Monday, March 10, 2025

Trubus Cup Luwi, Kecil Tapi Berprestasi

Rekomendasi

Serama andalan Iswan, Jakarta itu berjalan tegap dengan dada membusung dan ekor pedang tegak menjulang. “Serama itu luar biasa. Mulai dari kepala hingga kaki memperoleh nilai tinggi,” ujar Samsudin, salah satu juri. Berbobot 360 g, ia berhasil meraih gelar terbaik dengan menghempaskan Asgar—serama teringan berbobot 315 g—andalan Purbawa, Garut.

Wajar bila Luwi mampu menghipnotis ketiga juri untuk memberikan gelar juara. Dengan bulu cokelat keemasan, ia tampil memukau di atas catwalk berukuran 200 cm x 70 cm. “Ia sangat confident (percaya diri, red). Setelah berjalan, dada langsung membusung, kepala ditekuk ke belakang, ekor pedang tegak sempurna,” kata Rudi Pelung, ketua panitia lomba. Ia pun menjadi primadona perhelatan perdana Trubus Cup pada 22 Agustus 2004 di Pameran Flona, Jakarta.

Sebelum merebut posisi tertinggi, serama kandang nomor 13 itu harus melawan kemolekan 5 serama lain dari Garut, Medan, Jakarta, dan Pamulang. Rival terberatnya Bima. Serama asal Medan itu hampir membuyarkan dominasi serama berumur hampir 2 tahun itu. Tampil dengan dada superbusung, serama andalan Jhon tampil apik dengan tubuh mungil dan bulu cemerlang. Sayang, serama berbobot 490 g itu memiliki ekor pedang kurang tegak dan agak bengkok.

Beda tipis

Di antara 3 kelas yang dilombakan—serama dewasa, remaja, dan muda—, serama muda menyedot peserta terbanyak. Diikuti 17 peserta, serama-serama berumur rata-rata 6—9 bulan itu bersaing ketat. Perolehan nilai antar peserta sangat tipis. Jawara mengantongi nilai 70. Sedangkan peringkat 2 dan 3 masing-masing mengumpulkan poin 69,5 dan 68.

Dengan dada membusung dan gaya berjalan yang anggun, Tango berhasil menyisihkan para pesaing. Tampil dengan bulu apik dan rapi, serama andalan Adrian, Pamulang, Tangerang, itu berhasil menekuk 16 serama lain dan menjadi kampiun di kelas itu. “Ukuran kepala kecil. Sayap dan ekor pun sangat bagus,” tutur Suhartono, juri kelas muda. Menurut kelahiran Jakarta 39 tahun silam itu, selain kelengkapan ekor yang baik, Tango juga memiliki postur tubuh proporsional.

Rival terberatnya Abimanyu andalan Fajar, Jakarta, juga tak kalah bagus. Ia meraih poin tertinggi pada gaya atas—tonjolan dada dan gaya angkat—dan warna bulu. Sayang, postur tubuh kurang proporsional dan ekor tidak sempurna mengurangi perolehan nilai. Ia pun harus merelakan gelar jawara ke tangan Tango.

Walaupun tak seketat kelas muda, serama-serama yang beradu cantik di kelas remaja cukup menarik perhatian. Diikuti 6 serama berumur 4—6 bulan, Cokie, andalan Dadang, Jakarta, berhasil meraih peringkat pertama. Struktur tubuh kecil dan proporsional menyatu sempurna dengan bulu keemasan. “Gaya berjalan sangat anggun karena postur tubuh sangat proporsional,” kata Didit, juri kelas remaja.

Menurut kelahiran Jakarta 22 tahun silam itu serama kandang nomor 3 itu memiliki sayap menjuntai tegak lurus sempurna. Selain itu, kelengkapan ekor dan sayap sangat bagus. Wajar bila Black forest andalan H Yusuf, Jakarta, dan Ababil jagoan Taufik, Jakarta, harus mengalah di posisi 2 dan 3.

Trubus cup

Kontes yang digelar oleh Asosiasi Bantam Indonesia (ABI) menjadi daya tarik tersendiri bagi para pengunjung Pameran Flona, Jakarta. Walaupun hanya diikuti oleh 29 peserta, kontes serama menunjukkan peningkatan dari kontes sebelumnya pada Agustus 2003 yang hanya 26 peserta.

Namun, animo masyarakat ternyata tak sekecil sosok serama. Trubus mengamati sekitar 100 pengunjung rela berdesak-desakan untuk menyaksikan lomba. Banyak pengunjung yang langsung memesan beberapa serama untuk dijadikan koleksi pribadi. Asgar misalnya. Walaupun meraih peringkat ketiga, serama terkecil itu diboyong hobiis dengan harga Rp6,5-juta.

Kontes serama bertajuk Trubus Cup itu dibagi dalam 3 kelas berdasarkan umur. Untuk kelas dewasa, serama berumur 1 tahun ke atas, serama muda berumur 6—9 bulan, serama remaja berumur 4—6 bulan. Standar penilaian pun mengalami perubahan dari tahun sebelumnya (baca: Kontes Perdana Serama, April 2004, red). Gaya atas dan postur tubuh dinilai tertinggi, 15%. Gaya bawah, kepala, dan jengger diberi 10%. Untuk kelengkapan ekor 12%. Kaki dan bulu masing-masing dinilai 8% dan 5%. Sedangkan warna dan sayap dihadiahi 8% dan 7%.

Menurut Rudi Pelung serama kualitas bagus belum tentu mendapat nilai tertinggi dan meraih juara dalam kontes. Semuanya tergantung pada perawatan dan pemeliharaan. “Bila serama dipelihara dan dirawat dengan intensif pasti bisa menang,” kata ketua ABI itu. (Rahmansyah Dermawan)

- Advertisement -spot_img
Artikel Terbaru

Pengelolaan Lalat Buah: Solusi Efektif untuk Menekan Kerugian Pekebun Mangga

Trubus.id–Pengelolaan lalat buah merupakan hal krusial dalam budi daya tanaman mangga. Lantaran menjadi ancaman serius bagi pekebun mangga di...

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img