Trubus.id— Safrudin terpaksa membeli getah pohon karet (lateks) dari pekebun dengan harga rendah yakni Rp4.500—Rp6.500 per kg. Padahal, pengepul karet asal Kecamatan Halong, Kabupaten Balangan, Provinsi Kalimantan Selatan, itu biasa menerapkan harga Rp8.500 per kg.
Musababnya, lateks yang dihasilkan pekebun karet berkualitas rendah. “Harga karet sangat bergantung pada kualitas sadapan pekebun,” kata Safrudin. Kadar kekeringan rata-rata bahan olah karet rakyat (bokar) dari petani hanya berkisar 50%.
Selain itu bokar kerap tercampur dengan pengotor (kontaminan) seperti kayu dan air. Dampaknya bobot bokar menurun hingga 50%. Misal saat diangkut ke truk bobot bokar 5 ton.
Saat ke lokasi penjualan dan dilakukan penimbangan, bobot bokar hanya tersisa sekitar 2,5 ton. Sementara upah angkut truk tetap dibayar penuh. Hal itulah yang menjadi salah satu pertimbangan pabrik terkait harga.
Harga lateks juga terpuruk saat memasuki musim kemarau lantaran daun-daun mengering dan berguguran. Akibatnya kadar air yang dibutuhkan pohon berkurang. Menurut Safrudin, pada musim kemarau getah karet saat dibekukan agak lembek karena kadar kekentalan lateks menurun.
Kepala Bidang Penyuluhan, Pengolahan Pemasaran, dan Pembinaan Usaha Pekebunan, Dinas Perkebunan dan Peternakan Provinsi Kalimantan Barat, Hendarto, S.Hut., M.Sc., harga karet memang menjadi permasalahan utama.
Salah satu penyebabnya kualitas bokar yang rendah. Hasil karet menjadi rusak karena terkontaminasi benda-benda asing ke dalam getah seperti tatal, kayu, batu, dan plastik. Oknum pekebun mencampurkan bahan penggumpal yang tidak sesuai seperti pupuk TSP.
Para oknum menyimpan getah dalam kolam dalam waktu lama sehingga elastisitas karet menurun. Hal itu menyebabkan harga bokar di tingkat petani rendah.
“Harga bokar di Kalimantan Barat hanya Rp4.000—Rp5.000 per kg,” kata Hendarto.
Harga yang murah membuat para pekebun enggan menoreh getah. Kebun dibiarkan begitu saja. “Lebih parah lagi, ada pohon karet yang ditebang untuk bahan baku kayu perkakas,” ujar Hendarto.
Permasalahan yang sama juga dialami para pekebun karet di Kalimantan Timur. Menindaklanjuti hal itu, Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Timur berupaya mendorong para pekebun untuk meningkatkan peranan dan daya saing karet.
Mereka melakukan perbaikan mutu bahan olah karet melalui gerakan bersama rakyat dalam mengelola bahan olahan karet bersih berkuailtas (Gebrak Bokar Bersih).
Menurut Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Timur, Ahmad Muzakkir, S.T., M.Si., program itu menawarkan solusi mulai dari produksi getah karet, pengolahan menjadi bahan olahan karet bersih, dan pemasaran. Semua proses melibatkan kelompok tani karet langsung dengan pihak pabrik pengolahan.
Salah satu kegiatan program itu yakni mengadakan pelatihan. Hasilnya telah terjadi perubahan pola pikir dan pengetahun para pekebun dalam mengelola hasil panen karet menjadi bokar bersih yang berkualitas sesuai standar yang telah ditetapkan.