Monday, February 17, 2025

Albumin Gabus Tumpas Diabetes

Rekomendasi
- Advertisement -

Albumin gabus terbukti empiris dan ilmiah menormalkan kadar gula darah.

Ekstrak ikan gabus terbukti empiris dan ilmiah menurunkan gula darah.
Ekstrak ikan gabus terbukti empiris dan ilmiah menurunkan gula darah.

Usia Mistar Siyati pada Januari 2010 sejatinya masih muda, baru 43 tahun. Namun, ia heran penglihatannya berangsur menurun. Ketika melihat objek tertentu pandangan warga Kabupaten Gresik, Provinsi Jawa Timur, itu kabur. Ia paling tersiksa ketika mengendarai mobil karena pandangan matanya tak fokus. “Penurunan penglihatan sangat mengganggu aktivitas saya,” kata pria kelahiran Lumajang, Jawa Timur, 14 Oktober 1967 itu.

Dr Arijanto Jonosewojo SpPD FINASIM dokter penganjur herbal dari Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.
Dr Arijanto Jonosewojo SpPD FINASIM dokter penganjur herbal dari Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.

Puncaknya pada Maret 2010 Mistar selalu mengantuk. Keluhan lainnya muncul luka pada kedua kaki Mistar. Semula hanya berupa bintik-bintik. Pelan tapi pasti luka itu bertambah lebar dan membusuk. “Saya juga sering merasa haus, lapar, dan kerap buang air kecil,” kata anak ke-2 dari 2 bersaudara itu. Penderitaan Mistar kian lengkap, tak lagi mampu memberi “kehangatan” kepada istri yang memberikan 2 anak itu.

Bukti empiris
Menurut Kepala Poliklinik Komplementer-Tradisional Rumahsakit Umum Daerah (RSUD) dr Soetomo, Surabaya, Jawa Timur, Prof dr Arijanto Jonosewojo SpPD FINASIM, gejala yang dialami Mistar diabetes mellitus. Arijanto menuturkan, seseorang dikatakan diabetes jika kadar gula darah tinggi yakni lebih dari 126 mg/dl (glukosa darah puasa) dan lebih dari 140 mg/dl (glukosa darah 2 jam).

Pada Oktober 2010 Mistar berkunjung ke rumah kawan di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. Kawan itu menyarankan Mistar mengonsumsi albumin ikan gabus. Meski semula ragu, akhirnya ia menuruti anjuran itu. Ayah 2 anak itu pun mengonsumsi 3 kapsul tiga kali sehari atau total 9 kapsul. Lima hari pascakonsumsi kondisi Mistar membaik. Cairan bening keluar dari luka di kaki dan kulit ari mengelupas.

Kondisi Mistar membaik setelah mengonsumsi kapsul albumin.
Kondisi Mistar membaik setelah mengonsumsi kapsul albumin.

Selanjutnya luka mengering pada hari ketujuh. “Penglihatan saya mulai membaik 1,5 bulan setelah rutin konsumsi albumin,” kata Mistar. Begitu juga “kehangatan” di atas ranjang yang telah kembali. Perubahan lain perut Mistar yang buncit perlahan mengecil. “Saya hanya mengonsumsi kapsul albumin plus polifenol saja dan 2 bulan setelah konsumsi kondisi kesehatan relatif bagus,” kata Mistar.

Pengecekan terakhir pada 19 Januari 2017 kadar gula darah Mistar 112 mg/dl alias normal. Pengalaman Mistar bukti empiris asupan albumin berangsur menurunkan gula darah. Bukan hanya Mistar yang merasakan khasiat albumin. Di Matraman, Jakarta Timur, kadar gula Juwati pun perlahan menurun setelah mengonsumsi albumin. Ia terdiagnosis diabetes pada 2007 karena berkadar gula lebih dari 200 mg/dl.

Perempuan berumur 48 tahun itu mengandalkan obat dokter untuk mengatasi diabetes. Namun, pada 2014 gula darahnya tidak terkendali hingga mencapai 300 mg/dl. Keluarga pun melarikan Juwati ke rumahsakit terdekat. Dokter menyarankan rawat inap, tapi ia menolak. Selang 3 bulan ia terjatuh dan luka di betis kiri. Saat itu gula darah lebih dari 200 mg/dl. Luka yang tadinya kecil terus membesar hingga berukuran panjang 10 cm.

Sumber: Riset Kesehatan Dasar 2013
Sumber: Riset Kesehatan Dasar 2013

Anaknya menyarankan untuk mengonsumsi albumin jeli demi menurunkan gula darah dan luka, Juwati pun patuh. Ia mengonsumsi albumin berbentuk jeli dua kali sehari pada pagi dan sore. Selain itu ia juga mengoleskan albumin cairan di atas luka tiga kali setiap hari. Dua pekan berselang luka perlahan mengering. Luka tertutup sempurna dua bulan pascakonsumsi.

Terbukti ilmiah

Ubi jalar ungu bagus untuk penderita diabetes karena berindeks glikemik rendah.
Ubi jalar ungu bagus untuk penderita diabetes karena berindeks glikemik rendah.

Keruan saja Mistar dan Juwati girang bukan main. “Saya hampir tidak percaya luka itu bisa menutup,” kata Juwati dengan wajah berbinar. Seiring dengan mengeringnya luka, kadar gula darah perempuan kelahiran 28 Agustus 1968 itu pun turun signifikan. Hasil pemeriksaan menunjukkan kadar gula darah 150 mg/dl. Pantas Juwati juga merasakan tubuh lebih segar setelah mengonsumsi albumin.

Bagaimana duduk perkara albumin menurunkan gula darah? Hasil riset Dinia Rizqi Dwijayanti dan rekan dari Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur, semakin meneguhkan albumin gabus mengatasi diabetes mellitus. Riset praklinis itu mengungkapkan albumin meningkatkan sel T yang berperan menghambat aktivasi sel makrofag penyebab inflamasi kronis pada pankreas.

Albumin juga menurunkan proinflammatory cytokine seperti TNF-α, IFN-γ, dan IL-6 pada diabetes mellitus tipe 2 (Lihat ilustrasi Albumin versus Diabetes). Ketua Jurusan Biologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Jawa Timur, Dr Dewi Hidayati SSi MSi, mengatakan, ekstrak ikan gabus berpotensi menjadi obat diabetes. Dewi dan Nurlita Abdulgani MSi serta mahasiswa Biologi meriset ikan gabus sejak 2014.

Juwati mengombinasikan obat dokter dan albumin untuk mengatasi gula darah.
Juwati mengombinasikan obat dokter dan albumin untuk mengatasi gula darah.

Hasil penelitian itu menunjukkan pemberian 0,15 ml per hari ekstrak ikan gabus selama 34 hari meningkatkan ukuran diameter pulau langerhans tikus sebesar 53,96 μm. Pulau langerhans tempat sel betapankreas menghasilkan hormon insulin.  Insulin berperan memasukkan glukosa ke dalam sel. Sementara diameter pulau langerhans tikus sehat 66,14 μm. Artinya terjadi pemulihan fungsi pankreas sebagai penghasil insulin.

Kesimpulan lainnya terjadi penurunan kadar gula 60,3% dari kadar diabetes menjadi normal. Menurut anggota staf Research & Development, PT Royal Medicalink Pharmalab, Makassar, Sulawesi Selatan, Akhyar Anwar SSi Apt, albumin meregenerasi jaringan pulau langerhans pada pankreas, tempat sel betapankreas menghasilkan hormon insulin.

Ketiadaan insulin menyebabkan glukosa dalam darah meningkat. Oleh karena itu albumin dapat menurunkan kadar glukosa darah pada kondisi hiperglikemik atau kadar gula darah tinggi. Pada penderita diabetes, sintesis dan sekresi albumin berkurang karena kekurangan insulin sehingga kadar gula darah melonjak. Dampak lainnya kadar albumin berkurang dan mempengaruhi plasma protein glycation dan glycosylated haemoglobin (HbA1c).

Ikan gabus

Dr Dewi Hidayati SSi MSi dan rekan meneliti gabus untuk diabetes sejak 2014.
Dr Dewi Hidayati SSi MSi dan rekan meneliti gabus untuk diabetes sejak 2014.

Bagi banyak orang albumin memang masih asing. Dokter spesilis gizi klinis dari Universitas Hasanuddin, Prof Dr dr Nurpudji Astuti Daud MPH, SpGK, menuturkan bahwa albumin adalah plasma protein tubuh yang jumlahnya separuh dari total protein di tubuh sebesar 7,2—9 g/dl. Nurpudji mengatakan, penderita penyakit berat seperti kanker, gagal ginjal, dan stroke memiliki kadar albumin dalam darah yang rendah, yakni kurang dari 3,5—5 g/dl.

Padahal, peran albumin yang mengandung 16 asam amino itu amat vital sebagai penyusun struktur sel, antibodi, enzim, hingga hormon. Ahli gizi dari Rumahsakit St Elisabeth di Semarang, Jawa Tengah, Florentinus Nurtitus, SSiT, mengatakan albumin jenis protein terbanyak di dalam plasma darah yang mencapai 60%. Nilai normal albumin sekitar 3,5—5 g/dl.

Ketika kadar albumin dalam darah relatif rendah berdampak pada penimbunan cairan dalam jaringan (edema) misalnya bengkak di kedua kaki. Bagaimana jika kadar albumin berlebih? Guru besar Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Prof Dr dr I Nyoman Kertia SpPD, mengatakan, “Tidak ada istilah kelebihan albumin. Hati menyimpan albumin berlebih dan dikeluarkan jika tubuh membutuhkannya.” Itulah sebabnya orang sehat pun amat mengonsumsi albumin.

Fungsi albumin antara lain mengangkut molekul kecil melewati plasma dan cairan sel. Aktivitas itu berkaitan erat dengan bahan metabolisme seperti asam lemak bebas, bilirubin, dan berbagai macam obat yang kurang larut air, tetapi harus diangkut melalui darah. Menurut Florentinus ikan gabus sangat bermanfaat untuk kesehatan sebagai pengobatan tradisional atau modern.

Banyak mengonsumsi makanan cepat saji salah pemicu diabetes mellitus
Banyak mengonsumsi makanan cepat saji salah pemicu diabetes mellitus

Masyarakat Stabat, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, secara turun temurun memanfaatkan ikan gabus untuk mengatasi beragam penyakit. Albumin yang dikonsumsi Mistar dan Juwati itu berasal dari ikan gabus Channa striata. Riset Firlianty ketika menempuh pendidikan doktor di Univeristas Brawijaya membuktikan, ikan gabus memiliki protein paling tinggi yakni 20,83% dibandingkan dengan ikan konsumsi lain anggota famili Channidae Adapun kadar albumin ikan gabus mencapai 4,53% (Lihat Ragam Pangan Penyedia Albumin halaman 18—19).

Itu kabar gembira bagi para penderita diabetes mellitus. Harap mafhum diabetes salah satu penyakit tidak menular paling mematikan di dunia. Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) mencatat terdapat 1,5-juta kematian akibat diabetes di seluruh dunia pada 2012. Total jenderal terdapat 3,7-juta kematian yang berhubungan dengan kenaikan gula darah pada 2012. Celakanya penderita diabetes mellitus cenderung meningkat.

Federasi Diabetes Internasional memperkirakan pada 2035 penderita diabetes dunia meningkat menjadi 592-juta orang dari semula 382-juta jiwa pada 2013. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 menyebutkan prevalensi diabetes terdiagnosis dokter sebesar 1,5%. Artinya jika penduduk Indonesia 249,9-juta jiwa, maka penderita diabetes mencapai 3,7-juta orang.

Menurut dr Arijanto mencegah diabetes bisa dengan mengatur pola makan sehat dan menghindari penganan berkadar gula tinggi. Konsumsi nasi bisa digantikan dengan umbi-umbian. Orang berusia lebih dari 40 tahun mesti sering memeriksakan diri ke dokter. Namun, jika diabetes telanjur menyerang, dokter menyarankan pengaturan pola makan dan olahraga. Jika kedua terapi itu gagal, paramedis meresepkan obat antidiabetes.

Tren meningkat
Salah satu upaya mengatasi penyakit madu—nama lain diabetes mellitus—dengan mengonsumsi albumin. Di pasaran tersedia beragam produk albumin, ada yang berbentuk kapsul, jeli, dan cair. Bahkan kini para produsen memperkaya albumin dengan perasa buah. Dalam tiga tahun terakhir, albumin kian populer. Indikasinya antara lain kian banyak jumlah produsen.

Ragam produk albumin di pasaran.
Ragam produk albumin di pasaran.

Menurut ahli farmasi di Malang, Jawa Timur, Imam Suhada SFar, jumlah produsen albumin mencapai 8 perusahaan secara nasional. Padahal, tiga tahun lalu baru 5 perusahaan. Produsen albumin lokal pun banyak. Produsen albumin tersebar di berbagai daerah di Indonesia seperti Yogyakarta, Malang dan Blitar (Jawa Timur), Semarang (Jawa Tengah), dan Makassar (Sulawesi Selatan).

Selain itu permintaan konsumen juga membubung. Slamet Pudjianto juga kewalahan melayani permintaan albumin. Produsen di Kabupaten Blitar, Provinsi Jawa Timur, itu kini hanya melayani 1.000 paket albumin per bulan. Setiap paket terdiri atas dua botol masing-masing bervolume 24 ml. Padahal, masih ada permintaan rutin hingga 2.000 paket per bulan (baca: Tumbuh Bersama Albumin halaman 18—19).

Produsen albumin di Yogyakarta, Awan Siswantoro, mengatakan omzetnya meningkat 15% pada 2015—2016. Sementara Teguh Arief Wibowo di Malang, Jawa Timur, menuturkan penjualan albumin miliknya relatif stabil. Arief khawatir jika permintaan banyak, tapi tidak ada bahan baku.

Masyarakat menggemari albumin boleh jadi lantaran lebih murah. Imam mengatakan penggunaan albumin gabus lebih ekonomis ketimbang infus albumin. Imam menghitung untuk menaikkan kadar albumin sebesar 0,2—0,5 pasien mesti merogoh kocek Rp1,5-juta jika memanfaatkan infus albumin. Namun, bila pasien menggunakan albumin gabus hanya Rp550.000.

“Pasar albumin itu luar biasa. Grafiknya cenderung meningkat setiap tahun,” kata Imam. Meski produsen kian banyak, permintaan mereka tetap melonjak. Itu salah satu bukti masyarakat menerima albumin berbahan ikan gabus yang terbukti secara empiris dan ilmiah mengatasi diabetes mellitus. Hidup terasa lebih manis jika tanpa si manis. (Riefza Vebriansyah/Peliput: Andari Titisari & Bondan Setyawan)

- Advertisement -spot_img
Artikel Terbaru

Intip Keistimewaan Jagung Unggulan Baru

Trubus.id–Jagung baru JDOH 01 sampai dengan JDOH 06 menjadi harapan anyar petani. Musababnya  mampu berproduksi tinggi dan adaptif di...
- Advertisement -

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img