Trubus.id—Wiknyo Susandi memproduksi empat jenis kopi yakni robusta, arabika, excelsa, dan liberika. Pemuda di Kecamatan Wonosalam, Kabupaten Jombang, Provinsi Jawa Timur itu memproduksi kopi beras (green beans), kopi sangrai, dan bubuk kopi.
Kopi excelsa menjadi andalan Wiknyo. “Excelsa varietas unik dan eksotis. Menurut beberapa sumber populasinya hanya sekitar 5% di dunia,” ujar Wiknyo. Excelsa hasil kebun di Kecamatan Wonosalam unik karena menguar aroma nangka.
Cita rasa asam dan pahit excelsa itu di antara robusta dan arabika. Rasa itu hampir serupa dengan liberika, tetapi biji kopi excelsa lebih kecil. Keunggulan excelsa di Wonosalam menurut Wiknyo lebih lembut (soft).
Ia menduga karena habitat tanaman kopi excelsa bukan di daerah bekas penanaman karet. “Penanaman kopi zaman Belanda bekas kebun karet dan biasanya menimbulkan rasa pahit yang kuat pada kopi excelsa,” ujar pria kelahiran Kabupaten Jombang, 22 Februari 1995, itu.
Keruan saja peminat cita rasa istimewa excelsa itu berasal dari pasar mancanegara. Wiknyo menuturkan, pembeli di Jerman meminta pasokan 5—10 ton kopi excelsa dan Jepang 1—2 ton kopi excelsa pada 2024. Baca juga Memilih Bisnis Kopi Anak Muda di Wonosalam Gandeng 20 Petani.
Promosi kopi excelsa besutan Wiknyo itu juga melalui diaspora yang mengenalkan kopi Indonesia ke seluruh dunia. Sayang CV Rubath Indonesia—nama usaha kopi Wiknyo dan rekan—belum menyanggupi permintaan itu.
“Dua tahun belakang ini terjadi gagal panen hampir di semua wilayah, karena kemarau panjang,” ujar Komisaris CV Rubath Indonesia itu.
Produk jenama Rubath Kopi Jombang itu juga pernah ekspor 12 ton green beans ke Malaysia pada 2022. Biasanya permintaan ekspor pada awal tahun sehingga Wiknyo dan rekan dapat menentukan besaran produksi yang harus terpenuhi. Produksi kopi Wiknyo selalu terserap.
Buktinya di gudang penyimpanan hanya ada beberapa kuintal untuk permintaan mendadak. Namun, masih terdapat tantangan dalam produksi excelsa. Pasalnya populasi tanaman terbatas. Banyak petani yang menebang tanaman excelsa karena tinggi pohon bisa 10 meter dan berbuah sedikit.
“Pohonnya terlalu tinggi sehingga diganti atau disambung dengan kopi robusta atau arabika,” ujar pria berumur 29 tahun itu.
Dahulu harga jual kopi excelsa di Wonosalam hampir sama dengan robusta karena belum ada penanganan pascapanen yang berbeda. Pada 2023, sebelum kemarau panjang, untuk kopi excelsa asalan Rp35.000 per kg, robusta Rp30.000 per kg, dan arabika Rp50.000 per kg.
Untuk harga robusta petik merah Rp45.000—Rp50.000 per kg, excelsa Rp75.000 per kg, dan arabika Rp100.000 per kg. Kini harga excelsa petik merah saja Rp95.000— Rp115.000 per kg.
Saat awal usaha harga excelsa petik merah Rp50.000 per kg dan asalan Rp27.000—Rp30.000 per kg. Sementara harga robusta asalan Rp35.000 per kg pada 2020.
Untuk pasokan kopi CV Rubath Indonesia berasal dari 20 petani kopi di Desa Carangwulung, Kecamatan Wonosalam, yakni kelompok tani kopi binaan Muhamad Edi Kuncoro. Ia menuturkan, kebun itu polikultur misal ada kopi, durian, dan kakao.