Monday, March 20, 2023

Tentara Penyusup di Ladang Jagung

Rekomendasi

Hama ulat grayak spesies baru merusak ladang jagung di Indonesia. Mereka datang dari Amerika Serikat masuk ke Asia pada 2018.

Tanaman jagung muda terserang FAW di Pasaman Barat, Sumatera
Barat.

Trubus — Dua kebun jagung di Desa Kotobaru, Kecamatan Luhak Nan Duo, Kabupaten Pasaman Barat, Sumatera Barat, rusak parah akibat serangan hama. “Itu kali pertama saya melihat kerusakan parah pada jagung. Selama ini belum ada hama pada jagung yang memberikan kerusakan seperti itu,” kata anggota staf pengajar di Departemen Proteksi Tanaman, Institut Pertanian Bogor (IPB), Dr. Dra. Dewi Sartiami M.Si.

Serangan FAW menurunkan produksi jagung tahunan 21—53%.

Serangan ganas itu merusak jagung sejauh mata memandang. Salah satu kerusakan parah yaitu titik tumbuh pada pucuk terpotong. Berdasarkan gejala kerusakan dan kotoran yang mirip serbuk gergaji, Dewi menyimpulkan hama itu termasuk ulat tentara musim dingin atau fall army worm (FAW).

Merugikan petani

Dosen di Departemen Proteksi Tanaman, Institut Pertanian Bogor (IPB), Dr. Idham Sakti Harahap, M.Si., mengatakan sebutan FAW lantaran perilaku Spodoptera frugiperda bersifat gregarius—hidup bergerombol dalam kelompok besar, berpindah tempat, dan menimbulkan kerusakan besar pada tanaman. Perilaku itu terjadi pada akhir musim panas atau awal musim gugur.

Adanya garis mirip huruf Y terbalik di kepala, empat bintik besar (pinacula) pada abdomen segmen 8 (A8) membentuk segi empat, tiga garis pada bagian atas tubuh, dan garis lebar seperti pita pada lateral tubuh makin meyakinkan Dewi ulat itu adalah FAW.

Tujuan Dewi mengunjungi kebun jagung itu memang untuk memastikan apakah ulat itu termasuk FAW atau bukan. Harap mafhum hama asal Amerika Serikat itu pendatang baru di Indonesia. FAW kali pertama terdeteksi di Nigeria pada 2016. Lebih dari 44 negara dan 80 jenis tanaman di dunia terserang ulat tentara itu dalam tiga tahun. Menurut Idham FAW tersebar karena terbawa pada sayuran, buah, dan tanaman hias.

Amerika Serikat mengirim beragam komoditas ke negara-negara di Eropa menggunakan transportasi udara. FAW masuk ke Asia pada 2018. Kehadiran FAW mengancam ketahanan pangan dunia. Data Pusat Biosains Pertanian Internasional di Afrika menyatakan FAW menurunkan hasil panen jagung tahunan 21—53%. Sementara biaya pengendalian FAW pada jagung di Brasil lebih dari US$600 juta per tahun.

Ulat Spodoptera frugiperda hama
pendatang baru di Indonesia. (Dok. Dewi Sartiami)

Idham menuturkan, FAW sulit dikendalikan dan cepat menyebar lantaran imago alias serangga dewasa merupakan penerbang yang sangat kuat. Imago FAW dapat terbang sejauh 100 km per hari. Keberadaan larva pada populasi rendah juga sulit terdeteksi karena berada dalam bagian tanaman dan aktif makan. Itu menyulitkan petani memberantas hama FAW. Selain itu kecepatan reproduksi serangga itu juga sangat tinggi. Ngengat betina menghasilkan 1.844 telur dan terjadi susul-menyusul antargenerasi setiap tahun.

Kolaborasi

Adanya ulat S. frugiperda di Sumatera Barat pun mengancam populasi jagung dan tanaman lain di tanah air. “Mudah-mudahan FAW di Indonesia segera teratasi,” kata Idham. Lebih lanjut ia mengatakan penggunaan insektisida sebaiknya ketika hama dalam fase instar 1 atau 2. Alasannya saat itu hama masih di luar tanaman sehigga lebih efektif. Idham juga berharap jenis FAW yang masuk ke Indonesia tidak resisten terhadap pestisida.

Ketua Tim Teknis Komisi Pestisida Indonesia, Prof. Dr. Ir. Dadang M.Sc., mengatakan berdasarkan pengalaman negara lain, pestisida berbahan aktif rynaxypir, emamectin benzoat, cyantaniliprol, dan thiomethoxam mungkin bisa mengatasi FAW. Lalu apa bahan aktif yang manjur menanggulangi FAW? “Saya belum mengetahui itu. Belum ada pengalaman. Saya menyarankan perusahaan produsen pestisida menguji produknya,” kata Dadang.

Dadang menganjurkan para pemangku kepentingan meningkatkan kewaspadaan dan hindari panik berlebihan. Pengawasan dan pendampingan mesti diintensifkan.
Asosiasi nirlaba yang mewakili kepentingan petani serta industri benih dan pestisida, CropLife Indonesia, sangat peduli dengan adanya FAW. Yang paling anyar CropLife Indonesia mengadakan konferensi pers tentang FAW pada 23 Mei 2019. Direktur Eksekutif CropLife Indonesia, Agung Kurniawan, mengatakan acara yang berlangsung di Aston Priority Simatupang Hotel & Conference Center itu salah satu langkah memberi pemahaman tentang FAW.

Prof. Dr. Ir. Dadang M.Sc., Dr. Idham Sakti Harahap, M.Si., Dr. Dra. Dewi Sartiami M.Si., dan Dr. Dra. Dewi Sartiami M.Si., dan Agung Kurniawan (kiri ke kanan). (Dok. Trubus)

Harapannya terjadi penyebaran informasi yang tepat kepada petani, praktisi pertanian, dan masyarakat luas mengenai hama FAW. Selain itu CropLife Indonesia juga menguraikan pendekatan holistik untuk memastikan para pemangku kepentingan terkait memiliki pengetahun dan pemahaman pengelolaan FAW yang efektif melalui pengelolaan hama terpadu.

Agung tidak ingin petani bereksperimen mengatasi FAW karena khawatir muncul isu baru seperti resistensi. “Kami berharap semua sektor berkolaborasi sehingga masalah itu tertanggulangi,” kata Agung. Tentu saja agar ulat tentara yang menyusup ke kebun jagung segera dikendalikan. (Riefza Vebriansyah)

- Advertisement -spot_img
Artikel Terbaru

Bijak dalam Penggunaan Pestisida Itu Penting

Trubus.id — Intensitas hujan yang tinggi membuat kelembapan udara dan kelembapan tanah meningkat. Itu kondisi nyaman buat bakteri dan...
- Advertisement -spot_img

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img