Menghalau belalang pedang di pohon kelapa dengan kain, kawat, tali plastik, dan perekat.
Setiap kali belalang Sexava nubila datang menyerang, Hamid Tahurea menyemprotkan insektisida berbahan aktif organiklorin berkonsentrasi 2 ml per liter air di sekitar pangkal batang sampai tinggi 1 meter. Pekebun di Halmahera Tengah, Maluku Utara, itu juga menyemprotkan insektisida di tanah sekitar pangkal batang dengan diameter 1,5 m untuk mematikan telur belalang.
Hasilnya? “Sudah mahal, hasilnya pun kurang memuaskan,” ujar lelaki tamatan Jurusan Mesin Produksi sebuah SMK di Halmahera Tengah itu. Hama belalang memakan tunas daun sampai pohon yang terserang gundul. Setelah tunas daun habis, bunga dan buah muda menjadi sasaran berikutnya. “Serangan parah menyebabkan kegagalan atau minimal penundaan waktu panen karena tanaman memerlukan waktu untuk menumbuhkan kembali daun yang rusak,” ujar Aloysius Mewa, petani kelapa di Sagea, Weda Utara, Halmahera Tengah
Perangkap
Pada 2012 serangan sexava di Kabupaten Halmahera Utara, Maluku Utara, mengakibatkan banyak pohon kelapa mati sehingga produksi anjlok. Belalang talaud Sexava nubila salah satu hama utama perkebunan kelapa di Indonesia timur. Dijuluki belalang talaud karena daerah penyebarannya meliputi kepulauan Sangir Talaud, Maluku Utara, Halmahera, sampai Papua.
Menurut guru besar Entomologi Institut Pertanian Bogor, Prof Dr Ir Aunu Rauf MSc belalang talaud itu memakan daun tanaman kelapa dari pinggir dan meninggalkan bekas gigitan yang tidak rata. Serangan dimulai dari pelepah yang paling bawah. Setelah daun di bagian bawah habis, belalang merusak daun di atasnya. “Pada serangan berat yang tertinggal hanya beberapa pelepah pucuk, sedangkan daun–daun di bagian bawah tinggal lidinya saja,” ujar ahli serangga itu.
Kondisi itu menyebabkan kelapa mogok produksi selama 1—2 tahun. Menurut Dr Ir Meldy Leonardy A Hosang MSi, pakar hama penyakit kelapa dari Balai Penelitian Tanaman Palma (Balitpalma), penerapan pengendalian hama terpadu (PHT) salah satu solusi serangan belalang. Oleh karena itu Balitpalma mengembangkan perangkap baru bernama balitka MLA—singkatan dari penemunya Meldy Leonardy Anderson.
Perangkap itu dipasang di batang kelapa untuk memerangkap nimfa dan imago yang akan naik ke daun muda di pucuk pohon. Meski menghabiskan sebagian besar hidupnya dengan menggasak daun muda di puncak pohon, ada waktunya belalang pedang–demikian sebagian petani menyebut Sexava–harus turun ke tanah. Salah satunya ketika betina meletakkan telur.
Setelah menetas larva naik ke pohon untuk mencari daun kelapa sebagai makanannya. Setelah tumbuh menjadi nimfa atau imago, mereka tidak terus-menerus tinggal di atas pohon. Pada saat tertentu mereka turun untuk mencari makan di tanaman lain. Saat itulah mereka masuk ke dalam perangkap. Pembuatan balitka MLA mudah dan aman terhadap lingkungan. Setelah mengenal perangkap itu, Hamid memanfaatkannya pada 2014.
Pemilik lahan seluas 1,5 ha itu memasang perangkap balitka MLA sejak 2014. Menurut Hamid penanganan hama dengan perangkap itu praktis, mudah, dan murah. Sejak memasang balitka MLA, jumlah belalang muda (nimfa) dan dewasa (imago) yang terperangkap rata-rata 2—5 ekor per pohon per hari atau 60—150 ekor per pohon per bulan. Hama terkendali menjadikan produksi kelapa dari kebun stabil. Per tahun ia dapat memperoleh hasil 800—1.100 kg dari 120 pohon.
Tahan setahun
Untuk membuat perangkap, pekebun memerlukan bahan baku berupa kain hitam, kawat, tali, dan perekat dirangkai mengelilingi batang (lihat ilustrasi MLA Tangkap Sexava). Perangkap dipasang di batang kelapa setinggi 1—1,5 m dari permukaan tanah. Tali mengikat sisi atas kain menyerupai rok terbuka dari atas sampai ke bawah. Perekat direkatkan satu dengan lainnya sehingga membentuk perangkap.
Menurut Meldy perangkap dipasang rendah supaya memudahkan orang dewasa maupun anak-anak memungut hama. Hal itu dapat menunjang program pemerintah daerah yang menganjurkan keterlibatan seluruh masyarakat termasuk anak-anak sekolah dalam usaha pengendalian hama Sexava di lapangan. Saat ini Meldy tengah mematenkan perangkap yang mudah dibuat dan aman terhadap lingkungan itu.
“Cukup 1 perangkap per pohon, yang tahan lebih dari satu tahun,” ujar alumnus jurusan Entomologi-Fitopatologi Institut Pertanian Bogor itu. Alat itu dapat mengendalikan hama yang menyerang tanaman kelapa muda maupun produktif. Meldy dan tim Balitpalma menguji balitka MLA selama 2 bulan pada Juli 2012. Pada bulan pertama, perangkap itu menangkap rata-rata 3 nimfa dan 2 imago per pohon per hari.
Sebagian besar (60%) imago yang terperangkap adalah jantan, sisanya betina. Hal itu membuktikan mobilitas imago jantan dan betina di batang kelapa. Pergerakan terjadi pada malam hari. Bulan selanjutnya jumlah belalang yang terperangkap berkurang jauh menjadi kurang dari 1 nimfa per pohon per hari. Artinya, perangkap efektif mengurangi populasi hama itu.
Menurut Prof Aunu Rauf efektivitas pengendalian meningkat kalau dilakukan penggabungan metode. Contohnya menggabungkan perangkap dan membiakkan musuh alami Sexava seperti tabuhan parasit Leefmansia bicolor. Pembiakan parasit itu pun mudah. Bibit parasitoid itu disebarkan di kebun kelapa untuk menginfeksi telur-telur Sexava. Belalang pedang pun tidak berkutik dan enyah dari kebun kelapa. (Muhammad Hernawan Nugroho)
MLA Tangkap Sexava
- Perangkap hama kelapa Sexava.
- Batang kelapa.
- Kain hitam jenis asahi.
- Tali rafia yang dimasukkan dalam lubang berukuran 0,5–1 cm pada bagian atas.
- Kawat diameter 0,2 mm yang dimasukkan dalam lubang berukuran 0,5–1 cm pada bagian tengah.
- Kawat diameter 0,2 mm yang dimasukkan dalam lubang berukuran 0,5–1 cm pada bagian bawah.
- Perekat dari bahan kain berserabut dan gerigi plastik.
- Lubang untuk tali rafia berukuran 0,5–1 cm pada bagian atas.
- Lubang untuk kawat berukuran 0,5–1 cm pada bagian tengah.
- Lubang untuk kawat berukuran 0,5–1 cm pada bagian bawah.