Monday, January 20, 2025

Perintis Bisnis Kopi Spesialti

Rekomendasi
- Advertisement -

Trubus.id—Semula hanya ada sekitar 500 tanaman kopi arabika di lahan 2.500 m² di Desa Cupunagara, Kecamatan Cisalak, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat. Kini terdapat sekitar 600.000 tanaman anggota famili Rubiaceae itu di kebun seluas 300 hektare (ha).

Kebun kopi itu bukan berupa hamparan, tetapi tersebar dalam ratusan titik penanaman. Lebih dari 100 warga Desa Cupunagara membudidayakan kopi arabika. Semula hanya satu orang yakni Wahidin Hidayat.

Ia merupakan pelopor perkebunan kopi arabika di desa seluas sekitar 3.226 ha itu. Wahidin pula yang mendorong masyarakat untuk menanam kopi arabika di sana. Kini Desa Cupunagara menjadi sentra kopi berkualitas di Kabupaten Subang.

Menurut Wahidin dari luasan 300 ha baru 200 ha yang produktif. Sisanya yang belum produktif karena tanaman baru yang belum menghasilkan. Harap maklum penanaman kopi arabika cenderung bertambah sehingga selalu ada tanaman baru setiap tahun.

Menjaga mutu

Wahidin tidak hanya mengajak masyarakat menanam kopi arabika. Ia juga menampung dan mengolah kopi arabika hasil panen masyarakat. Syaratnya buah kopi yang dipanen harus berwarna merah, bukan yang masih hijau.

“Berapa pun jumlah hasil panen kami terima,” kata anggota Kelompok Tani Harapan Jaya itu.

Penyortiran green bean secara manual agar lebih presisi. (Trubus/Riefza Vebriansyah)

Anggota atau bukan anggota kelompok tani pun boleh menjual hasil panen kepada Wahidin. Terdapat 4 pengolahan kopi di Kelompok Tani Harapan Jaya yaitu full wash, honey, natural, dan wine.

Menurut Sekretaris Kelompok Tani Harapan Jaya, Yandi Lesmana, sekitar 60% kopi hasil panen diolah full wash. “Kopi dengan pengolahan full wash paling banyak dibutuhkan kafe. Kopi full wash juga bisa dicampur dengan robusta,” kata penanggung jawab pengolahan kopi di Kelompok Tani Harapan Jaya itu.

Pengolahan kopi dengan cara itu bermula dari perendaman biji untuk penyortiran buah kopi berkualitas. Yandi membuang buah kopi yang mengambang dan hanya mengolah buah yang berada di dasar wadah. Setelah itu ia mengupas kulit buah kopi menggunakan mesin.

Selanjutnya Yandi memfermentasi biji kopi dengan perendaman air selama sekitar 12 jam. Kemudian ia mencuci kopi hingga kesat dengan air mengalir untuk membersihkan lendir yang menempel di kulit tanduk.

Tahap berikutnya ia menjemur kopi dalam greenhouse hingga kadar air maksimal 9%. Lantas ia mengupas kulit tanduk menggunakan mesin huller. Selanjutnya ia menyortir biji kopi beras (green bean) secara manual.

Ia hanya memilih biji kopi yang utuh dan tidak ada cacat fisik. Lalu biji kopi beras arabika siap disangrai. Wahidin dan Yandi lebih banyak menjual biji kopi beras. Jadi, setelah penyortiran terakhir mereka mengemas biji kopi beras.

Mereka hanya menyangrai beberapa kilogram biji kopi beras untuk jamuan para pengunjung yang datang ke tempat pengolahan. Pada musim panen 2023 Wahidin dan Yandi mengolah sekitar 100 ton buah kopi segar.

Setelah pengolahan Wahidin mendapatkan sekitar 15 ton biji kopi beras dengan 4 jenis pengolahan. Harga biji kopi beras berbeda tergantung jenis pengolahan. Harga biji kopi beras proses full wash Rp110.000, honey Rp130.000, natural Rp150.000, dan wine Rp180.000—semua harga per kg.

Pengemasan green bean kopi canggah.(Trubus/Muhammad Basya Zulkifli)

Kopi hasil pengolahan itu ludes terjual saat Trubus berkunjung ke Desa Cupunagara pada September 2023. Konsumen Wahidin yakni roastery yang tersebar di Subang dan Bandung, keduanya di Jawa Barat, serta DKI Jakarta.

Permintaan tinggi

Beberapa kafe kopi juga menjadi langganan Wahidin. Kopi Canggah merupakan merek kopi olahan Kelompok Tani Harapan Jaya. Kata canggah berasal dari nama Gunung Canggah di Kecamatan Cisalak yang berketinggian 1.685 meter di atas permukaan laut (m dpl).

Wahidin dan Yandi mengolah kopi canggah dengan sungguh-sungguh. Tidak heran kopi yang dihasilkan pun berkualitas prima. Hasil cupping score kopi canggah yaitu 85 dan 87.

“Saat mengikuti lomba di Institut Pertanian Bogor cupping score kopi canggah 89,” kata Wahidin.

Hasil cupping score itu menunjukkan kopi canggah termasuk kopi specialty. Kapasitas produksi yang sekitar 15 ton biji kopi beras pada 2023 belum memenuhi permintaan yang datang.

“Ada satu orang yang minta 10—20 ton per bulan,” kata Yandi.

Belum lagi pembeli dari mancanegara seperti Korea Selatan yang meminta pasokan 3.000 ton per tahun. Dengan kata lain permintaan kopi canggah sangat besar, tetapi kapasitas produksi terbatas.

Beruntung banyak warga yang memperluas kebun kopi arabika saban tahun. Ditambah lagi minat warga lain menanam kopi arabika. (Trubus/Riefza Vebriansyah)

- Advertisement -spot_img
Artikel Terbaru

Budi Daya Buah Premium: Dari Melon hingga Anggur di Rumah Tanam

Trubus.id–Inovasi budi daya buah-buahan semakin berkembang. Pekebun selalu berupaya untuk mencetak buah berkualitas. Buah premium pun turut mendongrak harga.  Hasbullah...
- Advertisement -

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img