Trubus.id — Kehadiran gulma yang tak terkontrol salah satu pemicu anjloknya produksi avokad (alpukat). Tentu saja hal itu membuat pekebun merugi. Untuk mengatasi itu, Giyanto, Pekebun di Desa Gandapata, Kecamatan Sumbang, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, memanfaatkan mulsa plastik untuk mengatasi gulma.
Alasan Giyanto terdorong menggunakan mulsa karena biaya pengendalian gulma di kebun avokad cukup besar. Menurut Giyanto dalam 400 m² lahan membutuhkan 2 tenaga kerja selama 3 hari.
Upah tenaga kerja per hari Rp100.000 sehingga pekebun harus menganggarkan Rp600.000 setara Rp15 juta per hektare untuk sekali penyiangan. Padahal, frekuensi penyiangan rata-rata sebulan sekali pada musim hujan atau tiga bulan sekali pada saat kemarau.
Keruan saja biaya penyiangan itu membengkak. Bandingkan jika menggunakan mulsa pekebun tidak perlu keluar biaya operasional untuk penyiangan rumput. Giyanto mengatakan, pemanfaatan mulsa sekaligus mengoptimalkan serapan nutrisi.
Mikrob pengurai tanah seperti Proteus mirabilis dan Clostridium tetani juga akan cepat tumbuh, sehingga tanah menjadi gembur. Media tanam yang sehat akan membawa dampak hasil tanaman yang maksimal. Tanaman berbuah lebat dan tumbuh besar.
Giyanto menanam avokad berjarak tanam 5 meter × 5 meter. Total populasi 1.100 tanaman di lahan 3 hektare. Jenis avokad beragam yakni miki, kendil, dan rifai. Selain itu ia juga menanam avokad introduksi seperti hass dan reed.
Jumlah bibit yang ditanam hampir sama. Bagian bawah tanaman avokad (Persea americana) itu berbalut mulsa plastik hitam perak. Giyanto memerlukan 88 gulung mulsa. Satu gulung sepanjang 20 m dan lebar 1,6 m.
Kebutuhan setiap tanaman 2,5 m². Mula-mula ia membentangkan mulsa plastik hitam perak di atas permukaan tanah. Bagian tengah mulsa telah dilubangi—berdiameter 20 cm— untuk tumbuh tanaman buah anggota famili Lauraceae itu.
Giyanto menanam bibit avokad berumur 20 bulan setinggi 200 cm. Menurut Giyanto media tanam langsung pada tanah menyebabkan pertumbuhan akar tidak terhambat. Ia juga menambahkan kompos kambing sebanyak 50 kg per tanaman setiap enam bulan sekali.
Pria 42 tahun itu meninggikan media sekitar 10 cm supaya tidak terlalu cekung. Tujuannya agar akar tidak terekspose. Berdasarkan pengalaman, Giyanto menuturkan, penggunaan mulsa plastik efektif mencegah gulma yang menjadi kompetitor avokad.
Menurut Giyanto, ketika magori atau berbuah perdana rata-rata menghasilkan 100 buah per tanaman. Bobot buah kendil mencapai 2 kilogram. Avokad kendil memang sohor sebagai penghasil buah jumbo. Cita rasa buah juga legit.
Giyanto mengatakan, bobot, warna, cita rasa buah lebih optimal. Selama kurang lebih 2 tahun mulsa plastik masih terpasang dengan baik. Giyanto belum pernah mengganti. Jadi, selama itu pula ia tidak membersihkan gulma di bawah tajuk pohon.
Oleh karena itu, pekebun kelahiran 3 Maret 1979 itu berencana mengganti mulsa setelah rusak. Ia memperkirakan mulsa itu mampu bertahan 3—4 tahun.