Trubus.id—Memanfaatkan limbah menjadi sesuatu yang bernilai perlu dilakukan. Itu untuk mengurangi volume limbah yang beredar di lingkungan. Selain itu keuntungan mengolah limbah yakni menaikkan nilai tambah hingga penghasil rupiah.
Sebetulnya sudah banyak yang mampu menghasilkan rupiah dari mengolah limbah. Salah satunya adalah Alan Sahroni, yang sukses mengolah limbah daun nanas menjadi serat alami.
Pria asal Kampung Cijoged, Desa Cikadu, Kecamatan Cijambe, Kabupaten Subang, itu mulai menjajaki bisnis serat daun nanas sejak 2013. Saat itu ia merogoh kocek untuk modal awal Rp21 juta.
“Modal awal itu untuk membuat pabrik kecil-kecilan dan membeli bahan baku dari petani,” kata Alan.
Seiring berjalannya waktu, bisnisnya pun kian berkembang hingga kini memiliki sekitar 15 karyawan. Boleh dibilang Alan salah satu pelopor pemanfaatan serat daun nanas menjadi bahan tekstil di Indonesia.
Namun, pada 2017 masyarakat di Subang maupun di daerah lain mengikuti jejak Alan. Bahkan, ia pernah diundang untuk memberikan pelatihan tentang pemanfaatan serat daun nanas di daerah lain.
Hal itu justru jadi peluang bagi Alan untuk mengembangkan usaha dengan memproduksi mesin dekortikator atau mesin penggiling daun nanas. Alan mengolah daun yang masih segar atau baru saja panen.
Ia membeli daun nanas Rp1.000 per kilogram (kg) dari para petani. Kemudian menyortirnya dengan memilih daun nanas yang bagus sekaligus memisahkan daun nanas berdasarkan panjang daun.
Dosen Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Islam Indonesia (UII), Ir. Pratikno Hidayat, M.Sc., mengatakan, langkah Alan tepat. Menurut Pratikno untuk memudahkan pemisahan zat-zat di sekitar serat dan menghindari kerusakan pada serat, proses dekortikasi sebaiknya dilakukan pada daun segar dan basah.
Adapun menurut Alan, jika diekstraksi menggunakan mesin dekortikator, panjang daun minimal 60 cm. Alan mengatakan nanas jenis smooth cayenne yang memenuhi syarat sebagai bahan baku.
Daun jenis nanas yang banyak ditanam di Subang itu relatif tidak berduri atau hanya sedikit berduri di bagian ujung. Ukuran daun smooth cayenne juga panjang-panjang.
Selanjutnya Alan mengekstraksi sortiran daun menggunakan mesin penggiling atau dekortikator untuk mengambil serat daun nanas. Setelah dekortikasi, Alan lalu mencuci dan menyikat serat untuk menghilangkan warna hijau daun atau klorofil.
Kemudian ia mengeringkan serat pada batang-batang bambu di bawah sinar matahari. Setelah kering, serat daun nanas itu disisir hingga halus dan lurus sebagai bahan baku kain.
Daun nanas yang semula limbah kini berubah menjadi rupiah. Alan mampu meraup keuntungan Rp10 juta—Rp15 juta per bulan dari mengolah limbah daun nanas.