Umbi gembili terbukti mengatasi kanker payudara.

Petuah bapak kedokteran Hippokrates jadikan makanan sebagai obatmu, bukan obat sebagai makanan. Pangan lokal yang berpotensi sebagai obat antara lain gembili. Riset ilmiah membuktikan umbi gembili Dioscorea esculenta itu manjur mengatasi sel kanker payudara. Dosen di Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung (Unissula), Semarang, Jawa Tengah, dr Sumarno, MSi Med, SpPA membuktikan keampuhan gembili sebagai antikanker.
“Dasar pemilihan gembili lantaran ia kerabat dekat uwi ungu Dioscorea alata yang menurut berbagai penelitian ilmiah mengandung senyawa aktif berpotensi mengatasi kanker,” ujar Sumarno. Ia dan Dina Fatmawati SSi meneliti aktivitas fitokimia ekstrak gembili pada kultur sel payudara T-47-D secara invitro. Sumarno memperoleh umbi tanaman anggota famili Diocoreaceae itu dari Kabupaten Kendal, Provinsi Jawa Tengah.
Kanker bunuh diri
Sumarno memanfaatkan bagian umbi. Dokter spesialis patologi anatomi itu mencuci, mengupas, memotong tipis-tipis umbi, kemudian mengeringkan umbi gembili dengan oven. Suhu pengeringan 100°C selama 3—4 jam. Setelah itu Sumarno memblender gembili kering sampai berbentuk serbuk. Proses selanjutnya membuat ekstrak 100 gram serbuk gembili. Pembuatan ekstrak membutuhkan waktu 3 hari melalui berbagai tahapan di laboratorium.
Hasil akhir berupa ekstrak umbi tanaman anggota famili gadung-gadungan sebanyak1,469 gram. Pada uji sitotoksik, ia mmebagi ekstrak etanol gembili menjadi 10 seri konsentrasi, yaitu dari yang tertinggi 1.000 µg hingga terendah hanya 1,95 µg per ml. Sumarno dan Dewi mengamati potensi sitotoksik ekstrak etanol gembili pada sel kanker T-47-D berdasarkan nilai penghambatan atau IC50.

Sesuai dengan kriteria National Cancer Institute (NCI) nilai IC50 berpotensi sangat kuat jika kurang dari atau sama dengan 20 µg, cukup kuat jika nilai IC50 berkisar 21 µg–100 µg, dan lemah jika nilai IC50 lebih dari 100 µg per ml. Hasil penelitian membuktikan, ekstrak etanol gembili memiliki nilai IC50 sebesar 39,61 µg/ml. Itu berarti potensi sitotoksik ekstrak gembili cukup kuat.
Pada kelompok kontrol rata-rata persentase sel apoptosis sebesar 7,29%. Sumarno menggunakan dua konsentrasi, yakni 20 µg/ml dan 40 µg/ml. Apoptosis adalah kematian sel secara terprogram dan secara otomatis membuat jaringan kanker berhenti berkembang. Dalam dunia medis apoptosis lazim disebut program bunuh diri sel kanker alias suicide program setelah memperoleh senyawa aktif tertentu.
Terjadi peningkatan rata-rata persentase sel yang mengalami apoptosis setelah pemberian ekstrak etanol gembili dosis 20 µg/ml yakni 15,52%. Adapun pada dosis 40 µg/ml jumlah sel kanker apoptosis menjadi 36,60%. Itu berarti pada konsentrasi 20 µg/ml mulai ada aktivitas penghambatan pertumbuhan sel. Adapun pada konsentrasi 40 µg/ml terjadi apoptosis pada sel kanker.
Senyawa aktif

Sumarno dan Dewi Fatmawati belum meneliti secara mendalam tentang jenis kandungan aktif gembili yang berperan menghambat pertumbuhan sel kanker. Selain itu Agus Suprijono dan Lisa Rachmayanti dari Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) juga meneliti gambili terhadap pertumbuhan volume kanker payudara atau adenocarcinoma mammae mencit betina.
Agus menduga diosgenin adalah senyawa yang berperan penting dalam penghambatan sel kanker payudara. Cara kerja diosgenin unik karena menghambat perkembangan jaringan sel yang pertumbuhannya tidak normal, tetapi tidak mengganggu bagian lain yang masih sehat. Menurut Sumarno berdasar penelitian itu terlihat bahwa khasiat gembili menghambat pertumbuhan dan mengecilkan kanker dapat dimanfaatkan pada kanker stadium awal.
Herbalis di Bintaro, Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten, Yayuk Ambarwulan, menuturkan, “Gembili paling baik untuk tindakan pencegahan. Gembili mengandung senyawa aktif yang bersifat mematikan sel kanker yang masih dalam taraf pembentukan jaringan baru. Antioksidan juga banyak terkandung dalam umbi, sehingga dapat membantu meningkatkan daya tahan tubuh.”
Masyarakat kota
Dalam dunia medis, penggunaan herbal hanya sebagai pendamping, bukan sebagai bahan penyembuh utama. Dokter spesialis bedah onkologi Rumahsakit Kanker Dharmass di Jakarta, dr Denny Joko Purwanto Sp.B(K)Onk, mengatakan sampai kini metode penyembuhan kanker secara medis masih sebagai penanganan paling utama. “Apalagipada umumnya penderita kanker datang ke rumah sakit sudah dalam kondisi stadium lanjut atau sudah parah,” kata Denny.

Menurut Denny dalam kondisi seperti itu, tindakan terapi yang mungkin dilakukan adalah radioterapi, pembedahan, dan kemoterapi. Konsumsi rutin umbi gembili salah satu upaya mencegah serangan sel mematikan itu. Sumarno mengatakan, prevalensi penyakit kanker payudara banyak di perkotaan. Masyarakat perkotaan yang mengonsumsi makanan olahan berbahan kimia tambahan, misal bahan pengawet dan pewarna makanan. (Muhammad Hernawan Nugroho)