Wednesday, September 11, 2024

Ungkap Rahasia Panen Wortel Melambung, Tembus 30 Ton Per Hektare

Rekomendasi
- Advertisement -

Trubus.id—Produksi wortel milik  Eka Agus Susilo  tembus 30—40 ton per hektare pada Juni 2024. Sebelumnya hanya sekitar 25 ton per hektare. Peningkatan produktivitas itu sejak Agus menggunakan pupuk ZK produksi PT Petrokimia Gresik pada 2014.

Petani wortel di Desa Kasimpar, Kecamatan Wanayasa, Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah, itu mengombinasikan pupuk Phonska Plus yang juga produksi PT Petrokimia Gresik dengan pupuk ZK.

“Aplikasi pupuk ZK dengan dua cara yaitu tabur dan semprot,” kata Agus.

Untuk tabur, Agus mengaplikasikannya saat wortel berumur 25—30 hari setelah semai. Ia menuturkan pemupukan saat di persemaian hanya sekali. Kalau umur wortel agak tua, ketika terkena pupuk bisa menempel pada umbi. Dampaknya muncul bercak dan umbi rusak.

Perawatan intensif

Sebelum menaburkan pupuk Phonska Plus dan ZK, Agus menggunakan pupuk dasar berupa 2,5—3 kuintal Phosgreen per hektare. Lalu ia berikan 70% Phonska Plus dan 30% ZK (5—6 kuintal per hektare) saat tanaman berumur 25—30 hari pascasemai.

Pemupukan selanjutnya, Agus menyemprotkan pupuk ZK yang dilarutkan dalam air.  “Untuk satu hektare, saya encerkan 30 kg pupuk ZK plus pestisida dengan dosis setengah dari dosis anjuran,” kata Agus.

Penyemprotan pupuk 10—14 hari sekali itu mulai wortel berumur 50 hari pascasemai. Penyemprotan itu ia barengi dengan fungisida berbahan aktif klorotalonil atau metalaksil. Pupuk ZK mengandung 50% kalium (K2O) dan 17% sulfur (S). Pupuk itu berbentuk serbuk berwarna putih dengan kelarutan dalam air 9,205 g per 100 ml.

Secara umum pupuk ZK mampu meningkatkan penyerapan unsur hara khususnya nitrogen dan fosfor, membuat tanaman lebih tegak dan kokoh, serta memperlancar proses metabolisme makanan di dalam tanah.

“Kandungan kalium pada pupuk ZK sangat cocok untuk hortikultura yang dipanen umbinya seperti wortel dan kentang,” tutur penangkar benih kentang itu.

Menurut Agus hama dan penyakit utama wortel yaitu ulat dan penyakit busuk batang yang disebabkan cendawan Alternaria sp. Untuk pengendalian hama, ia menyemprotkan insektisda berbahan aktif beta siflurtrin dan fungisida berbahan aktif klorotalonil.

Agus mengaplikasikan pestisida itu sejak tanaman berumur 15 hari pascasemai setiap dua pekan sekali.

“Saya juga tambahkan pupuk daun dan zat pengatur tumbuh. Dosisnya setengah dari anjuran pada kemasan. Pada umur sebulan, saya juga memberikan herbisida selektif berbahan aktif metribuzin untuk mengendalikan rumput dan gulma,” kata ketua Kelompok Tani Bukit Madu itu.

Agus memanen wortel mulai umur 115—125 hari pascasemai saat bunga mulai muncul. Dengan semua perawatan intensif itu ia memanen 30—40 ton wortel per hektare saat musim kemarau atau pancaroba. Saat musim hujan ia menuai 25 ton wortel per hektare.

“Pasti produksi turun saat musim hujan karena penyakit semakin banyak,” kata petani berumur 42 tahun itu.

Harga wortel di tingkat petani saat ini Rp4.000— Rp5.000 per kg. Dengan biaya produksi sekitar Rp2.000 per kg, hitung-hitungan di atas kertas, Agus mendapat keuntungan bersih sekitar Rp60 juta per hektare.

Menurut Agus para petani lain di desa masih enggan menggunakan pupuk ZK karena menambah biaya. “Padahal kalau dihitung dengan peningkatan produksinya, kita pasti untung besar. Namun petani lain banyak yang tidak mau karena sudah berpikir dahulu harus menambah biaya,” kata Agus.

Ia berharap PT Petrokimia Gresik selalu berinovasi agar kualitas dan kuantitas produk semakin meningkat. “Semoga semakin banyak produknya yang untuk satu komoditas atau spesiͤk karena selama ini banyak yang untuk all commodity,” kata Agus.

- Advertisement -spot_img
Artikel Terbaru

Kembangkan Produk Hilir, Warga di Medan Bikin Aneka Sambal Cabai Berpadu Andaliman

Trubus.id–Warga Kota Medan, Provinsi Sumatra Utara, Richard, berinovasi  membuat aneka sambal cabai dengan campuran andaliman. Sambal Gerilya atau nama...
- Advertisement -
- Advertisement -spot_img

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img