Trubus.id – Perubahan iklim menjadi ancaman nyata bagi sektor pertanian, terutama sistem pertanian tradisional yang sangat bergantung pada kondisi cuaca. Hal ini disampaikan oleh Dekan Fakultas Ketahanan Pangan (FKP) Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Prof. Nining Widyah Kusnanik, dalam sebuah forum akademik, seperti dilansir dari laman resmi Unesa.
“Perubahan iklim berpengaruh pada kondisi cuaca, seperti pola curah hujan yang tidak teratur, peningkatan frekuensi dan intensitas kejadian cuaca ekstrem, serta pergeseran musim tanam,” ujar Prof. Nining.
Meski pertanian modern telah mengandalkan teknologi, ia menekankan pentingnya pemahaman perubahan iklim, baik bagi kalangan akademisi maupun praktisi pertanian.
Dalam kesempatan yang sama, FKP Unesa menghadirkan Profesor Wen-Chi Huang dari Department of Agribusiness Management, National Pingtung University of Science and Technology, Taiwan. Ia memaparkan materi bertajuk Climate Change Adaptation Strategies on Food Security di hadapan sivitas akademika Unesa.
Prof. Huang menyoroti lima pilar ketahanan pangan, yaitu keterjangkauan, ketersediaan, kualitas dan keamanan, keberlanjutan, serta adaptasi. Ia mengungkapkan bahwa peringkat keberlanjutan dan adaptasi Indonesia masih berada dalam zona merah, merujuk pada data dari Economist Impact.
“Perubahan iklim adalah tren yang tidak bisa dihindari. Dalam menghadapi risiko bisnis pertanian, kita harus membimbing pergerakan wilayah tanam yang sesuai melalui tindakan adaptasi yang cerdas untuk membuat pertanian lebih tangguh,” ujarnya.
Menurutnya, inti dari pertanian yang tangguh adalah mempercepat pembangunan jaringan lingkungan dasar, mendorong adaptasi terhadap perubahan iklim, memperkuat ketahanan pertanian, dan memastikan ketahanan pangan.