Lebah Trigona
Inovasi sarang anyar tingkatkan hasil propolis 35%.
Ajid hanya menuai rata-rata 100 gram propolis per tahun dari sebuah sarang bambu sepanjang 40 cm dan diameter 10 cm. Menurut peternak trigona di Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten, itu salah satu faktor yang berperan terhadap hasil propolis adalah lingkungan. Jika di lingkungan itu terdapat banyak tanaman bergetah seperti pepaya Carica papaya dan nangka Artocharpus heterophyllus maka potensi menghasilkan propolis relatif banyak.
Ajid beternak lebah tanpa sengat Trigona laeviceps sejak 2009. Ia mengatakan bahwa propolis terbentuk dari getah tanaman. Lebah memproduksi propolis sebagai pelindung sarang dari serangan predator. Peternak 600 sarang itu mengatakan propolis asal trigona lebih tinggi dibandingkan dengan lebah Apis sp yang dominan menghasilkan lilin.
Meningkat 35%
Menurut peneliti di Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH) Institut Teknologi Bandung (ITB), Dr. Muhammad Yusuf Abduh, M.T., peternak lebah trigona dapat meningkatkan produksi propolis menggunakan modifikasi sarang. Inovasi sederhana itu hanya penambahan kasa di bagian atas sarang trigona berbentuk kotak. Tujuannya agar trigona membuat propolis pada lubang kasa yang berdiameter rata-rata 0,8 mm.
“Lebah diarahkan membuat propolis pada lubang kasa itu,” kata Abduh. Ia menyebut inovasi sarang anyar buatannya itu modular trigona hive atau kerap disebut motive. Peneliti itu menambahkan kasa berukuran 9 cm x 14 cm pada sarang trigona. Ukuran itu yang paling optimal dalam menghasilkan propolis. “Dengan kasa ukuran itu bisa menghasilkan propolis rata-rata 135 gram per tahun,” ujar Abduh.
Para peternak bisa memanen selang 4 hari atau 90 kali per tahun dengan rata-rata hasil 1,5 gram sekali panen. Selain hasil lebih tinggi, kelebihan lain motive adalah dapat memantau koloni tanpa menggangu sarang. Sebab, peternak mudah membongkar bagian atap kotak motive. Dengan demikian memudahkan pemantauan dan pemanenan. Bandingkan dengan peternak yang menggunakan bambu sebagai sarang.
Ketika panen, peternak harus membelah bambu untuk mengambil madu atau propolis. Akibatnya peternak tidak bisa menggunakan kembali sarang. Peternak yang menggunakan sarang motive cukup mengambil kasa yang penuh propolis. “Propolis pada dasarnya terbentuk karena sistem perlindungan lebah. Lebah kerap menutup lubang pada sarang menggunakan propolis,” papar doktor Teknik Kimia alumnus University of Groningen, Belanda, itu.
Kasa organik
Untuk budidaya berikutnya, peternak cukup mengganti dengan kasa baru. Cara itu lebih higienis dibandingkan dengan pemanenan secara konvensional. Abduh berencana memodifikasi kasa itu dengan bahan organik. “Bahan dasarnya dari tepung tapioka, air, dan sedikit gliserol,” kata Abduh. Menurut ayah dua anak itu panen dengan kasa organik lebih mudah lagi dibandingkan kasa bahan konvensional.
“Kasa organik diberi nama natural propolis frame (NPF), tetapi masih dalam tahap pengembangan,” katanya. Menurut Abduh inovasi sarang motive belum didistribusikan secara massal untuk para peternak. Ia baru terbatas menguji coba di perkebunan kopi di Lembang dan perkebunan karet di Kecamatan Cipendeuy, keduanya di Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat.
Menurut peternak di Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Kurnia, trigona memanfaatkan nektar bunga tanaman keras seperti kopi, manga, dan kakao sebagai sumber nutrisi. Dengan modifikasi sederhana, ternyata para peternak berpeluang meningkatkan produksi untuk memasok permintaan propolis juga melambung. (Muhamad Fajar Ramadhan)
