Anakan sapi belgian blue berdarah murni pertama di tanahair lahir di Balai Embrio Ternak hasil perlakuan transfer embrio.
Trubus — Sapi belgian blue yang lahir di Balai Embrio Ternak (BET) di Cipelang, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat, itu baru berumur sebulan. Namun, bobot tubuhnya mencapai 90 kg. Menurut Kepala BET, drh. Oloan Parlindungan, M.P., bobot sapi belgian blue itu jauh lebih berat ketimbang sapi simmental dan limousin berumur sama. Bobot masing-masing kedua varietas sapi itu hanya 50 kg dan 48,5 kg.
Oloan menuturkan sapi belgian blue berukuran jumbo sejak lahir. “Bobot lahir belgian blue mencapai 62,5 kg, sedangkan simmental hanya 37,5 kg dan limousin 30 kg,” tuturnya. Oleh sebab itu pada saat lahir sang induk harus menjalani operasi cesar.
Menurut Oloan anak sapi bernama Gatotkaca itu merupakan sapi belgian blue berdarah murni pertama di tanah air. Sebelumnya PT Karya Anugerah Rumpin (KAR) juga pernah mengembangkan sapi belgian blue melalui inseminasi buatan dengan induk betina sumba ongole. Ada pun Gatotkaca lahir dari induk jantan dan betina belgian blue melalui transfer embrio.
Impor embrio
Pada 2016 BET bekerja sama dengan PT Lembu Biru di Jakarta, mengimpor embrio belgian blue betina varietas fripouille serta sperma belgian blue jantan varietas adajio de bray dan made des 1000 fontaines. Menurut Direktur PT Lembu Biru, Faizal Yogi Birowo, embrio dan sperma indukan belgian blue yang diimpor langsung dari Belgia adalah varietas terbaik. “Di Belgia setiap tahun diselenggarakan kontes sapi dan kualitas daging belgian blue. Kami beruntung dapat membeli embrio dan sperma dari peternak pemenang kontes,” tuturnya.

Cijeruk, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Balai Embrio Ternak lalu mencangkokkan embrio induk betina belgian blue varietas fripouille pada saluran reproduksi induk betina sapi perah varietas friesian holstein (FH) koleksi BET. Selanjutnya BET melakukan inseminasi sperma induk jantan varietas adajio de bray. Dari 10 kali percobaan transfer embrio, hanya sekali yang berhasil bunting dan selamat hingga melahirkan. Beruntung anakan yang lahir berjenis kelamin jantan. “Nantinya gatotkaca menjadi sumber sperma belgian blue murni asli Indonesia,” tutur Oloan.
Menurut Oloan selain mentransfer embrio, BET juga mengembangkan belgian blue melalui inseminasi buatan dengan induk sapi simmental dan FH. Dari 45 kali percobaan inseminasi, sebanyak 18 percobaan di antaranya berhasil bunting. Namun, di antara sapi yang bunting itu hanya 6 induk yang sukses melahirkan, yaitu 2 anak dari indukan simmental dan 4 anak dari indukan FH. “Belgian blue hasil inseminasi buatan hanya mewarisi 75% darah belgian blue,” tuturnya.
Oloan menuturkan, BET melakukan pengembangan sapi belgian blue karena memiliki berbagai keunggulan. Periset bioteknologi reproduksi ternak Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Dr. Ir. Syahruddin Said, M.Agr., menyatakan, belgian blue merupakan sapi raksasa yang lahir dari hasil perkawinan silang antara sapi lokal asal Belgia dan jenis shorthorn asal Inggris.
Swasembada
Sapi hasil persilangan itu mengalami mutasi genetik berupa kehilangan gen penghambat pertumbuhan otot. Akibatnya, otot belgian blue seperti berlipat-lipat sehingga kerap disebut berotot ganda. Itulah sebabnya bobot belgian blue dewasa umur 2 tahun bisa mencapai 1,2—1,6 ton per ekor. Adapun karkas atau daging yang dapat dikonsumsi mencapai 73% dari bobot tubuh. Itu jauh lebih tinggi dibandingkan dengan karkas sapi lokal yang hanya 47% dan simmental 62%.

Bidang Investasi, Ir Syukur Iswantoro, M.M.
Mutasi itu juga menyebabkan gangguan penumpukan lemak sehingga daging sapi yang dihasilkan bebas lemak. Oleh sebab itu otot sapi belgian blue dewasa tampak menonjol layaknya seorang binaragawan dan berukuran jumbo. “Meski sosok belgian blue terlihat berotot, tekstur dagingnya tetap empuk dan tidak alot,” tutur mantan Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh (LBBP) Belgia, Luksemburg, dan Uni Eropa, yang kini menjabat Deputi Kedaulatan Maritim, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, Arief Havas Oegroseno, yang turut meninjau anakan belgian blue di BET.
Faizal tertarik bekerja sama dengan pemerintah mengembangkan sapi belgian blue agar dapat membantu pemerintah mewujudkan program swasembada daging sapi. Harap mafhum, hingga saat ini jumlah pasokan daging sapi nasional masih kurang. Berdasarkan data Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) Pertanian 2015, jumlah produksi daging sapi nasional mencapai 523.920 ton per tahun. Sementara tingkat konsumsi daging sapi masyarakat Indonesia berdasarkan data Sensus Ekonomi Nasional (Susenas) pada 2014 rata-rata 2,36 kg per kapita. Jika jumlah penduduk Indonesia mencapi 250-juta jiwa, maka kebutuhan daging sapi nasional mencapai 590.000 ton.

blue untuk mendukung
program swasembada daging sapi.
Artinya, jumlah pasokan untuk memenuhi kebutuhan daging nasional masih kurang 66.080 kg. Akibat kekurangan pasokan, maka pantas bila harga daging sapi di tanahair cenderung meningkat, terutama menjelang hari besar dan libur nasional. Untuk memenuhi kekurangan pasokan, pemerintah mengimpor daging sapi. Data Pusdatin menyebutkan jumlah impor daging sapi pada 2015 mencapai 82.300 ton setara US$230,286-juta.
Faizal lalu menggandeng Arief untuk memperoleh akses ke para peternak sapi belgian blue yang tersohor. “Berkat bantuan beliau akhirnya kami dapat memperoleh sumber genetik belgian blue terbaik,” tutur pria yang juga pengusaha perdagangan peralatan elektronik itu. Untuk pengembangan genetik di tanahair, ia lalu menggandeng BET.
Staf ahli Menteri Pertanian Bidang Investasi, Ir. Syukur Iswantoro, M.M., menuturkan menyambut baik upaya BET yang bekerja sama dengan PT Lembu Biru mengembangkan sapi belgian blue di tanah air. “Ini salah satu upaya untuk meningkatkan jumlah produksi daging sapi, tapi bukan dengan cara menambah populasi sapi, tapi dengan meningkatkan produktivitas daging sapi per ekor,” tuturnya.
Keberhasilan BET mengembangkan belgian blue melalui transfer embrio juga mendapat sanjungan Duta Besar Belgia untuk Indonesia, Patrick Hermann. Menurut Hermann, keberhasilan itu sangat penting bagi Belgia karena secara tidak langsung pemerintahnya berkontribusi dalam mendukung ketahanan pangan di Indonesia. (Imam Wiguna)