
Makin marak kedai yang menyajikan menu berbahan herbal. Konsumennya anak muda.
Lokasi kedai mungil milik Ratu Sabilla itu sebetulnya kurang strategis. Kedai bernama Warung Wedang Kelor itu berlokasi di pinggiran kota, tepatnya di Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Meski berlokasi agak jauh dari keramaian kota, warung yang menyediakan menu olahan kelor Moringa oleifera itu selalu ramai. Pengunjung silih berganti menikmati hidangan di warung yang buka perdana pada November 2016 itu.
Bela, sapaan Ratu Sabilla, kerap kewalahan melayani pengunjung yang berdatangan di warung berukuran 12 m x 9 m itu. Ia kadang-kadang terpaksa menolak pengunjung lantaran makanan sudah habis. “Pengunjung paling banyak datang menjelang santap siang,” katanya. Hidangan berbahan kelor yang paling digemari antara lain sup, mendoan, pisang goreng, dan wedang kelor.
Daun segar

Untuk menyajikan menu berbahan kelor itu Bela membuat sendiri dengan bantuan kakak perempuannya, Gytria Kuswuri. Setiap hari lima karyawan membantu Bela dan sang kakak melayani pengunjung. Untuk membuat aneka menu berbahan daun kelor, mereka membutuhkan setidaknya 3 kg daun kelor segar setiap hari. Bela memperoleh bahan baku dari kebun kelor milik sendiri.
Alumnus jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Indonesia, itu senang sekali melihat antusiasme pengunjung yang mampir ke warungnya. “Semula sempat ragu menyajikan menu berbahan daun kelor karena masih asing di telinga masyarakat,” katanya. Namun, berkat dukungan keluarga ia mantap merintis warung itu. Alasan lain, Bela kagum pada khasiat daun tanaman famili Moringaceae itu.
“Membuka warung wedang kelor merupakan upaya untuk memperkenalkan kelor kepada masyarakat luas,” kata Bela. Buktinya beberapa konsumen Bela merasakan faedah moringa. Setelah rutin mengonsumsi wedang daun kelor, salah seorang kawan Bela sembuh dari serangan chikonguya. Ada pula konsumen yang jerawatnya sembuh usai rutin minum wedang kelor.
Kawula muda

Faedah itulah yang membuat warung milik Bela menjadi salah satu tujuan kuliner sehat favorit pengunjung. Kedai atau kafe yang menyajikan menu herbal kini kian banyak. Selain Bela, Nova Dewi juga menempuh jalan yang sama. Nova membuka Kedai Suwe Ora Jamu pada 2013. Sejak kanak-kanak ia memang gemar mengonsumsi jamu. Kegemarannya itu mendorong Nova membuka kedai jamu.
“Saya ingin sekali kaum urban menjalani gaya hidup sehat dan kembali pada alam seperti nenek moyang,” ujar perempuan asal Petogogan, Jakarta Selatan, itu. Kedai Suwe Ora Jamu itu menyajikan aneka minuman jamu yang terbuat dari rempah-rempah organik dan bahan alami berkualitas. “Proses pembuatannya manual dan tanpa tambahan pengawet maupun bahan kimia,” kata Nova.

Di Kedai Suwe Ora Jamu pengunjung dapat memilih menu jamu sesuai kebutuhan. Di sana ada jamu khusus untuk pria dan wanita dewasa, anak kecil, kesehatan, dan kebugaran. Nova melengkapi daftar menu jamu dengan informasi khasiat. Dengan begitu pengunjung bisa langsung mengetahui khasiat jamu yang dipesan. Contohnya menu jampi usus yang berguna untuk meredakan sakit perut, kembung, dan menormalkan sistem pencernaan.
Ada pula menu cabai puyang yang bermanfaat menjaga stamina dan melancarkan peredaran darah. Nova menggunakan 8 komponen utama bahan baku dalam meracik jamu, yaitu akar, rimpang, batang, daun, bunga, buah, kulit buah, dan biji. Ia mengolah bahan baku itu secara higienis dan mengemasnya dalam kemasan inovatif, seperti botol kaca. Pengunjung bisa memesan jamu botol itu setiap saat.

Nova melengkapi ruangan kedai dengan bermacam perabot yang memberi kesan suasana khas tempo dulu. Ia juga memanjakan mata pengunjung dengan menempatkan pernak-pernik dan hiasan dinding khas era 1970—1990-an.
Alunan musik bertempo lambat sayup terdengar membuat suasana di kedai begitu nyaman. Ia memasang aroma terapi yang lembut sebagai pengharum ruangan. Nova juga menata lampu ruangan agar redup sehingga menambah kesan nyaman dan teduh. Menurut Nova desain ruangan yang apik turut menjadi daya tarik bagi pengunjung. Oleh karena itu konsumen segala usia gemar berkunjung ke kedai Suwe Ora Jamu.

Bahkan saat Sabtu malam mayoritas pengunjung adalah kawula muda. “Itu menunjukkan kini jamu mendapat tempat di hati anak muda sehingga jamu tak lagi identik dengan kebiasaan orang tua,” kata Nova. Agar pengunjung memahami seluk-beluk bahan jamu di kedainya, Nova membudidayakan aneka tanaman herbal, seperti pandan, sereh wangi, kunyit, dan hoya di teras belakang kedai.
Nova berharap jamu menjadi gaya hidup sehat para anak muda dan kaum urban. Apalagi jamu merupakan minuman tradisional warisan nenek moyang yang sudah ada jauh sebelum farmakologi modern hadir di tanahair. Oleh sebab itu Nova juga giat memperkenalkan jamu ke berbagai komunitas dan pameran. (Andari Titisari)