Trubus.id—Lalat buah menjadi salah satu kendala bagi pekebun jeruk. Menurut Pekebun di Kecamatan Rakumpit, Kota Palangkaraya, Provinsi Kalimantan Tengah, Muhammad Fakhrully Akbar dan Nadya lalat buah biasanya menyerang buah jeruk seukuran bola tenis.
Serangan lalat buah menyebabkan cita rasa buah hambar. Penampilan buah pun kurang menarik karena warna kulit buah tidak merata. Pada 2021, serangan lalat buah mencapai setengah dari populasi jeruk siam di kebun Akbar.
Ia mengelola 500 pohon jeruk siam pontianak sejak 2018. Kualitas buah yang menurun tentu saja memengaruhi harga jual. Padahal jeruk lokal menjadi harapan bagi sektor buah-buahan di tanah air untuk bersaing dengan jeruk impor.
Oleh sebab itu, penerapan budi daya jeruk selayaknya dilakukan dengan optimal agar produksi buah melimpah, termasuk menjaga buah dari serangan lalat buah (Bractocera sp.). Akbar memanfaatkan insektisida berbahan aktif dimetoat untuk menghalau lalat buah.
Ia melarutkan 10 bagian insektisida itu ke dalam 90 bagian air. Hasilnya populasi lalat buah pun terkendali. Sejatinya pengendalian hama perusak buah jeruk itu dapat dilakukan secara alami. Baca juga Kendalikan Lalat Buah dengan Serai Wangi.
Pengendalian serangan lalat buah menjadi bagian penting dalam budi daya jeruk. Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization, WHO) mencatat jeruk paling banyak dikonsumsi setelah pisang. Konsumsi jeruk di tanah air sebesar 12,57 gram/ kapita/hari, sedangkan pisang 24,71 gram/kapita/hari.
Statistik Hortikultura, Badan Pusat Statistik, mencatat, produksi jeruk di tanah air mencapai 2,93 juta ton pada 2023 atau naik 8,88% (238,37 ribu ton) daripada 2022. Sentra jeruk tersebar di sejumlah provinsi seperti Jawa Timur, Sumatra Barat, Sumatra Utara, Bali, dan Kepulauan Riau.