Penggerek batang tebu menurunkan produksi 50%. Trichogramma japonicum mengendalikannya.
Ini kisah serangga pemburu telur ngengat. Sang pencari telur adalah serangga Trichogramma japonicum. Sosoknya mungil berukuran hanya 0,4—0,69 mm. Ia membutuhkan nutrisi telur ngengat Scirpophaga vinella untuk perkembangan keturunannya. Itulah sebabnya induk Trichogramma sp mati-matian mencari telur Scirpophaga vinella jika hendak bertelur. Scirpophaga vinella meletakkan telur di bawah dedaunan.
Induk betina kemudian menyelimuti telur-telur itu dengan selubung berwarna jingga. Sekali bertelur Scirpophaga vinella menghasilkan 10—80 butir. Itulah telur santapan bagi Trichogramma sp. Begitu menemukan, induk betina Trichogramma memasukkan telurnya ke telur penggerek tebu itu. Saat telur-telur Trichogramma menetas menjadi larva, mereka berpesta pora menikmati telur penggerek. Mereka tumbuh dewasa di dalam telur itu.
Kontrol populasi
Keruan saja ngengat penggerek tidak dapat berkembang karena larva Trichogramma sp menghabiskan nutrisi telurnya. Mestinya jika tanpa induksi telur Trichogramma, telur-telur ngengat itu bakal menetas dalam 7 hari ketika suhu hangat atau 10—12 hari saat dingin. Tanpa parasitoid, maka telur-telur itu bakal menetas menjadi larva yang membahayakan. Hidupnya hanya 5—6 pekan sebelum larva itu menjadi pupa dan berubah menjadi ngengat.
Dalam waktu 30-an hari itu larva Scirpophaga vinella menghancurkan tanaman tebu. Ia tak pandang bulu menyerang tanaman anggota famili Poaceae itu. Tanaman berumur 1,5—2 bulan paling rentan serangannya. Serangan hama anggota famili Crambidae itu pada tanaman muda menyebabkan kematian, sedangkan serangan pada tanaman berumur lima bulan atau lebih menyebabkan terbentuknya siwilan atau tunas samping.
Tunas samping itu penyebab turunnya produksi tebu. Akibat serangan hama itu produktivitas tanaman turun 50%. Serangan penggerek pucuk tebu mengakibatkan rendemen gula turun 15—77%. Berdasarkan data Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Surabaya luas areal tanaman tebu di Jawa Timur pada 2011 mencapai 111.700 ha. Dari luasan itu 405,80 ha terserang hama penggerek pucuk.
Itulah sebabnya para pekebun tebu menanti kehadiran parasitoid Trichogramma untuk mengendalikan hama. Perilaku Trichogramma sp yang meletakkan telur di dalam telur hama penggerek itulah yang bermanfaat besar untuk mengendalikan populasi hama di lahan tebu. Jika populasi serangga Trichogramma sp tinggi di lahan tebu, banyak pula telur penggerek yang gagal berkembang.
Sebab, telur-telur hama itu menjadi makanan bagi anak-anak serangga parasitoid Trichogramma sp. Sudah begitu serangga Trichogramma sp bersifat polifag alias berinang banyak dan mudah beradaptasi. Trichogramma merupakan parasitoid alias musuh alami yang manjur mengendalikan hama penggerek pucuk tebu. Biasanya parasitoid bersifat pemangsa dan parasit.
Hemat pestisida
Sebagai pemangsa ia membunuh inangnya, sebagai parasit karena pada umumnya hanya membutuhkan satu inang untuk tumbuh, berkembang, dan bermetamorfosis. Selain ramah lingkungan, penggunaan parasitoid Trichogramma juga menekan pengeluaran petani. Biaya penggunaan pestisida turun 73,4% dan biaya tenaga kerja berkurang 27%. Keberadaan inang dan lingkungan pertanaman (suhu, cuaca, udara) mempengaruhi populasi parasitoid Trichogramma sp.
Populasi inang berupa telur penggerek yang rendah menyebabkan parasitoid gagal berkembang. Demikian pula jika lingkungan kurang mendukung, parasitoid tidak dapat berkembang dengan baik. Oleh karena itu penggunaan Trichogramma sp sebagai parasitoid telur di lahan tebu di antaranya dengan teknik inundasi. Caranya dengan menambahkan populasi Trichogramma sp dalam jumlah banyak ke lahan tebu.
Pada teknik inundatif, perlu teknik pembiakan massal yang tepat waktu, murah, dan mudah. Tepat waktu berarti perbanyakan T. japonicum dapat dibuat secara terjadwal, sehingga tersedia sepanjang waktu. Mudah berarti perbanyakan Trichogramma sp dengan metode sederhana, yakni menggunakan inang alternatif. Adapun murah berarti pakan serangga inang alternatif mudah didapatkan dengan harga terjangkau.
Pembiakannya yang mudah dan murah menyebabkan petani mampu mengembangkan pengendalian dengan serangga yang dideskripsikan Fabricius pada 1794 itu. Perbanyakan masal Trichogramma sp. biasanya menggunakan inang alternatif, yaitu telur serangga hama gudang yang dapat tersedia sepanjang waktu seperti ulat beras Corcyra cephalonica.
Selain itu pembiakannya mudah dan termasuk serangga yang menyerang beberapa komoditas pangan berkarbohidrat tinggi, seperti beras, jagung, gandum, kacang-kacangan, dan kopra. Trichogramma japonicum terbukti efektif mengontrol hama penggerek tebu. Serangga mini itu mengendalikan populasi hama. (Ir Achmad Sarjana MSi & Asri Wuryanti, SP, periset di Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya)