Trubus.id— Agrowisata bisa menjadi salah satu strategi pemasaran. Misalnya, agrowisata dengan sistem wisata petik buah. Sistem itu membuat petani tidak perlu repot memetik atau membawa buah ke pasar. Namun konsumen datang ke lahan untuk memetik buahnya sendiri.
Selain hemat tenaga dan waktu penerapan agrowisata membantu petani dalam sektor pemasaran. Itu yang dilakukan oleh Agus Supartoyo, S.Pt., petani di Desa Pojokwatu, Kecamatan Sambong, Kabupaten Blora, Jawa Tengah.
Agus menjadikan rumah tanam miliknya sebagai agrowisata. Ia membudiayakan melon (Cucumis melo) di dalam greenhouse bambu. Agus mengelola tiga greenhouse berkerangka bambu di dua tempat berbeda.
Satu greenhouse seluas 950 m², sedangkan sisanya seluas 600 m² dan 1.600 m². Populasi di greenhouse seluas 600 m² mencapai 1.400 tanaman. Sarjana Peternakan alumnus Universitas Brawijaya itu mengatur waktu tanam agar mampu panen berkelanjutan.
Saat beberapa hari menjelang panen Agus mengumumkan melalui media sosial bahwa melon siap panen. Menurut Agus pengunjung yang datang dari berbagai wilayah seperti Kabupaten Blora dan Kabupaten Semarang.
Bobot buah rata-rata 1 kg. Agus membanderol Rp25.000 per kg. Artinya, dari sebuah greenhouse berpopualsi 1.000 tanaman, ia meraup omzet Rp25 juta. Kebun melon milik Agus berbeda dari kebun lainnya.
Rumah tanam di kebun Agus berkerangka bambu, berdinding screen net, dan beratap plastik ultraviolet. Agus mengandalkan plastik ultraviolet merek Bell produksi PT Hidup Baru Plasindo yang memiliki beragam zat aditif sehingga lebih unggul daripada produk sejenis lainnya.
Distributor plastik ultraviolet merek Bell adalah PT Tunas Agro Persada di Kabupaten Demak, Jawa Tengah. Direktur Pemasaran PT Tunas Agro Persada, Cipto Legowo, mengatakan, Bell plastik ultraviolet terbaik karena kuat dan awet.
Musababnya bahan pembuatan platik ultraviolet itu dari bahan baku terbaik. Masa pakai plastik ultraviolet Bell mencapai 5 tahun dengan pemasangan yang benar. Caranya pasang dengan kencang dan tidak kendur sehingga tidak ada cekungan yang bisa menjadi kubangan air.
Pemasangan tidak perlu terlalu kencang juga sehingga plastik ultraviolet Bell masih bisa melebar dan menyempit akibat intensitas sinar matahari. Agus menghabiskan sekitar Rp100 juta untuk membangun rumah tanam bambu seluas 900 m². Harga itu relatif ekonomis karena rangka rumah tanam berbahan bambu.
“Biaya rumah tanam bisa sekitar 4 kali lipat lebih mahal jika menggunakan baja ringan,” kata pria pemilik kebun melon Asha Farm itu.
Untuk pembahasan terlengkap, Anda dapat mengetahui lebih lanjut di Majalah Trubus Edisi 641 April 2023.
Majalah Trubus Edisi 641 April 2023 mengupas tuntas terkait peluang bisnis melon premium di greenhouse bambu. Dapatkan Majalah Trubus Edisi 641 April 2023 di Trubus Online Shop atau hubungi WhatsApp admin pemasaran Majalah Trubus.
