
Buah kecubung efektif mencegah rayap dan melindungi kayu.
Untuk memenuhi kebutuhan kayu, masyarakat menanam pohon cepat tumbuh. Padahal kelas awet kayu cepat tumbuh seperti jabon itu rendah. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan pada 2013 meneliti dan menghasilkan data hanya 15% industri pengolahan kayu di Indonesia menggunakan kayu awet seperti meranti, kamper, dan jati.
Sisanya kayu dengan tingkat keawetan rendah seperti sengon, jabon, dan ketapang. Efeknya kayu rentan serangan rayap kayu kering Cryptotermes cynocephalus. Itulah sebabnya pengawetan vital untuk meningkatkan umur pakai kayu dan produk turunannya. Sejatinya kalangan industri mempunyai cara mengawetkan kayu dengan berbagai cara. Secara umum industri perkayuan menggunakan teknik tekanan.

Rayap kering
Teknik pengawetan tekanan dengan memasukkan kayu ke dalam tangki tertutup rapat dan mengisap udara keluar atau vakum sampai tekanan 60 cm/Hg selama 90 menit. Bersamaan dengan vakum itulah pengisian bahan pengawet sampai penuh. Setelah tangki penuh, vakum dihentikan dan kembali menaikkan tekanan udara sampai 15 atm selama 2 jam.
Proses berakhir setelah menghentikan tekanan tangki dan mengeluarkan sisa bahan pengawet. Bahan pengawet berupa zat berbahan aktif merkuri klorid, seng klorid, dan copper sulfat yang terlarut air. Penambahan zat itu mengawetkan kayu selama 5—10 tahun. Periset dari Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, Profesor Dr Wasrin Syafii, mengatakan bahwa penggunaan bahan kimia sintetis berdampak buruk terhadap lingkungan.

Guru besar Entomologi dan Fitopatologi Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, Profesor Dr Dodi Nandika, menyebutkan, sampai kini rayap masih menjadi agen perusak utama pada produk berbahan baku kayu. “Rayap masuk ke dalam lingkungan hunian manusia sebagai hama perusak kayu akibat perubahan drastis habitat mereka. Rayap memakan perabotan kayu karena manusia mengubah habitat dan sumber makanan rayap sebagai tempat tinggal,” ujar anggota Masyarakat Peneliti Kayu Indonesia itu.
Demikian hebatnya kerusakan habitat rayap, sehingga kini rayap menjadi ancaman hama baru di lahan perkebunan kelapa sawit hasil pembukaan lahan hutan. Rayap yang paling sering meyerang rumah adalah jenis rayap kayu kering. Jenis itu bersarang dalam kayu dan menghabiskan isinya sehingga hanya lapisan kayu luar yang tersisa.
Tanda serangan adalah butir-butir kecil tanah cokelat yang berjatuhan di sekitar kayu yang diserang.
Menurut Dodi Nandika tanda-tanda keberadaan sarang rayap di sekitar hunian manusia adalah banyaknya laron beterbangan. Laron adalah fase terbang rayap yang bertugas mencari sumber makanan dan sarang untuk koloni baru. Meski demikian untuk mencegah serangan rayap dan pengganggu lain kayu, “Jika memungkinkan gunakan pengawet alami yang efektif dan ramah lingkungan,” kata Wasrin, guru besar bidang kimia kayu.

Kecubung
Salah satu bahan pengawet alami yang cukup menjanjikan adalah buah kecubung Datura metel. Kecubung mengandung racun kuat jenis alkaloid. Nizam Arjuna Rinaldi, Tomy Listyanto, Oka Karyanto, dan Ganis Lukmandaru dari Jurusan Teknologi Hasil Hutan, Universitas Gadjah Mada meneliti efektivitas bahan pengawet serbuk buah kecubung. Nizam dan kawan-kawan membuat ekstrak buah kecubung dengan pelarut air.
Mereka menjemur 16 kg buah kecubung selama 3 hari, memblender, lalu mengekstrak dengan metanol. Setelah itu Nizam menyaring residu biji dan menguapkan metanol pada suhu 450C. Ekstrak berbentuk cair itulah yang menjadi bahan larutan pengawet dengan konsentrasi 10%, 15%, dan 20 %. Metode pengawetan menggunakan rendaman panas dan dingin, yaitu merebus bahan uji dan pengawet lalu mendiamkan dingin secara bersamaan.
Cara itu praktis dan efektif memperbanyak bahan pengawet yang terserap ke dalam kayu. Variasi lama perendaman dingin adalah 1 hari, 3 hari, dan 5 hari. Sebagai objek, kayu sengon berdiameter 50 cm sepanjang 1m digergaji memanjang searah sumbu pohon menjadi papan setebal 5,5 cm. Papan dari bagian dekat kulit dan dekat tengah dipotong menjadi tongkat berukuran 5,5 cm x 5,5cm x 100 cm.
Tongkat itu lalu dipotong menjadi 31 kubus bersisi 5 cm. Sebanyak tiga sampel untuk kontrol tanpa perlakuan; sebuah sampel pembanding dengan bahan pengawet deltametrin; dan sisanya diberi perlakuan pengawetan. Mereka melapis 4 dari 6 sisi kubus dengan cat minyak untuk mencegah peresapan ganda. Artinya, hanya 2 sisi permukaan kubus yang terbuka tanpa cat.
Mereka lantas merendam kubus uji dalam larutan pengawet lalu memanaskan bersama-sama sampai suhu 70ºC selama 2 jam. Selanjutnya mereka membiarkan larutan dan kubus uji selama 1 hari, 3 hari, atau 5 hari. Setiap contoh uji dipapar dengan 50 rayap kayu kering Cryptotermes cynocephalus. Kontrol mencakup sampel tanpa perlakuan pengawetan, sampel dengan perlakuan pengawet komersial deltametrin 0,015%, serta rayap yang dibiarkan kelaparan.

Efektif
Hasilnya, semakin besar konsentrasi dan semakin lama perendaman, kian meningkat nilai absorbsi dan retensi kayu (lihat tabel). Absorbsi adalah jumlah larutan pengawet total yang diaplikasikan. Retensi adalah jumlah bahan pengawet yang meresap ke dalam kayu. Peningkatan konsentrasi ekstrak kecubung dan penambahan lama perendaman meningkatkan retensi bahan pengawet karena kayu bersifat higroskopis.
Dalam uji sifat antirayap tampak kecenderungan sama. Semakin besar konsentrasi ekstrak dan lama perendaman, semakin tinggi mortalitas rayap sementara susut bobot dan derajat kerusakan kayu semakin rendah. Kayu yang memperoleh 20 % ekstrak buah kecubung dengan lama perendaman 5 hari, mortalitas rayap 89%. Sementara mortalitas rayap pada kayu kontrol menggunakan deltametrin 100%.
Penelitian Nizam dan kawan kawan membuktikan bahwa buah kecubung efektif mencegah rayap. Pembuktian khasiat buah kecubung mengawetkan kayu itu membuka peluang penggunaan bahan alami untuk mengendalikan rayap secara murah dan mudah. (Muhammad Hernawan Nugroho)