Monday, June 16, 2025

Tantangan Membudidayakan Ikan Belida

Rekomendasi

Trubus.id— Membudidayakan ikan belida memiliki tantangan tersendiri. Hal itu karena ikan belida semula merupakan ikan liar, sehingga saat dibudidayakan peternak perlu bisa menyesuaikan lingkungan budidaya sesuai habitat alamnya.

Menurut Pelaksana Teknis budidaya ikan belida di Unit Pelaksana Teknis Balai Perikanan Budidaya Air Tawar (UPT BPBAT) Mandiangin, Puji Widodo, S.Pi., tantangan mengembangkan belida yaitu tingkat adaptasi. Saat itu pada 2004 para teknisi budidaya belum memahami cara pemijahan belida.

Oleh karena itu, untuk memperbanyak populasi belida hanya mengandalkan pemijahan alami. Teknisi budidaya harus mempersiapkan kayu ulin berukuran 30 × 30 cm sebagai substrat untuk tempat peletakan telur belida.

Sekali pemijahan, induk belida menghasilkan 200— 500 telur berukuran diameter 4 mm. Setelah 7—8 hari telur menetas hanya 60—70%. Puji Widodo dan tim membudidayakan belida di UPT BPBAT sejak 2004.

Durasi budidaya mencapai 2—3 tahun hingga mencapai ukuran induk. Kemudian tim teknisi budidaya mengirimkan ikan hasil budidaya itu ke beberapa instansi seperti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Institut Pertanian Bogor (IPB), dan Universitas Gadjah Mada (UGM) untuk pengidentifikasian jenis.

Setelah uji karakter morfologi, hasil tes berbeda. BRIN mengidentifikasi ikan belida dari Waduk Riam Kanan sebagai belida borneo (Chitala borneensis), IPB menyebutnya sebagai belida sumatra (Chitala hypselonotus), dan hasil uji genetik dari UGM menganggapnya lebih dari 98% kemiripan ke Chitala lopis.

Setelah menemui banyak pakar, kemungkinan ada dua jenis belida yaitu Chitala hypselonotus dan Chitala borneensis yang berkembang di Waduk Riam Kanan. “Sementara untuk Chitala lopis, berdasarkan literatur jenis itu telah dinyatakan punah oleh lembaga konservasi dunia atau IUCN Red List,” kata Dodo, panggilan akrab Puji Widodo.

Periset di Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB, Alam Putra Persada dan rekan, menyatakan bahwa jarak genetik antara populasi belida Kalimantan Selatan dan Kalimantan Barat sebesar 1,58%.

Adapun jarak genetik antara belida asal Lampung dan Kalimantan Barat sebesar 0,57% yang memiliki 13 situs nukleotida. Sementara populasi belida dari Kalimantan Selatan hanya memiliki 9 situs nukleotida. Belida Kalimantan Barat memiliki kekerabatan dengan belida asal Lampung (0,57%) dibandingkan dengan belida asal Kalimantan Selatan (1,58%).

- Advertisement -spot_img
Artikel Terbaru

Peluang Pasar  Sarang Burung Walet Indonesia di Pasar Jepang

Trubus.id - Indonesia merupakan produsen sarang burung walet terbesar di dunia. Dengan lebih dari 90 persen produksi global berasal...

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img