Peringatan Hari Pangan Sedunia ke-36 memamerkan berbagai varietas unggul dan teknologi budidaya pertanian.
Curah hujan tinggi tak membuat pertumbuhan cabai keriting varietas iggo merana. Padahal, menurut guru besar Departemen Proteksi Tanaman Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof Dr Ir Widodo MSi, curah hujan tinggi membuat tanaman cabai rentan terkena serangan penyakit. “Musim hujan menyebabkan iklim mikro menjadi lebih lembap. Kondisi itu disukai bakteri dan cendawan penyebab penyakit untuk berkembang biak,” tutur Widodo.
Namun, iggo yang tumbuh di area pameran Hari Pangan Sedunia di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, itu tetap berbuah serentak dan lebat. Tinggi tanaman juga seragam dengan arah pertumbuhan cenderung tegak. Dedaunan tak satu pun yang tampak menggulung.
Sosok ideal
Permukaan daun iggo sebagian besar tampak mengilap pertanda tanaman mampu memanfaatkan nutrisi. Dengan berbagai keunggulan itu, kelima juri lomba pada ajang Jambore Varietas Hortikultura menobatkan cabai varietas iggo produksi PT Bisi International sebagai juara kategori cabai keriting. Iggo menyisihkan 20 varietas cabai keriting lain yang mengikuti kontes pada perayaan Hari Pangan Sedunia itu.
Menurut ketua dewan juri, Sobir PhD, dalam penilaian kategori cabai keriting, penilaian bukan sekadar produktivitas tanaman. Faktor lain meliputi keseragaman pertumbuhan tanaman, kesehatan, tinggi tanaman, pertumbuhan batang, kondisi permukaan daun, dan jumlah pembungaan.
Sobir menuturkan tinggi tanaman cabai ideal tidak boleh terlalu tinggi, tapi juga tidak boleh terlalu pendek. “Idealnya tinggi tanaman tidak lebih tinggi dari dada orang dewasa,” tuturnya. Tanaman yang terlalu tinggi produksi buah yang dihasilkan biasanya kurang optimal. Tanaman yang terlalu pendek membuat buah terlalu dekat dengan permukaan tanah sehingga rawan terkena penyakit akibat cendawan di cipratan tanah saat hujan.
Pada lomba cabai keriting itu para pesaing iggo sebetulnya juga tak kalah unggul. Namun, dari karakter buah yang dihasilkan beberapa di antaranya bersosok gemuk sehingga menyerupai cabai besar. Menurut pekebun cabai di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Rudhy Purwadi, cabai keriting yang bersosok gemuk biasanya kurang pedas sehingga kurang diminati pasar.
Varietas unggul
Panitia Jambore Varietas Hortikultura juga menggelar lomba mentimun, melon, dan semangka. Pada kategori mentimun varietas monas produksi PT Benih Citra Asia sukses menjadi juara. Adapun varietas bonia produksi PT Mulia Bintang Utama menjadi juara kategori melon. Pada kategori semangka varietas NS-jesica produksi PT Namdhari Seed Indonesia menjadi yang terbaik.
Menurut Kepala Sub Direktorat Pengembangan Varietas Kementerian Pertanian dan ketua penyelenggara Jambore Varietas Hortikultura, Ir Elnizar Zainal MSc, kegiatan itu sebagai ajang untuk memperkenalkan varietas-varietas unggul kepada masyarakat, khususnya para petani. Pada acara itu panitia membudidayakan varietas-varietas unggul hasil riset produsen benih dengan standar operasional dan prosedur (SOP) budidaya yang disusun Kementerian Pertanian.
“Dengan teknik budidaya yang seragam, dapat dilihat varietas yang benar-benar adaptif dan berproduksi optimal dengan teknik budidaya yang terstandar,” ujar Elnizar. Jambore Varietas Hortikultura hanya salah satu rangkaian kegiatan pada acara Hari Pangan Sedunia. Acara yang berlangsung pada 29—30 Oktober 2016 itu juga memamerkan aneka varietas unggul komoditas sayuran, tanaman pangan seperti padi, jagung, buah, dan aneka teknologi budidaya.
Menteri Pertanian Dr Ir H Andi Amran Sulaiman MP, membuka Hari Pangan Sedunia ke-36 pada 29 Oktober 2016 dengan meresmikan menara berbentuk jagung setinggi 15 meter yang menjadi simbol ketahanan pangan. Pada acara puncak 30 Oktober 2016, Presiden Joko Widodo hadir memberikan sambutan dan berbincang-bincang dengan perwakilan petani berprestasi dari seluruh tanahair.
Dalam sambutannya Presiden mengapresiasi kinerja Menteri Pertanian yang sejak Mei 2016 tidak lagi mengimpor beras. “Saya optimis jika semuanya bekerja keras, maka hingga akhir Desember mendatang tidak ada impor beras,” kata Jokowi. Presiden juga gembira karena impor jagung kini turun 60%. Para pekebun terpacu menanam jagung setelah Presiden mengeluarkan Peraturan Presiden yang menentukan harga jagung minimal Rp2.700 per kg.
Sebelumnya harga jagung hanya Rp1.500 per kg. Presiden menuturkan kini harga jagung di tingkat pekebun mencapai Rp3.100 per kg. Dengan harga itu diharapkan para pekebun makin semangat menanam jagung sehingga dapat menyukseskan program swasembada padi, jagung, dan kedelai (pajale) yang dicanangkan pemerintah. (Imam Wiguna)