan dari vision number two,” ujarnya.
Dari pelacakan Trubus ke berbagai ahli serangga dalam dan luar negeri, virtu tergolong keluarga Ephydridae. “Jenis itu paling banyak ditemukan di daerah perairan,” ujar Dr Paul Beuk, entomologist— ahli serangga—asal Belanda. Menurut Paul, kelompok ephydridae hidup dari sisa-sisa bahan organik yang membusuk. “Serangga itu santapan lezat beberapa predator, termasuk walet,” katanya.
Ukuran virtu 3 mm, lebih besar 1 mm daripada mrutu. “Walet yang makan virtu akan lebih cepat kenyang,” kata Agung. Menurut Dr Woro A Noerdjito, penulis makalah Macam-macam Serangga Makanan Walet dan Kemungkinan Penangkarannya, serangga pakan walet idealnya dapat terbang, lunak, kecil, dan mudah terbawa angin. Nah, tubuh virtu tergolong lunak. Jarak terbangnya pun pendek, hanya sekitar 2 m. Pun, sayap virtu yang panjang membuat kecepatan terbangnya rendah sehingga mudah disambar walet.
Soal kandungan gizi, virtu tak kalah dengan mrutu. Dari hasil uji di laboratorium Sucofi ndo, virtu mengandung 59,20% protein. Nilai itu lebih rendah daripada mrutu yang mencapai 59,74%. Namun, itu sudah cukup, karena walet hanya membutuhkan 55—60% protein. Protein diperlukan untuk pertumbuhan otot dan jaringan tubuh.
Mudah diternak
Virtu hidup di dataran tinggi bersuhu 10—150C. Makanya, sebelum diternak, virtu harus diadaptasikan dengan suhu lingkungan perlahan-lahan. Awalnya, virtu diletakkan dalam ruangan berpendingin 10—150C. Setelah lahir generasi kedua, selang 2 minggu, suhu dinaikkan 50C dan seterusnya hingga ia bisa hidup pada suhu 340C. “Virtu akan beradaptasi setelah 2 bulan,” ujar Agung.
Budidaya virtu tidak susah. Lahan tidak perlu besar, cukup kolam ukuran 10 m x 15 m. “Jenis ephydridae memang berkembang biak di air,” kata Paul. Lantaran dibudidayakan di tempat terbuka, virtu kerap memancing walet yang beterbangan di dekat lokasi peternakan. Dari kolam itu cukup untuk menghidupi 1.000 walet.
Waktu budidaya virtu tergolong singkat. “Hanya butuh 10 hari sedangkan mrutu 14 hari,” ujar Agung. Saat budidaya, kolam perlu dibagi menjadi dua bagian. Bagian tengah untuk serangga dewasa dan pinggir ditanami tumbuhan air seperti kiambang Pistia stratiotes sebagai tempat larva menempel. Kedua bagian itu dipisahkan kawat sejauh 30 cm dari bibir kolam agar kiambang tak menjalar sampai tengah kolam.
Virtu sangat menyukai protista (jamur lendir). Untuk itu kolam seluas 14 m2 ditebar limbah nabati berupa tepung ikan dan tepung dedak sebanyak 3 kg per minggu. Limbah berfungsi sebagai media tumbuh jamur. Jumlah itu kemudian ditingkatkan tiap 10 hari, hingga maksimal 25 kg per minggu.
Berbeda dengan budidaya mrutu yang masih menyisakan limbah, virtu bebas limbah. “Yang dimakan virtu jamur yang tumbuh di atas limbah. Bukan limbah itu sendiri,” kata Agung. Namun, bila populasi jamur lendir melimpah hingga timbul bau tidak sedap dapat disiasati dengan memberi bakteri lactobacillus. “Suspensi bakteri berbentuk cairan itu dituang 200 cc per 2 minggu,” tambah Agung. Kelebihan lain, virtu hanya terbang di seputaran kolam sehingga tidak mengganggu lingkungan sekitar.
Produktivitas virtu belum dapat diketahui pasti lantaran tidak dapat dipanen mati. “Sulit memanen virtu lantaran hidupnya di air serta larvanya menempel di tanaman air,” tutur Agung. Namun, hitung-hitungan di atas kertas, biaya produksi virtu 50% lebih murah dibandingkan mrutu. Ditambah lagi, “Virtu dapat langsung dimakan walet tanpa harus dipanen terlebih dahulu,” tutur Agung. (Andretha Helmina/Peliput: Tri Susanti)
Mrutu Vs Virtu
Parameter |
Mrutu |
Virtu |
Kandungan abu (%) |
4,90 |
4,88 |
Air (%) |
4,76 |
2,30 |
Lemak (%) |
23,03 |
29,31 |
Protein kasar (%) |
59,74 |
59,20 |
Serat (%) |
5,46 |
7,24 |
Karbohidrat (%) |
2,11 |
0 |
Kalori (kcal/100 g) |
454,67 |
500,59 |
Sumber: Walet Feedmill Group
Kolam budidaya virtu
Virtu, keluarga Ephydridae
Walet cepat gemuk dengan pakan virtu
Foto-foto: Tri Susanti & Andretha Helmina