
Mata minus bisa kembali normal dengan cuka apel.
Hendi Nurhendi akhirnya melepaskan kacamata. Padahal, sejak 1987 saat duduk di bangku Sekolah Menengah Atas, ia tidak pernah lepas dari kacamata. Harap mafhum mata kiri dan kanannya minus 1,25. “Sepuluh tahun dibiarkan mata kanan dan kiri saya menjadi silindris dan minus 1,5,” ujar pria yang berdomisili di Kotamadya Batu, Provinsi Jawa Timur, itu. Salah satu dampaknya adalah Hendi kesulitan membaca tulisan meski berhuruf besar pada jarak 6—7 m.
Gangguan mata itu juga memicu kecelakaan sepedamotor dan mobil masing-masing 2 kali dalam kurun setahun. “Saat terkena lampu sorot kendaraan lain, jalan yang lurus terlihat menjadi tidak lurus. Kendaraan dekat juga terlihat jauh,” kata pria kelahiran Subang, Jawa Barat, 46 tahun itu. Menurut dr Hanny M Kartosen SpM, dokter spesialis mata di Rumahsakit Islam Siti Hajar di Sidoarjo, Jawa Timur, mata minus dan silindris merupakan bawaan sejak lahir.
“Semakin bertambah usia, ukuran minus dan silindris itu bertambah besar,” kata alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga itu. Hanny menjelaskan mata minus umumnya terjadi karena perubahan bentuk bola mata yang semakin memanjang ke belakang, sedangkan mata silindris terjadi akibat perubahan lengkung kornea mata.

Dari apel
Hendi yang tidak berobat secara khusus itu suatu ketika bertemu Ir Agus Salim, produsen cuka apel di Malang, Jawa Timur. Agus menyarankan agar ayah 9 anak itu mengonsumsi cuka apel. “Katanya cuka apel bisa memperbaiki gangguan mata,” ujar Hendi. Saat itu Hendi mencoba mengonsumsi 3 kali sehari, masing-masing satu sloki berukuran 50 ml cuka apel. Ia menambahkan satu sendok makan madu dan segelas air putih, mengaduk rata, dan meminumnya.
Frekuensi konsumsi 3 kali sehari pada pagi, siang, dan malam masing-masing satu gelas. Dua hari pascakonsumsi Hendi merasakan mual dan pusing. Namun, berikutnya ia merasakan tubuhnya menjadi jauh lebih segar. “Pandangan mata saya juga menjadi lebih terang,” ujar Hendi yang rutin mengonsumsi cuka apel selama 16 tahun itu. Keyakinan Hendi pada khasiat cuka apel semakin kuat setelah membaca buku karangan Paul C. Bragg PhD tentang khasiat cuka apel pada 1998.
Dalam buku berjudul Apple Cider Vinegar Miracle Health System itu dikupas tuntas manfaat cuka apel dalam mengatasi beragam penyakit. “Sejak itu saya meninggalkan obat kimia yang diberi dokter,” ujar kakek 2 cucu itu. Harap mafhum saat itu Hendi rutin mengonsumsi obat dokter. Pada tahun yang sama itu Hendi bereksperimen untuk memakai cuka apel untuk mengatasi gangguan matanya. Ia mengoleskan cuka apel itu pada kelopak bagian dalam matanya 2 kali sehari.

Sesudah mengoleskan, ia memejamkan matanya beberapa saat lantas sesekali dibuka seperti mengedipkan mata. Hendi mengatakan, “Rasanya perih sekali dan banyak kotoran di mata keluar,” katanya. Hal itu dilakukan rutin selama 6 bulan dan menunjukkan perbaikan. “Mata menjadi lebih nyaman saat tidak menggunakan kacamata,” katanya. Pada bulan ke-7, Hendi yang penasaran dengan efek pengobatan itu memeriksakan diri ke dokter spesialis mata di Surabaya. Hasilnya mata minus dan silindris Hendi lenyap. Mata Hendi kembali normal.
Hasil signifikan dari perubahan kondisi mata itu adalah Hendi bisa melihat dalam jarak jauh. “Saat berkendaraan pada malam hari sudah tidak takut lagi,” ujar penyuluh kesehatan di Kabupaten Malang, Jawa Timur, itu. Sampai saat ini Hendi masih rajin mengoleskan cuka apel ke kelopak mata. Namun, caranya sedikit diubah. Ia memanfaatkan alat semprot seperti botol parfum untuk mencegah kotoran. “Lebih higienis dari pada memakai tangan,” tambahnya.
Rileks
Kesembuhan Hendi dengan cuka apel menurut herbalis di Tanggerang Selatan, Banten, Lukas Tersono Adi, karena cuka apel memiliki manfaat untuk merilekskan mata dengan mengendorkan otot mata yang tegang. “Itu yang dapat membuat mata minus dan silindris bisa mengalami perbaikan,” kata alumnus Universitas Diponegoro itu.

Selain cuka apel sebetulnya terdapat herbal lain yang berkhasiat pula memperbaiki kelainan penglihatan mata seperti biji buah keben dan takokak. Keben yang dipopulerkan oleh Heinrich Melcher pada 2003 bisa mengatasi katarak, mata minus, dan glaukoma. Belum ada riset senyawa yang bisa membuat anggota famili Lecythidaceae itu mengatasi gangguan mata. Yang diketahui biji keben mengandung saponin sebesar 14%.
Prof Dr Ir Ervizal AM Zuhud MS, dosen di Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Institut Pertanian Bogor menyebutkan takokak bisa menormalkan lensa mata. Itu berdasarkan pengalaman 2 penduduk desa yang rutin mengonsumsi buah takokak muda setiap hari. “Mereka mengonsumsi 7—10 buah setiap hari selama 2 bulan,” kata Ervizal. Ervizal menduga takokak memiliki kandungan vitamin A tinggi.
Menurut dr Hanny M Kartosen SpM, pemakaian herbal untuk menormalkan lensa mata, misalnya perlu diteliti lagi lebih dalam. “Bukan apa-apa mata merupakan organ penting yang bila rusak sulit diperbaiki lagi,” katanya. Hanny menuturkan untuk memperbaiki kondisi mata pasien memang disarankan mengonsumsi sayuran dan buah yang kaya vitamin A seperti wortel dan pepaya. (Muhamad Cahadiyat Kurniawan)