Trubus.id—Petani bawang merah di Banjar Dalem, Desa Songan, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Provinsi Bali, I Putu Kertayasa Ariawan memanen 1,5 ton bawang merah segar per 10 are (1.000 m2 ). Sebelumnya pada lahan yang sama ia hanya memanen 1,3 ton bawang merah basah.
Putu menerapkan sistem smart farming dan irigasi sprinkler sejak 2022. Ia menggunakan internet of things (IoT) yang terintegrasi dengan telepon genggam.
Layar telepon genggam membantu memberi informasi indikator seperti cuaca, kelembapan, pH tanah, pH air, curah hujan per menit dan per jam, serta temperatur udara.
Teknologi itu juga membantu penyiraman otomatis yakni dengan menggunakan tools area wawter sprinkler. Lalu, alat penyiram tanaman menyala dan menyemprotkan air. Penyiraman bawang merah tergantung musim dan umur tanam.
Menurut Putu penyiraman normalnya sehari 2 kali saat pagi sebelum matahari terlihat dan pukul 14.00—15.00. Durasi sekali penyiraman 15—20 menit. Ia menuturkan dengan teknologi itu memberikan kemudahan dalam penyiraman bawang merah dan mengefisiensikan waktu.
Oleh sebab itu, ia rela menggelontorkan biaya investasi yang relatif tinggi untuk merancang teknologi smart farming itu. Biayanya sekitar Rp50 juta untuk lahan seluas 15 are setara 1.500 m2.
Putu Aria juga mengombinasikan smart farming dengan penyiraman teknik irigasi sprinkler. Pada irigasi sprinkler itu alat penyiram tanaman disangga tiang-tiang dan nantinya keluar air seperti kabut.
Dengan pengalaman itu, para anggota kelompok tani tertarik untuk menerapkan teknologi itu.
“Saat ini sudah 5 hektare yang menerapkan smart farming dan jumlahnya terus bertambah,” kata Putu Aria.