Trubus.id— Kelapa kopyor tetap produktif meski tumbuh di lahan kritis. Itulah keadaan yang ada di kebun kelapa milik Prof. Drs. Sisunandar, M.Si, P.hD.
“Lapisan tanah atas hanya 5 cm, sedangkan lapisan bawah tercampur batu kerikil,” kata Sisunandar.
Pekebun di Purwokerto, Jawa Tengah, itu menanam kelapa kopyor genjah varietas cungup merah lantaran berdaging padat. Postur tanaman tergolong pendek yakni 3—4 m dan berbuah perdana pada umur 3 tahun. Ia menanam kelapa itu di lahan seluas 8 hektare. Total populasi 200 pohon berumur 9 tahun.
Dosen Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP), itu memanen rata-rata 170 kelapa kopyor per tanaman per tahun. Artinya dengan populasi 200 pohon, ia bisa memanen 34.000 kelapa kopyor per tahun.
Bandingkan dengan produktivitas kopyor di kebun lain yang hanya 80 buah per tanaman setahun. Artinya produktivitas kopyor di kebun Sisunandar sekitar dua kali lipat lebih banyak ketimbang kopyor di kebun lain.
Paling istimewa sebutir kopyor berdiameter 30 cm milik Sisunandar menghasikan 280 g daging buah. Sementara di tempat lain 280 gram daging buah berasal dari kopyor berdiameter 45 cm.
Tingkat kemanisan kopyor milik Sisunandar juga tinggi mencapai 6°brix. Sementara itu tingkat kemanisan kopyor lain 4—5°brix. Pemasaran produk ke sejumlah distributor di berbagai daerah seperti Purwokerto, Jawa Tengah, Surabaya (Jawa Timur), Indramayu (Jawa Barat), Jakarta, dan Daerah Istimewa Yogyakarta.
Apa rahasianya supaya kelapa kopyor di lahan kritis produktif? Sisunandar melakukan pemupukan intensif. Saat awal musim hujan, ia menaburkan 200 kg pupuk kotoran kambing terfermentasi per tanaman.
Selang sebulan Sisunandar menaburkan 1 kg pupuk yang mengandung magnesium per tanaman. Pupuk itu berperan dalam pembentukan klorofil tanaman. Tujuannya supaya daun menghijau sehingga pasokan klorofil untuk fotosintesis melimpah.
Ia juga rutin memberikan 1 kg pupuk yang mengandung sulfur, 2,5 kg pupuk yang mengandung fosfat, dan 2,5 kg pupuk ZA. Ketiga pupuk itu diberikan secara beruntun—bergantian setiap bulan—selama fase vegetatif.
Saat fase generatif ditandai dengan munculnya bunga pada manggar, petani itu menghentikan pemberian pupuk yang mengandung sulfur. Sebagai penggantinya berupa 2,5 kg pupuk kalium klorida per tanaman. Faedahnya membentuk buah supaya bulat.
Perawatan tepat mempertahankan umur tanaman hingga 80 tahun. Namun, pada umur 40 tahun sebaiknya mulai regenerasi tanaman. Musababnya, tinggi tanaman terus bertambah sehingga mempersulit pemanenan.