Trubus.id — Kebutuhan pasar terhadap permintaan lobster air tawar Cherax quadricarinatus belum terpenuhi. Hal ini menjadikan peluang bisnis bagi masyarakat yang ingin memulai bisnis lobster air tawar.
Muhammad Hasbi, pembudidaya lobster air tawar (LAT) di Kelurahan Cicadas, Kecamatan Cibeunying Kidul, Kota Bandung, Jawa Barat, rutin mengirim 200 kilogram lobster air tawar segar ke Singapura sejak medio April 2022. Pasokan 200 kg itu terdiri atas 1.000–1.300 LAT berukuran 6–7 inci.
“Harganya sekitar $20 per ekor atau Rp209.400 per ekor (kurs $1=Rp10.470 ),” kata Hasbi.
Artinya, omzet Hasbi mencapai Rp200 juta per pengiriman. Menurut Hasbi, pasar Singapura bisa menyerap meski pasokan Hasbi dua kali lipat. Ia menilai tidak ada permasalahan dari sisi permintaan. Akan tetapi, pihaknya mengirim bertahap supaya tidak terlalu berisiko dalam pengiriman.
Menurut Hasbi, selain ukuran minimal 6–7 inci, syarat lain memasok ke Singapura, lobster mesti terbebas dari white spot syndrome virus (WSSV). Pasar global meminta LAT sebagai pangan alternatif lobster air asin (LAA) atau laut karena LAT memiliki kelebihan lebih rendah kolesterol.
Senada dengan Hasbi, Pratama Megantoro, pembudidaya LAT di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, mengatakan, ceruk pasar LAT masih besar dan belum terpenuhi.
Pratama rata-rata memasok 500 kilogram LAT setiap bulan untuk kebutuhan rumah makan dan hotel di Jawa Timur dan Bali. Rinciannya 150 kilogram segar seharga Rp200.000–Rp250.000 dan 350 kilogram dalam bentuk beku berharga Rp125.000.
Lebih lanjut, ia menambahkan permintaan yang belum terpenuhi terutama untuk kebutuhan ekspor ke negeri jiran seperti Malaysia dan Singapura sebanyak 21 ton setiap bulan.
Adapun pembeli menghendaki ukuran minimal 7 inci. Kriteria ekspor itu sama dengan yang diminta hotel. Namun, berbeda dengan pasokan ke rumah makan yang menyukai LAT berukuran 4 inci.