Sunday, February 9, 2025

Bawang Merah: Produksi 21 Ton/Ha

Rekomendasi
- Advertisement -
Umbi lapis bawang merah agrihort 1 hasil pemuliaan Balai Penelitian Tanaman Sayuran
Umbi lapis bawang merah agrihort 1 hasil pemuliaan Balai Penelitian Tanaman Sayuran

Dua varietas baru bawang merah, produksi mencapai 21 ton per ha.

Pekebun bawang merah rata-rata memanen 12—15 ton per ha. Para periset Balai Penelitian Tanaman Sayuran kini merilis bawang merah, agrihort 1 dan agrihort 2, yang berpotensi menghasilkan 20—21 ton per ha. Kenaikan rata-rata 5—8 ton per ha itu amat signifikan. Ketika harga jual di tingkat pekebun Rp6.000—7.000 per kg seperti sekarang, artinya pekebun mendapat tambahan omzet Rp30-juta—Rp56-juta.

Sudah begitu biaya produksi lebih rendah. Lazimnya pekebun memerlukan 1,3—1,5 ton umbi sebagai bibit. Harga benih mencapai Rp25.000—Rp35.000 per kg atau total Rp25-juta—Rp52,5-juta. Karena volumenya besar, maka pekebun juga memerlukan truk untuk mengangkut benih ke lahan. Sementara jika memanfaatkan varietas agrihort 1 datau agrihort 2, petani hanya memerlukan 2—3 kilogram benih. Harga biji agrihort hanya Rp1,5-juta per kg.

Produktivitas bawang merah lokal dari umbi rata-rata 12—15 ton per ha, TSS agrihort 1 dan 2 berpotensi menghasilkan 20—21 ton per ha.
Produktivitas bawang merah lokal dari umbi rata-rata 12—15 ton per ha, TSS agrihort 1 dan 2 berpotensi menghasilkan 20—21 ton per ha.

Populasi tinggi
Untuk pengadaan benih, petani yang menanam agrihort 1 lebih hemat Rp21,5-juta—Rp48-juta per kg. Keduanya memang merupakan true seed sallot sehingga penanaman menggunakan biji, bukan umbi lapis. Menurut periset di Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Joko Pinilih SP MP, kedua varietas itu memang untuk menekan biaya produksi. “Petani tak perlu menyewa truk untuk menanam bawang merah,” katanya.

Selain itu produksi akan meningkat karena jarak tanam untuk agrihort bisa lebih rapat yaitu 10 cm x 10 cm atau 10 cm x 15 cm karena berasal dari biji. Dengan demikian populasi mencapai 470.000 tanaman per ha. Pekebun yang menanam bawang asal umbi lapis berjarak tanam 20 cm x 20 cm sehingga total populasi 250.000 tanaman per ha. Menurut Joko agrihort bukan jenis hibrida. Artinya petani bisa memanfaatkan hasil panen untuk penanaman pada periode berikutnya.

Populasi agrihort 2 lebih tinggi mencapai 470.000 tanaman
Populasi agrihort 2 lebih tinggi mencapai 470.000 tanaman

Periset alumnus Universitas Gajah Mada itu mengatakan agrihort 1 varietas baru hasil pemuliaan dengan induk maja. Bawang merah maja menurunkan keunggulannya berupa keseragaman pertumbuhan. Kelebihan agrihort 1 di antaranya adalah keseragaman pertumbuhan yang baik, dan potensi produksi yang tinggi. Agrihort 1 bawang merah bersari bebas dengan tinggi tanaman 37,6–37,93 cm. Bentuk penampang daun silindris, panjang daun 30,2–34,7 cm, dan diameter daun 0,45–0,70 cm.

Setiap umbi terdiri atas 9—13 daun berwarna hijau. Bentuk karangan bunga seperti payung dan berwarna putih. Sebelum penanaman di lahan, petani yang menanam agrihort harus menyemaikan biji lebih dahulu. Bibit berumur 35 hari baru siap pindah ke lahan. Agrihort 1 mulai berbunga pada 29—36 hari setelah tanam (HST). Adapun umur panen 66—68 hari sejak penanaman di lahan.

Tanaman siap panen jika 80% batang melemah. Bentuk umbi agrihort 1 bulat pipih berdiameter 3,33—3,42 cm dan berwarna merah. Adapun untuk biji, berbentuk segitiga dan berwarna hitam. Bobot per 1.000 biji mencapai 3,1—3,6 gram sementara bobot rata-rata umbi 21,61 – 34,42 gram. Joko menuturkan agrihort 1 menghasilkan 1—2 umbi per rumpun dengan bobot rata-rata 26,2 – 46,12 g. Umbi berdaya simpan 3—4 bulan pada suhu ruang (25—27°C).

Umbi lapis bawang merah agrihort 2 cocok untuk ekspor.
Umbi lapis bawang merah agrihort 2 cocok untuk ekspor.

Agrihort 2
Agrihort 2 hasil persilangan antara varietas bima dan varietas klon thailand. Tipe tanaman bersari bebas dengan tinggi 37,97–40,1 cm. Bentuk penampang daun silindris, panjang daun 22,8–38,3 cm, dan diameter daun 0,42–0,67 cm. Setiap umbi terdiri atas 8—9 daun berwarna hijau tua. Sementara jumlah daun per rumpun 18—21 helai. Karangan bunga agrihort 2 seperti payung dan berwarna putih.

Tanaman mulai berbunga pada umur nya 36—40 hari dan panen 67—70 hari setelah penanaman di lahan. Bentuk umbi Agrihort 2 bulat, berwarna merah, berdiameter 2,84 – 2,91 cm. Adapun bentuk bijinya segitiga berwarna hitam. Bobot per 1.000 biji 3,5—3,8 gram sedangkan bobot per umbi 15,17–21,89 gram. Agrihort 2 memiliki rata-rata 2—3 umbi per rumpun dengan bobot umbi per rumpun 36,9–54,06 gram.

Bawang merah yang rata-rata memiliki 2—3 anakan ini memiliki daya simpan umbi hingga 3—4 bulan pada suhu ruangan. Selama penyimpanan umbi agrihort 2 menyusut 34,87%. Potensi produksi agrihort 2 mencapai 21,75 ton umbi per hektar. Menurut Joko umbi agrihort 2 rata-rata berdiameter 2,84—3,42 cm lebih besar daripada bawang merah pada umumnya yang hanya 1—2 cm.

“Agrihort 2 cocok untuk ekspor, karena orang luar negeri lebih senang umbi yang besar,” kata Joko. Kedua jenis varietas baru itu diuji coba di Cirebon dan Brebes—sentra bawang merah. Menurut Agusman Kastoyo dari Asosiasi Penangkaran Benih Bawang Merah Indonesia (APBMI) petani di Indonesia masih asing dengan teknologi penanaman dengan biji. Alasannya waktu budidaya lebih lama 35 hari di persemaian.

Joko Pinilih, peneliti bawang merah di Balai Penelitian Tanaman Sayuran (BALITSA).
Joko Pinilih, peneliti bawang merah di Balai Penelitian Tanaman Sayuran (BALITSA).

“Jika ditanam dari biji lama budidaya bisa mencapai 90 hari,” kata Agus. Kini petani di Pulau Jawa pada umumnya menanam bibit impor berupa umbi asal Filipina, Thailand, dan Vietnam. Adapun yang menanam varietas lokal, hasil panennya kurang bagus. Menurut Agusman kebutuhan bibit rata-rata untuk menanam satu hektar bawang merah adalah 1,3—1,5 ton umbi.

Dari bibit itu didapat hasil panen 12—15 ton dari bibit lokal dan rata-rata 18 ton dari bibit impor. Meski begitu menanam benih bawang merah dari biji juga memiliki keunggulan seperti menghemat biaya produksi. Petani rata-rata menghabiskan Rp110-juta per hektar untuk biaya produksi bawang merah. “Jika menggunakan benih dari biji bisa menghemat biaya produksi hingga 20%,” kata Agusman.

Petani di Kabupaten Pamekasan, Provinsi Jawa Timur, Suadi Asmuni, menilai penggunaan biji sebagai benih bawang merah dinilai rumit. Namun, ia tidak menutup kemungkinan jika varietas baru ini bagus. “Jika tidak rumit, hasilnya bagus dan dapat dijual petani pasti akan mencobanya,” kata Suadi. (Muhamad Fajar Ramadhan)

 

Previous article
Next article
- Advertisement -spot_img
Artikel Terbaru

Sukses Rehabilitasi Kakao: Suwardi Tingkatkan Panen hingga 200%

Trubus.id–Tanaman kakao milik pekebun di Kabupaten Luwu Timur, Provinsi Sulawesi Selatan, Suwardi tumbuh subur dan berbatang kekar. Ia mengganti...
- Advertisement -

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img