Thursday, December 5, 2024

Strategi Atasi Musuh Jagung

Rekomendasi
- Advertisement -
Indonesia masih menjadi negara pengimpor jagung
Indonesia masih menjadi negara pengimpor jagung

Empat cara hadapi hama penggerek batang dan gulma pada jagung.

Mestinya Purnomo menuai 15 ton jagung pipil kering dari lahannya seluas 2 ha. Harga jagung pipil kering di tingkat petani mencapai Rp2.700 per kg. Petani di Kelurahan Sumurmati, Kecamatan Sumberasih, Kabupaten Probolinggo, Provinsi Jawa Timur, bakal mengantongi Rp40.500.000. Celaka tiga belas, menjelang panen ribuan ulat menggerek batang Zea mays di lahannya.

Akibat serangan larva anggota famili Crambidae itu Purnomo hanya menuai 9 ton kering, mestinya 15 ton dari lahan 2 ha. Pekebun 44 tahun itu rugi Rp18-juta. Larva itu merampok 40% keuntungan Purnomo. Menurut Ir A Haris Talanca, peneliti hama dan penyakit jagung dari Balai Penelitian Tanaman Serealia (Balitsereal), di Kabupaten Maros, Provinsi Sulawesi Selatan, hama penggerek batang musuh utama petani jagung.

Serangan hama penggerek batang pada jagung rugikan petani hingga 80%
Serangan hama penggerek batang pada jagung rugikan petani hingga 80%

Bunga jantan
Haris Talanca mengatakan, “Jika tidak dikendalikan, kerugian petani bisa mencapai 80% dari hasil panen.” Serangan Ostrinia furnacalis itu juga tak kenal musim. “Musim kemarau maupun hujan sama ganasnya,” kata Haris. Gejala serangan hama penggerek batang, munculnya lubang kecil di daun, lubang gorokan di batang, bunga jantan atau pangkal tongkol sehingga batang dan bunga jantan mudah patah.

“Sifat hama penggerek batang jagung memang tertarik bunga jantan, penggerek makan dan meletakkan telurnya terutama di daun bagian atas di bawah bunga jantan,” ujar alumnus Universitas Hasanudin itu. Menurut Purnomo bunga jantan pada jagung tumbuh di pucuk tanaman, bentuknya memanjang dan menjulang ke atas. Serbuk sari berwarna kuning dan beraroma khas. Bunga jantan jagung siap menyerbuki pada 2—5 hari lebih cepat daripada bunga betina yang tersusun dalam tongkol.

Serangga dewasa atau imago mulai meletakkan telur pada tanaman yang berumur 14 hari. Itulah sebabnya salah satu strategi mencegah serangan penggerek batang memangkas bunga jantan setelah bakal buah muncul di ruas batang. Kemudian pendam bunga jantan agar tak menjadi inang hama. Itulah hasil penelitian periset dari Fakultas Pertanian, Universitas Patimura, Ambon, Maluku, John Alfred Patty. Ia meriset pengendalian hama ganas itu pada 720 tanaman jagung dengan empat perlakuan.

Selain memangkas bunga jantan, Patty menyarankan penyemprotan insektisida nabati berbahan ekstrak biji bitung Baringtonia asiata saat jagung berumur 7 hari setelah tanam. Konsentrasi 50 cc per liter. Ia menyemprotkannya setiap 7 hari sekali hingga sepekan sebelum panen. Biji pohon anggota famili Lecythidaceae itu mengandung senyawa aktif saponin dan triterpenoid. Senyawa itu mampu mengontrol populasi penggerek batang hingga 40% karena menjadi racun perut hama penggerek batang.

Perlakuan ketiga, menyemprotkan insektisida kimia berbahan aktif deltamethrin 25 g per liter. John Alfred Patty menyemprotkannya saat jagung berumur 7 hari dengan konsentrasi 1 cc per liter setiap 7 hari hingga 2 pekan sebelum panen. Keempat, ia menaburkan pupuk Urea saat tanaman berumur 21 hari dan memberikan pupuk NPK saat tanaman berumur 49 hari masing-masing berdosis 10 g per tanaman. Menurut Patty pemberian pupuk itu mampu meningkatkan “kekebalan” tanaman jagung sehingga tak mudah diserang hama.

Purnomo mengharapkan ada benih jagung yang mampu atasi hama penggerek batang dan tahan herbisida glyphosate
Purnomo mengharapkan ada benih jagung yang mampu atasi hama penggerek batang dan tahan herbisida glyphosate

Gulma
Hasil riset itu menunjukkan pengaruh perlakuan berbeda nyata dengan kontrol atau tanpa perlakuan. Pada setiap perlakuan, populasi larva hanya 2—3 ekor, sementara kontrol mencapai 5 ekor per batang. Intensitas kerusakan tanaman juga lebih sedikit pada setiap perlakuan, yaitu 18—27%. Bandingkan dengan kontrol yang mencapai 58%. Hasil panen kelompok perlakuan pun meningkat dengan bobot tongkol yang lebih besar mencapai 251—298 gram per tongkol, sementara kontrol hanya 182 gram.

Selain rongrongan hama, pekebun seperti Purnomo juga kewalahan menghadapi gulma. Di pasaran memang tersedia herbisida berbahan aktif glyphosate yang ampuh memberantas gulma. Sayangnya, herbisida itu tidak selektif—bukan hanya mematikan gulma, tetapi jagung pun ikut mati. Purnomo berharap besar kepada produsen benih untuk menghasilkan benih yang tahan glyphosate.

“Dengan benih tahan glyphosate, petani jagung akan mudah memberantas gulma. Karena tanaman utama tidak terganggu senyawa herbisida,” ujar petani 44 tahun itu. Direktur Southeast Asian Regional Centre for Tropical Biology (Seameo Biotrop), Prof Dr Bambang Purwantara MSc, DVM, mengungkapkan bahwa benih jagung tahan glyphosate itu sudah ada dengan sentuhan bioteknologi atau transgenik yang menunggu perizinan.

Bambang mengatakan, “Tidak perlu ada kekhawatiran yang berlebihan karena kita selama ini sudah mengonsumsi tanaman transgenik. Contohnya kedelai, karena hingga hari ini kita masih impor kedelai dari negara-negara pengguna transgenik seperti Amerika Serikat dan Brasil. Maka sudah seharusnya Indonesia mempercepat pengembangan tanaman transgenik itu.”

Diskusi dalam acara kunjungan ke industri benih yang diselenggarakan Indonesia Biotechnology Information Center (indoBic) bekerjasama dengan kelompok Tani Nelayan Andalan (KTNA)
Diskusi dalam acara kunjungan ke industri benih yang diselenggarakan Indonesia Biotechnology Information Center (indoBic) bekerjasama dengan kelompok Tani Nelayan Andalan (KTNA)

Transgenik
Menurut Herry Kristanto, corporate affairs lead PT Branita Sandhini, kebutuhan jagung Indonesia sangat besar. Dalam lima tahun terakhir impor jagung Indonesia terus meningkat. Pada 2009 Indonesia mengimpor 300.000 ton jagung. “Gabungan Pengusaha Makanan Ternak memperkirakan kebutuhan jagung Indonesia meningkat menjadi 3,6—juta ton atau 10 kali lipat pada 2014. Kalau tidak ada upaya dari pemerintah dan kita semua, maka impor terus meningkat. Jagung komponen utama pakan ternak yakni mencapai 50—60%,” ujarnya.

Kristanto mengatakan, benih jagung transgenik menjadi solusi permasalahan budidaya. Menurut Herry sudah banyak petani jagung yang menggunakan benih berkualitas hasil hibrida dan kini saatnya untuk beralih ke teknologi yang lebih baik lagi yaitu benih jagung hasil bioteknologi atau transgenik. Ketua Komisi Keamanan Hayati Produk Rekayasa Genetika, Prof Agus Pakpahan menyampaikan hal senada.

Pakpahan mengatakan di dunia kini setidaknya ada 175-juta hektar lahan yang ditanami tanaman transgenik. “Hampir semua tanaman jagung di Amerika Serikat adalah transgenik. Argentina, misalnya, mengadopsi transgenik sejak 1996. Bahkan negara itu bisa membayar utang dari ekspor jagung, kedelai, dan tanaman sejenisnya. Sudah saatnya Indonesia mengikuti,” ujarnya.

Menurut Agus prinsip kehati-hatian tetap dipegang. “Jangan mengartikan hati-hati sebagai takut. Ibarat penerjun payung pasti pada mulanya juga takut, tetapi dengan prinsip kehati-hatian, penerjun itu bisa selamat dan berhasil. Begitu juga pada teknologi transgenik,” ujar Agus Pakpahan. Dengan beragam teknologi itu, hambatan bertani jagung semakin terkurangi. (Bondan Setyawan)

 

Previous article
Next article
- Advertisement -spot_img
Artikel Terbaru

Harga Pangan 04 Desember 2024:  Bawang dan Cabai Kompak Naik

Trubus.id–Sejumlah harga pangan pada 04 Desember 2024 berdasarkan Panel Harga Pangan, Badan Pangan Nasional pukul 12.40 WIB mengalami kenaikan. Harga...
- Advertisement -

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img