Trubus.id-Setelah merayakan Idulfitri dengan penuh kehangatan dan aneka hidangan lezat, tubuh kita mungkin mulai memberi tanda-tanda “protes”. Rasa begah, perut tidak nyaman, hingga berat badan naik bisa jadi sinyal bahwa tubuh tengah kewalahan menghadapi pola makan yang berubah drastis.
Perubahan konsumsi makanan yang mendadak, terutama makanan tinggi lemak dan gula, berdampak langsung pada sistem metabolisme. Tubuh kita tidak selalu siap beradaptasi secara cepat, apalagi setelah mengonsumsi hidangan berat seperti rendang dan opor ayam dalam jumlah besar.
Melansir dari laman UGM, Riani Witaningrum, S.Gz., M.Sc., dari FK-KMK Universitas Gadjah Mada, menyebut kondisi ini sebagai hal yang umum. Namun, ia menegaskan pentingnya segera menyeimbangkan kembali asupan gizi agar tubuh tak terus-menerus berada dalam kondisi stres metabolik.
Riani menjelaskan bahwa pola makan seimbang mencakup kalori sesuai kebutuhan harian, dengan gizi makro dan mikro yang proporsional. Ketika lemak jenuh dan karbohidrat sederhana dikonsumsi berlebihan, sistem metabolisme akan terganggu.
Akibatnya, lonjakan gula darah, insulin, dan hormon kortisol bisa terjadi dalam waktu singkat. Bahkan, dalam sehari saja tubuh bisa mengalami resistensi insulin yang baru menurun setelah tiga hari.
Peningkatan kadar kortisol secara terus-menerus dapat memicu berbagai masalah kesehatan. Mulai dari hipertensi, peradangan, hingga peningkatan risiko sindroma metabolik dan diabetes tipe 2.
Selain gangguan hormonal, sistem pencernaan juga sering terkena dampaknya. Perut kembung, dispepsia, dan konstipasi menjadi keluhan umum setelah Lebaran akibat minimnya serat dan cairan.
Asupan makanan tinggi lemak dan pedas mempercepat produksi asam lambung, sementara usus cenderung lambat bergerak karena pola makan yang tidak konsisten. Riani mengingatkan, ini semua adalah sinyal dari tubuh agar kita segera mengubah gaya hidup.
Langkah awal pemulihan bisa dimulai dari konsep sederhana: “Isi Piringku” versi Kementerian Kesehatan. Setengah piring diisi sayur dan buah, sisanya untuk lauk pauk dan karbohidrat, dengan pengaturan waktu makan yang teratur.
Tiga kali makan utama dan dua hingga tiga camilan sehat dalam sehari dianjurkan untuk menjaga kestabilan metabolisme. Tak lupa, aktivitas fisik ringan seperti jalan kaki selama 20–30 menit setiap hari juga sangat disarankan.
Riani menyarankan masyarakat membatasi makanan terlalu pedas, asam, dan berlemak dalam jumlah besar. Karbohidrat sederhana seperti nasi putih dan ketupat bisa diganti dengan sumber karbohidrat kompleks yang lebih stabil di dalam tubuh.
Lemak jenuh seperti santan dan margarin sebaiknya dikurangi, digantikan dengan lemak sehat dari alpukat atau minyak zaitun. Riani mengingatkan batas asupan kolesterol tak boleh lebih dari 200 mg per hari, dan konsumsi susu juga perlu diperhatikan bagi yang memiliki intoleransi.
Banyak orang, terutama anak muda, tergoda untuk mencoba diet ekstrem demi “detoks” pasca Lebaran. Namun, Riani memperingatkan bahwa diet rendah karbohidrat atau sangat rendah kalori tanpa pengawasan dapat membahayakan kesehatan.
Risiko seperti hilangnya massa tulang, peningkatan asam urat, hingga kekurangan zat gizi mikro bisa muncul akibat diet ekstrem. Bahkan, dalam jangka panjang, diet semacam itu bisa memicu inflamasi kronis dan meningkatkan risiko penyakit jantung.
Riani menyebut bahwa suplementasi vitamin juga tidak boleh asal-asalan. Mengonsumsi vitamin dalam jangka panjang tanpa indikasi medis justru bisa mengganggu pencernaan dan metabolisme.
Ia menegaskan bahwa gaya hidup sehat jauh lebih baik daripada diet ketat sesaat yang hasilnya tidak berkelanjutan. Menjaga kesehatan harus dilakukan dengan sadar, bahagia, dan tidak ikut-ikutan tren yang sedang viral.
“Mencegah lebih baik daripada mengobati,” tegas Riani, sambil mengingatkan bahwa hidup sehat tak harus sulit. Yang terpenting adalah konsistensi dalam pola makan, olahraga, tidur cukup, hidrasi, dan pengelolaan stres.
Kini saatnya memberi tubuh ruang untuk pulih usai Lebaran, tanpa harus menyiksa diri dengan pola diet ketat. Dengan langkah kecil yang konsisten, tubuh bisa kembali bugar dan siap menghadapi hari-hari penuh energi ke depan.