Tuesday, January 21, 2025

Kentang Top: Kagawa dan Spudy

Rekomendasi
- Advertisement -
Hamparan tanaman kentang kagawa di Garut, Provinsi Jawa Barat. (Dok. Dr. Awang Maharijaya, S.P., M.Si.)

Kentang-kentang baru berproduksi menjulang hingga 35 ton per hektare, tahan penyakit, dan genjah.

Trubus — Muhammad Chudori hanya memerlukan waktu 100 hari untuk memanen umbi kentang sejak tanam. Semula, petani di Kabupaten Garut, Jawa Barat, itu menanti 120 hari untuk memanen umbi Solanum tuberosum. Kentang genjah itu bernama kagawa yang berproduksi menjulang 30—35 ton per hektare. Bandingkan dengan produktivitas kentang sayur lain yang hanya 20 ton per hektare. “Setiap tanaman memproduksi rata-rata 1,5 kg umbi,” kata Chudori.

Kentang kagawa berkelir merah berbentuk oval. (Dok. Dr. Awang Maharijaya, S.P., M.Si.)

Selain itu, kagawa juga agak tahan penyakit hawar daun dan layu bakteri—perongrong utama tanaman anggota famili Solanaceae itu. Ukuran tanaman kagawa relatif pendek, hanya 58,2—82,3 cm sehingga petani dapat menumpangsarikan dengan komoditas lain seperti seledri dan kubis. “Perawatannya pun mudah dan lebih irit dibandingkan dengan kentang granola,” ujar petani kentang sejak 1997 itu.

Kentang unggul

Chudori hanya perlu menyemprotkan pestisida 15 kali dalam satu siklus tanam. Petani kentang granola rata-rata memerlukan 20 penyemprotan. Pria berumur 42 tahun itu bisa menghemat biaya produksi penyemprotan pestisida hingga 30%. Peneliti yang membidani kelahiran kentang kagawa adalah Dr. Awang Maharijaya, S.P., M.Si. dari Institut Pertanian Bogor.

Kentang berkelir merah mulai diterima di pasar. (Dok. Dr. Awang Maharijaya, S.P., M.Si.)

Nama kagawa terkesan “berbau” Jepang. Padahal, Awang memberi nama itu untuk menghormati Prof. Dr. Ir. G.A. Wattimena, M.Sc. tokoh perintis penelitan kentang di Indonesia. Kagawa akronim dari kentang G.A. Wattimena. Awang mengatakan, kagawa hasil persilangan tetua koleksi Centro Internacional de La Papa (CIP), Peru. Umbi kagawa berkelir merah mirip kentang katineung—juga hasil pemuliaan Pusat Kajian Hortikultura Tropika IPB.

Kagawa lebih genjah daripada katineung. Umur panen kagawa 90—100 hari setelah tanam (hst), sedangkan katineung 100—120 hari. Di lahan Chudori satu tanaman kagawa menghasilkan 15 umbi. Bobot setiap umbi 125—250 g.

Kentang spudy bulat dan berdaging kuning pucat. (Dok. Kusmana S.P.)

Adapun populasi mencapai 30.000−33.000 tanaman per hektare. Chudori memerlukan benih 1.000−1.500 kg per ha. Awang dan rekan meriset kagawa selama tiga tahun sejak proses seleksi pada 2013—2016. Karakter-karakter kagawa yang lain adalah rasa umbi enak, total gula 6,88%, kandungan pati 19,75%, dan kadar air 79,80%. Meski kagawa merupakan kentang sayur, menurut Awang, “Bagus juga untuk tepung pada tambahan industri.” Ia mencontohkan tepung kagawa untuk membuat donat. Chudori juga menyatakan kentang kagawa terasa lebih pulen dibandingkan dengan kentang sayur granola.

Penerus atlantic

Para periset di Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa) juga melahirkan kentang baru bernama spudy agrihorti—dalam bahasa Inggris spud bermakna kentang. Pemerintah merilis spudy pada 2018. Pendatang baru itu tahan penyakit hawar daun, produktivitas tinggi, dan kandungan karakter kualitas keripik spudy lebih tinggi daripada kentang atlantic. Spudy hasil persilangan tetua betina varietas atlantic dan jantan repita.

“Sengaja dipilih tetua betina varietas atlantic agar muncul mother effect. Biasanya karakter yang bagus kita posisikan jadi tetua betina, dan karakter tambahan sebagai jantan” kata Kusmana, S.P., periset kentang di Balitsa. Kusmana memang ingin menghasilkan kentang berkarakter kuat atlantic dan tahan gempuran Phytophthora infestans. Potensi hasil spudy sangat tinggi yaitu 40,8 ton per ha.

Keripik kentang spudy memiliki
kualitas yang lebih baik daripada atlantic yang lazim digunakan
industri. (Dok. Kusmana S.P.)

Bandingkan dengan produktivitas atlantic, hanya 29,4 ton per ha, dan varietas medians—32,3 ton per ha. Menurut Kusmana masa tanam spudy 110 hari. Kusmana memprediksi petani menyukai spudy karena dalam satu siklus tanam hanya memerlukan 5—6 kali penyemprotan pestisida. Bandingkan dengan varietas atlantic, petani perlu menyemprot pestisida 20—30 kali. Menurut Kusmana biaya penyemprotan pestisida 40% dari total biaya produksi. Menanam kentang spudy agrihorti lebih menguntungkan.

Menurut Kusmana konsumen menggemari keripik kentang spudy karena warna keripik lebih kuning dibandingkan dengan varietas antlantic dan medians. Kandungan karbohidrat tinggi (14,77%), kandungan gula reduksi rendah (0,03%), dan specific gravity (sg) cukup rendah (1,083 m3). “Keripik yang menjadi kecokelatan ketika digoreng disebabkan kandungan gula terlalu tinggi dan sg terlalu rendah. kata Kusmana. (Tamara Yunike)

- Advertisement -spot_img
Artikel Terbaru

Mengintip Durian Montong dari Sulawesi Tengah, Begini Keunggulannya

Trubus.id–Provinsi Sulawesi Tengah, salah satu sentra penghasil durian. Mayoritas jenis durian yang dibudidayakan adalah montong.  Kualitas durian montong asal Sulawesi...
- Advertisement -

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img