Trubus.id — Sampah plastik yang selama ini menjadi ancaman lingkungan kini bisa diubah menjadi bahan bakar ramah lingkungan. Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bersama Bank Sampah Banjar Negara memperkenalkan inovasi bernama Faspol 5.0, mesin pengolah sampah plastik menjadi bahan bakar minyak yang disebut petasol.
Faspol 5.0 merupakan generasi kelima dari teknologi Faspirolisis, yaitu metode pirolisis yang digunakan untuk mengubah sampah plastik menjadi energi. Berbeda dari versi sebelumnya, Faspol 5.0 mengusung konsep multikondensor, yakni sistem dengan beberapa ruang pembakaran yang membuat proses pemanasan lebih efisien
“Mesin ini tidak menggunakan pipa spiral atau elbow, yang biasanya rawan tersumbat dan berpotensi menimbulkan ledakan. Dengan sistem baru ini, proses pembakaran menjadi lebih lancar,” ujar Tri Martini, peneliti dari Pusat Riset Sistem Produksi Berkelanjutan dan Penilaian Daur Hidup BRIN, pada kanal YouTube BRIN.
Faspol 5.0 mampu mengolah hingga 100 kilogram sampah plastik dalam satu siklus proses selama 8 hingga 15 jam dan menghasilkan sekitar 90 hingga 95 liter bahan bakar cair. Sementara versi mesin dengan kapasitas 50 kilogram dapat memproduksi sekitar 40 hingga 45 liter bahan bakar.
Jenis sampah yang diolah pun bukan sembarangan. Menurut Tri, bahan baku utamanya adalah plastik yang sudah tidak bisa didaur ulang, seperti bungkus makanan instan, plastik saset, kemasan minyak goreng, tas kresek, dan sisa-sisa styrofoam makanan daring. Jenis plastik ini umumnya berbahan PE (polyethylene), yang banyak ditemukan di limbah rumah tangga dan pertanian.
“Kalau kita lihat di lahan pertanian, saluran irigasi, atau di sawah, itu banyak sekali sampah plastik jenis ini. Daripada mencemari lingkungan, lebih baik diubah menjadi energi yang bermanfaat,” jelas Tri.
Bahan bakar hasil olahan Faspol 5.0 yang diberi nama petasol ini telah melalui uji laboratorium dan memenuhi 18 parameter standar bahan bakar minyak (BBM), termasuk nilai angka setana (cetane number) yang mencapai 51. Angka ini menunjukkan kualitas pembakaran yang setara, bahkan lebih tinggi dibanding biosolar (38,6), dan mendekati kualitas Pertamina Dex atau Dexlite.
“Meski kualitasnya setara solar industri, kami tidak mengklaim ini sebagai pengganti. Petasol tetap kami rekomendasikan hanya untuk mesin diesel, seperti alat pertanian atau kapal nelayan,” imbuh Tri.
Saat ini, karena teknologinya telah mendapatkan paten, mesin Faspol 5.0 bisa diperjualbelikan melalui e-katalog. Hal ini memudahkan distribusi ke berbagai komunitas, instansi, maupun pelaku usaha yang membutuhkan solusi atas masalah sampah plastik.
Dengan hadirnya Faspol 5.0, BRIN berharap solusi pengolahan limbah plastik ini dapat menjadi bagian dari strategi nasional menuju ekonomi sirkular dan energi berkelanjutan.