Pemilihan lokasi, penyimpanan umbi di ruang berpendingin, dan penyerbukan oleh lebah kunci hasilkan benih bawang merah true seed of shallot (TSS).

“Seumur hidup, baru pertama kali ini saya lihat bunga bawang merah,” ujar Dewanti Rumpoko, istri Walikota Batu, Provinsi Jawa Timur. Ia berkunjung ke kebun bawang merah milik Luki Budiarti di Kelurahan Sumberbrantas, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, yang berbunga serempak itu. Luki menanam bawang merah di lahan 1.000 m² yang berketinggian 1.400 meter di atas permukaan laut.

Selama ini lazimnya petani di dataran rendah yang mengebunkan bawang merah. Luki membiarkan bawang merah itu tumbuh hingga berbunga untuk menghasilkan biji atau true seed of shallot (TSS). Pada umumnya petani menanam bawang merah dari umbi lapis. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, bekerja sama dengan Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa) dan mitra dari Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Mitra Arjuna memproduksi benih bawang merah TSS.
Lebih hemat
Ir Sulusi Prabawati MS dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura menuturkan kegiatan itu untuk uji coba dalam rangka memilih daerah yang secara agroklimat sesuai untuk pengembangan benih bawang merah. Lembaga itu mengupayakan hal itu di 7 provinsi, yaitu Sumatera Utara, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, dan Sulawesi Selatan.

Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Timur, Dr Ir Chendy Tafakrisnanto MP, menuturkan produksi benih bawang merah merupakan salah satu inovasi untuk memperbaiki budidaya. Oleh karena itu usaha pengembangan benih bawang merah adalah langkah maju. Kota Batu sangat sesuai untuk lokasi pengembangannya. Menurut Ir Rini Rosliani MSi, peneliti bawang merah dari Balai Penelitian Sayuran (Balitsa), bawang merah hasil true seed of shallot (TSS) memiliki beragam keunggulan di antaranya tanaman lebih sehat, nisbah perbanyakan tinggi mencapai 1 : 200 dan berdaya simpan lama, yaitu lebih dari 2 tahun.
Menurut Rini para pekebun juga dapat menghemat biaya karena tidak perlu gudang penyimpanan yang luas serta transportasi khusus untuk mengangkut benih ke kebun. Rini menuturkan kebutuhan benih TSS hanya 5—7 kg benih per hektare benih umbi 1—1,5 ton.

Menurut petani bawang merah dari Gapoktan Mitra Arjuna, Samsul Arifin, budidaya bawang merah untuk menghasilkan benih TSS tergolong mudah (baca boks: Hasilkan Benih Bawang). Rini menuturkan lahan produksi benih TSS idealnya berketinggian lebih dari 1.000 meter di atas permukaan laut.

Menurut Ir Paulina Evi Retnaning Prahardini dari BPTP, pada setiap tanaman menghasilkan 4—13 tangkai bunga. Pada bunga yang berukuran besar terdapat 300 kapsul biji yang berisi 3 biji per kapsul. Sementara pada bunga kecil terdapat 150 kapsul. Jika diambil paling minimal yaitu 4 tangkai bunga pertanaman dengan jumlah kapsul 150 per bunga, maka setiap tanaman menghasilkan 3,36 g benih per tanaman. Jika lahan satu hektare terdiri atas 1.000 tanaman, maka jumlah benih TSS yang dihasilkan mencapai 336 kg per hektare. (Bondan Setyawan)