Setelah mengetahui penyebab gangguan itu sang pengobat memberikan jahe merah dan lengkuas merah sebagai diuretik. Temulawak, kunyit, dan bidara upas bermanfaat sebagai pembangkit gairah.
Semua rimpang empon-empon itu dikemas dalam kapsul. Masing-masing dikonsumsi 3 kali sehari sebelum makan. Sepekan berselang ramuan itu menuntaskan gangguan disfungsi ereksi. Pada kasus lain, ada pasien yang mengalami disfungsi ereksi karena pernah jatuh. Akibatnya terjadi saraf “terjepit” sehingga malapetaka itu sulit ditepis. Setelah dipijat dan diberi ramuan seperti serai, penderitan itu berakhir.
Cerita dari mulut ke mulut soal kesembuhan pasien menjadi promosi gratis bagi Andjarwati. Tak berlebihan jika pasien disfungsi ereksi yang berobat berasal dari antara lain berbagai kota di Jawa, Aceh, Palembang, dan Mataram. Malahan ada pula penderita yang datang dari mancanegara seperti Sydney dan Kanada.
Buangan dokter
“Yang berobat ke sini biasanya buangan dokter,” ujar pengobat di Kelapagading Timur, Jakarta Utara, itu. Artinya, pasienpasien yang belum kunjung sembuh setelah ditangani dokter. Adanya catatan medis, justru memudahkan perempuan 54 tahun itu memberikan ramuan kepada pasien berdasarkan pengalaman dan pengetahuannya.
Menurut istri Joko Suryo itu, rata-rata pasien disfungsi ereksi yang berobat ke tempatnya berkisar 11—16 orang per bulan. Jumlah itu mencapai sepertiga dari total pasien yang ditangani. Dari tahun ke tahun penderita disfungsi ereksi memang meningkat. Sebagian besar didahului hipertensi dan diabetes mellitus.
Ibu 2 anak itu menerima pasien di sebuah kamar berukuran sekitar 4 m x 3 m. Untuk menepis prasangka buruk, “Saya lebih senang menerima pasien pria jika disertai istrinya. Itu lebih baik dan saya lebih tenang,” ujar kelahiran 10 Juni 1949 itu. Dengan dialog interaktif ia mengorek informasi penyebab terjadinya disfungsi ereksi.
Atasi penyebab
Setelah ketahuan, biang kerok terjadinya disfungsi ereksi lebih dulu dituntaskan. Contoh, pasien disfungsi ereksi akibat diabetes mellitus. Penyakit gula itu yang diatasi, sebelum memberikan racikan afrodisiak. Temu putih, sambiloto, dan brotowali lazim diresepkan untuk mereka. Temu putih berfaedah memperlancar peredaran darah. Sambiloto untuk meningkatkan energi.
Pasien d isarankan untu k mengkonsumsi jus pepaya matang dan kacang panjang mentah. Sayuran anggota famili Fabaceae itu, selain penetralisir zat beracun juga pembangkit gairah (baca: Ramuan Cespsleng Pemantik Greng, halaman 18—19). Perempuan berwajah teduh itu tak selalu memberikan kapsul bagi pasiennya. Yang menyukai ekstrak atau rimpang segar, tetap disediakan.
Kemampuannya mengobati tanpa disadari sebetulnya dipupuk sejak belia. Anak ke-3 dari 10 bersaudara itu memang keturunan pengobat. Di Surakarta, Jawa Tengah, pada 1960-an Andjarwati kecil kerap membantu orang tuanya meracik obat tradisional. Saat itu ia diperkenlakan jenis taanaman obat dan khasiatnya.
Warisan nenek
Keinginan menjadi pengobat begitu kuat setelah anak keduanya—Luduvika Wurdiyati Mardiastuti— terserang kanker tulang. Dokter sebuah rumah sakit di Jakarta memvonis kesempatan hidup perempuan 11 tahun itu tinggal 3 bulan. Itu bermula dari sebuah benjolan di atas lutut kiri. Ketimbang operasi dan amputasi, Andjarwati lebih memilih pengobatan alternatif.
“Setiap kali mendengar ada informasi pengobatan saya datangi,” katanya mengenang kejadian 14 tahun silam. Namun, upaya itu gagal menyelamatkan nyawa si buah hati. Melalui dokter asal Belanda yang datang ke rumahnya, Andjarwati tahu penyebab penyakit itu lantaran kebiasaan mengkonsumsi saus yang kurang higienis.
Ia tergerak untuk menekuni pengobatan tradisonal setelah anaknya menghadap Sang Khalik. Ia mulai membuka-buka buku kumpulan remuan alami peninggalan leluhurnya. Buku itu lama tak tersentuh. Di sanalah ia mempelajari banyak ramuan warisan nenek moyang yang kemudian dipraktekkan sejak 1998.
“Meski tak sempat menolong anak sendiri, saya bahagia bisa membantu orang lain,” kata Andjarwati. Apalagi mengharmoniskan kembali pasangan suami istri gara-gara gangguan disfungsi ereksi. Suka cita mereka adalah kebahagiaan perempuan berwajah oval yang murah senyum itu. (Sardi Duryatmo)