Friday, March 7, 2025

Vannamei Makan Tepat Waktu

Rekomendasi
Pakan cukup, pertumbuhan vannamei maksimal.

Penebar pakan otomatis di kolam udang vannamei meringankan pekerjaan. Praktis dan efisien.

Trubus — Kesungguhan Cipto Husodo membudidayakan udang vannamei diuji ketika musim hujan. Pembudidaya udang di Desa Tunjungmekar, Kecamatan Kalitengah, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, itu basah kuyup ketika jadwal pemberian pakan Litopenaeus vannameii bertepatan dengan hujan lebat. Jika pemberian pakan ditunda, setelah hujan lebat mereda, misalnya, tidak tepat. Sebab, pemberian pakan mesti sesuai jadwal.

Cipto Husodo mengandalkan automatic feeder kreasi pribadi sejak pengujung 2018.

Musababnya pertumbuhan vannamei tidak maksimal jika pemberian pakan telat. Pemberian pakan di kolam Cipto 4 kali sehari pada pukul 06.00—18.00 dengan interval 4 jam. Ia menghabiskan 10 menit untuk mengelilingi kolam sambil melemparkan pakan setiap kali pemberian. Meski relatif singkat, memberikan pakan saat hujan lebat menjadi tantangan tersendiri.

Lebih praktis

Beruntung kolam milik Cipto hanya 700 m². Makin luas kolam kian lama waktu yang diperlukan untuk memberikan pakan. Selain hujan, “Lama-kelamaan juga lelah mesti mengelilingi kolam 4 kali sehari,” kata pria berumur 42 tahun itu. Kini memberikan pakan ketika hujan lebat tinggal kenangan. Sejak pengujung 2018 Cipto pun tidak perlu mengelilingi kolam untuk memberikan pakan.

Bukan karena ia merekrut orang sebagai petugas pemberi pakan, tapi menggunakan alat penebar pakan otomatis (automatic feeder). Yang paling istimewa alat itu kreasi Cipto, bukan membeli di toko. Ide membuat alat pelontar pakan otomatis muncul pada 2016. Lalu rancang bangun alat mulai pada 2017. Setelah itu alat terus disempurnakan hingga seperti sekarang.

Pemberi pakan mesti mengelilingi kolam pada pemberian pakan manual.

Tentu saja kehadiran alat itu meringankan pekerjaan Cipto. “Dengan automatic feeder tambak aman dan tidak membebani pikiran jika mesti ditinggal karena ada urusan,” kata pria kelahiran Lamongan itu. Cipto meletakkan 2 alat penebar pakan otomatis itu di dalam kolam. Tiga pipa sepanjang 60 cm menjadi pelampung sehingga alat itu mengambang di atas air. Cipto mengandalkan baja nirkarat sebagai bahan pembuat alat penebar pakan otomatis.

Alasannya, “Agar lebih awet, tidak karatan, dan ringan,” kata pembudidaya udang sejak 2010 itu. Harap mafhum alat rentan terkena air karena berada dalam kolam. Dengan baja nirkarat alat tidak karatan sehingga masa pakainya tahunan. Alat bikinan Cipto itu dapat menampung 50 kg pakan. Sensor akan menyala jika isi wadah penampung pakan kurang dari 1 kg.

Pengatur waktu digital mengatur durasi
pemberian pakan. (Dok. Trubus)

Cipto mengatur kuantitas dan waktu pemberian pakan dengan alat itu. Pengatur waktu digital mengatur durasi pemberian pakan. Di kolam Cipto udang berumur 0—30 hari pascatebar mendapatkan pakan setiap jam. Setelah itu hingga panen satwa air anggota famili Penaeidae itu memperoleh pakan per 30 menit. Banyaknya pakan berdasarkan nafsu makan udang.

Menurut Cipto pemakaian alat penebar pakan otomatis itu juga ekonomis karena hanya menggunakan daya listrik relatif rendah. Perawatan juga mudah. Alumnus SMK jurusan Mesin itu hanya perlu memeriksa motor penggerak secara berkala. Kehadiran automatic feeder menjadikan kolam Cipto lebih modern ketimbang milik tetangga yang menerapkan budidaya tradisional.

Plus minus

Alat pemberi pakan otomatis itu terbukti bekerja efektif. Cipto kewalahan menerima pesanan perangkat itu. Para petambak berminat membeli alat penebar pakan otomatis itu karena berharga terjangkau Rp2,3 juta per unit. Sementara harga alat sejenis yang bervolume 100 kg dibanderol lebih dari Rp4 juta per unit. Saat ini ia menjual sekitar 3 automatic feeder setiap bulan.

Peranti pemberi pakan (automatic feeder) bikinan Cipto Husodo.

Menurut peneliti udang di Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP) Ujung Batee, Nanggroe Aceh Darussalam, Ibnu Sahidhir M.Sc., keuntungan menggunakan automatic feeder yakni penyebaran dan jumlah pakan homogen serta pemberian pakan lebih sering. Keunggulan lainnya yaitu meringankan kerja pemberi pakan sehingga waktunya bisa dipakai untuk pekerjaan lain.

Sementara kerugian menggunakan alat penebar pakan otomatis antara lain jangkauan pakan hanya sesuai dengan kemampuan lempar mesin dan penambahan biaya investasi. Dosen Departemen Teknologi Akuakultur, Sekolah Tinggi Perikanan (STP), Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Dr. Sinung Rahardjo, A.Pi., M.Si, mengatakan penggunaan automatic feeder di tambak udang meningkat sejak 2017. “Salah satu pemicunya mungkin pengaturan sensor dan teknologi lainnya membaik,” kata Sinung. (Riefza Vebriansyah)

- Advertisement -spot_img
Artikel Terbaru

“Magotisasi di Jatisari: Inovasi Warga dalam Pengolahan Sampah

Trubus.id–Setiap Rukun warga (RW) 01, Kelurahan Jatisari, Kecamatan Buahbatu, Kota Bandung, mendapatkan seperangkat alat pengolah sampah organik. Pengolahan sampah...

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img