Thursday, December 5, 2024

Siasat Atasi Wereng Cokelat

Rekomendasi
- Advertisement -
Wereng menghisap cairan padi dari pelepah daun. (Dok. Trubus)

Petani gagal panen akibat serangan wereng cokelat. Daun suren salah satu pilihan untuk mengendalikan hama itu.

Wereng biasanya mulai menyerang pada padi yang masih muda. (Dok. Trubus)

Trubus — Umur wereng batang cokelat Nilaparvata lugens hanya 28—33 hari. Serangga anggota famili Delphacidae itu tinggal di pangkal batang padi dan bertelur di dalam pelepah padi. Namun, begitu wereng berulah, petani terancam gagal panen. Serangga itu hidup dengan mengisap cairan padi sehingga tanaman mengering dan mati. Makin lama, hama itu mengakibatkan kerugian yang serius.

Menurut Koordinator Klinik Tanaman Institut Pertanian Bogor, Bonjok Istiaji, S.P., M.Si, tingkat kerusakan akibat serangan wereng cokelat mencapai 100%. Celakanya wereng cokelat juga membonceng organisme penggangggu tanaman lain. Bonjok mengatakan, weereng cokelat berperan sebagai vektor virus kerdil hampa atau rice ragged stunt virus (RRSV) dan kerdil rumput atau rice grassy stunt virus (RGSV).

Hari ke-10

Bila serangan keduanya terjadi, akan memperparah kerugian. Serangan awal wereng cokelat biasanya pada padi muda setelah pemupukan pertama pada hari ke-10 setelah tanam. Akibat serangan wereng pertumbuhan padi terhambat, bahkan rumpunnya berkurang.

Ketika terserang wereng padi akan tampak mengering, bila dibiarkan dapat mengakibatkan gagal panen. (Dok. Trubus)

Bonjok menyarankan petani membabat dan membakar padi yang terserang. Selain menghindari wereng pindah ke lahan lain, sekaligus menghindari sisa-sisa wereng yang dapat mengganggu musim tanam selanjutnya. Magister Entomologi alumnus Departemen Proteksi Tanaman Institut Pertanian Bogor itu menyarankan ketahanan ekologis dalam mengendalikan wereng. Artinya pengendalian tidak hanya dilakukan terfokus pada wereng sebagai sasaran.

Petani harus mengondisikan lingkungan sehingga tidak mendukung perkembangan wereng. Misalnya menghentikan aplikasi pupuk nitogen yang terlalu tinggi. Petani memberikan rata-rata 120 kg pupuk nitrogen per hektare. Pemberian nitrogen berlebihan menyebabkan sel tanaman renggang sehingga menjadi peka terhadap serangan hama dan penyakit.

Kombinasi pengendalian

Penyemprotan insektisida yang tepat waktu dapat memutus mata rantai perkembangbiakan wereng cokelat. Bonjok mengatakan, petani baru boleh menyemprot pestisida saat pengamatan menemukan nimfa yang baru menetas. “Itu pun paling lambat 3 hari sesudahnya sudah harus disemprot. Selain kondisi itu tidak boleh,” kata pria kelahiran Juli 1974 itu.

Menurut Bonjok penyemprotan pada serangga dewasa tidak efektif mengendalikan populasi. Penyebabnya wereng bisa terbang sehingga mudah berpindah dari satu titik semprot. Insektisida yang digunakan harus yang mendapat izin edar. Selain itu petani harus merotasi bahan aktif pestisida untuk menghindari resistensi wereng. Di pasaran terdapat beberapa insektisida dengan beragam bahan aktif seperti buthylphenylmethyl carbamate, karbofuran, dan dimehipo.

Suren bahan baku pestisida nabati. (Dok. Trubus)

Upaya lain mengendalikan wereng dengan agen hayati. Menurut Bonjok pemanfaatan agen hayati dapat berupa parasitoid, cendawan, dan bakteri endofit. Sekadar contoh pemanfaatan bakteri endofit efektif mengontrol wereng cokelat (baca: Jangan Lagi Berulah, Nilaparvata! halaman 100). Siasat lain pemanfaatan musuh alami atau predator seperti laba-laba, capung jarum, dan kumbang koksi.

Menurut Bonjok aplikasi agen hayati dilakukan sedini mungkin pada awal musim tanam. Kiat lain mengendalikan wereng cokelat dengan penyemprotan insektisida. Menurut Riset Muhammad Subandi dan rekan dari Jurusan Agroteknologi Universitas Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati insektisida berbahan aktif buthylphenylmethyl carbamate (BPMC) menekan populasi hama wereng. Subandi menggunakan konsentrasi 50 g per liter. Namun, efek samping penyemprotan insektisida musuh alami wereng ikut mati.

Di sisi lain penyemprotan insektisida juga menghasilkan produksi gabah tertinggi yakni 37,80 kg per petak. Hasil itu cukup signifikan bila dibandingkan dengan perlakuan kontrol hanya 32,63 kg per petak. Pada riset itu Subandi juga membandingkannya dengan ekstrak daun suren Toona surenii. Perlakuan ekstrak daun suren berkonsentrasi 50 gram per liter dapat menekan populasi wereng cokelat. Pemanfaatan daun tanaman anggota famili Meliaceae itu tidak memengaruhi populasi musuh alami. Artinya yang menjadi target hanya hama wereng cokelat. (Hanna Tri Puspa Borneo Hutagaol)

Previous article
Next article
- Advertisement -spot_img
Artikel Terbaru

Harga Pangan 04 Desember 2024:  Bawang dan Cabai Kompak Naik

Trubus.id–Sejumlah harga pangan pada 04 Desember 2024 berdasarkan Panel Harga Pangan, Badan Pangan Nasional pukul 12.40 WIB mengalami kenaikan. Harga...
- Advertisement -

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img