Namanya pohon bunuh diri, bisa membunuh hingga 95% populasi ulat grayak.
D alam hitungan detik daging buah kelampan Cerbera odollam berubah dari putih bersih menjadi biru kehitaman. Mata pisau nirkarat yang dipakai untuk membelah buah tanaman anggota keluarga Apocynaceae itu pun kotor oleh getah biru kehitaman. Belajar dari Suku Dayak dan Banjar, warna biru kehitaman itu menunjukkan kandungan racun.
Begitulah jika kita membelah umbi singkong karet Manihot glaziovii dan gadung Dioscorea hispida. Umbi yang semula putih berubah menjadi biru gelap karena kandungan asam sianida yang bersifat racun bagi manusia. Oleh karena itu, asam sianida disebut juga asam racun biru.
Warna biru kehitaman daging buah kelampan saat eksplorasi di Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah, pada 11 tahun silam itu berasal dari alkaloid bernama cerberin. Cerberin juga bersifat racun kuat. Jika tertelan menyebabkan denyut jantung terhenti. Di India racun itu dipakai untuk bunuh diri sehingga pohonnya disebut pohon bunuh diri.
Suku Dayak dan Banjar menggunakan racun itu untuk membunuh tikus, nyamuk, dan menangkap ikan. Mereka juga melaporkan menghirup asap dari pembakaran kayunya menyebabkan keracunan. Peneliti dari Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa (Balittra), Banjarbaru, Kalimantan Selatan, menemukan fakta lain: potensi tanaman yang di kota besar dikenal dengan nama bintaro itu sebagai pestisida nabati.
Cespleng
Keampuhan bintaro sebagai pestisida diuji pada ulat grayak Spodoptera litura. Serangga anggota keluarga Noctuidae itu musuh pekebun karena bersifat polifag. Larva dan ulatnya sanggup membuat gundul tanaman sawi, bayam, dan selada. Asumsi lain, jika si bandel mampu diatasi dengan racun bintaro, hama lain yang lebih lemah seperti ulat jengkal Melionia basalis dan ulat Plutella xylostella pasti menyerah. Melionia basalis kerap ditemukan mengganggu tanaman sengon Paraserianthes falcataria, sementara Plutella xylostella banyak menyerang kubis.
Periset menggunakan 700 ulat grayak sebagai bahan uji. Sebagai pembanding digunakan biopestisida mimba Azadirachta indica, ayaman Lasia spinosa, binjai Mangifera caesia, ciplukan Physalis angulata, dan mahang Macaranga sp, serta pestisida sintetis berbahan aktif lamda sihalotrin. Anyaman, binjai, ciplukan, dan mahang berlimpah di rawa.
Pada uji di laboratorium periset mengekstrak daun bintaro, mimba, anyaman, binjai, ciplukan, dan mahang menjadi pestisida nabati (lihat cara buat ekstrak, red). Dosis pengenceran 1 g per liter air. Kemudian ke dalam larutan itu mereka mencelupkan daun sawi dan bayam. Dedaunan itu yang diberikan sebagai pakan pada ulat grayak. Ulat terbagi ke dalam lima kelompok perlakuan berdasar biopestisida yang dipakai dalam percobaan, masing-masing terdiri dari 20 ekor.
Hasil riset pada 2008 itu menunjukkan, 24 jam pascakonsumsi pakan berupa sawi dan bayam yang dicelup ke dalam biopestisida bintaro, sebanyak 30% populasi ulat grayak mati. Tingkat kematian naik menjadi 90—95% setelah 60—72 jam perlakuan. Pada perlakuan dengan pestisida nabati lain hanya 50—60% populasi mati setelah 72 jam perlakuan.
Adaptif
Uji lapang di sentra bayam, sawi, dan selada di Kecamatan Guntungpayung, Kabupaten Banjarbaru, Kalimantan Selatan, pada Mei 2009, menunjukkan hasil serupa. Pada awal musim kemarau 2009 itu tingkat serangan ulat grayak tertinggi. Jika tidak dikendalikan sebanyak 90% tanaman di lahan seluas total 20 ha rusak.
Dengan menyemprotkan 500 liter per ha larutan ekstrak bintaro tingkat kerusakan tanaman hanya 5%. Frekuensi perlakuan 1 kali per minggu. Larutan dibuat dengan cara melarutkan 1 g ekstrak berupa pasta ke dalam 1 liter air. Sementara tingkat kerusakan pada pengendalian dengan pestisida sintetik lamda sihalotrin 4,5%; dengan mimba (12,5%).
Hasil riset itu menunjukkan bintaro layak jadi biopestisida pilihan. Apalagi mangga laut cepat tumbuh dan adaptif. Bintaro tumbuh di daerah pantai terutama hutan bakau dan dataran rendah, tapi juga bisa ditanam di dataran tinggi. Dengan begitu petani dapat segera memanfaatkan si pohon bunuh diri untuk mengatasi hama pengganggu tanaman. (Ir Syaiful Asikin, Destika Cahyana SP, dan Ir Muhammad Thamrin, peneliti di Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa (Balittra), Banjarbaru, Kalimantan Selatan)
Biopestisida Mangga Laut
- Siapkan 1 kg daun bintaro segar. Rendam selama 2 hari dalam 7—10 liter etanol atau aseton
- Saring untuk memisahkan cairan (ekstrak bintaro) dengan daun
- Uapkan cairan ekstrak sehingga menjadi pekat dan berbentuk pasta. Cara menguapkan seperti mengukus nasi
- Untuk aplikasi, encerkan pasta dengan perbandingan 1 gram pasta per liter air. Caranya campurkan 1 g pasta dengan 5—10 ml pelarut minyak (biasa disebut minyak twin, red), lalu ditambah air sedikit demi sedikit
- Semprotkan banyak 500 liter larutan untuk 1 ha lahan sayuran. Dengan penyemprotan 500 liter larutan ekstrak bintaro per ha tingkat kerusakan kebun hanya 5%