Labu siam kaya flavonoid yang menyehatkan pencernaan.
Tumis labu siam menjadi salah satu menu favorit Ujang Edi. Herbalis di Caringin, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, itu memasaknya dengan campuran jamur tiram plus bumbu seperti bawang merah dan bawang putih. “Selain enak, labu siam juga menyehatkan. Khasiatnya bagus untuk darah tinggi dan gangguan pada pencernaan,” ujar Edi. Ucapan ayah 3 anak itu bukan isapan jempol. Khasiat labu siam untuk pencernaan terutama usus teruji secara ilmiah.
Devy Ika Listyawati, Aulanni’am, dan Herawati dari Program Kedokteran Hewan, Universitas Brawijaya, membuktikan khasiat labu siam melawan penyakit inflammatory bowel disease (IBD) atau penyakit peradangan usus menahun. Hasil riset mereka menunjukkan, kandungan flavonoid dalam buah labu siam mampu meredam peradangan kronis di saluran pencernaan, terutama di usus itu.
Usus berlubang
Menurut spesialis penyakit dalam Rumah Sakit Umum Pusat dr Hasan Sadikin (RSHS), Bandung, dr Primal Sudjana SpPD-KPTI MHKes, IBD yang tak tertangani menyebabkan penyakit yang lebih berbahaya. “Bisa menyebabkan pendarahan hebat, infeksi berat saluran usus, usus tersumbat, hingga usus berlubang,” tuturnya. Hal itu terjadi karena dinding usus semakin tipis akibat peradangan dalam jangka lama.
Sejatinya IBD adalah penyakit inflamasi kronik yang menyerang saluran pencernaan terutama usus. Dalam makalah Inflammatory Bowel Disease, I Gusti Ayu Mahaprani Danastri, anggota staf medis fungsional ilmu bedah Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar, Bali membagi IBD menjadi 2 jenis, yaitu ulcerative colitis atau inflamasi kronis usus besar dan chron’s disease atau inflamasi kronis usus halus.
Penyebab penyakit itu tidak diketahui, meskipun keduanya dianggap muncul dari respons sistem imun yang terpicu oleh kondisi usus seseorang akibat kerentanan terhadap penyakit genetik. Menurut dr Primal gejala IBD di antaranya nyeri perut, diare kronis, dan terkadang terjadi diare berdarah. “Berbeda dengan diare biasa, diare kronis terjadi lebih dari 3 pekan,” ujar alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Bandung, itu.
Sebelum mendiagnosis seseorang menderita IBD, dokter perlu memeriksa lebih lanjut. “Dokter akan mengecek berapa lama gejala terjadi, bagaimana frekuensi diare, keluhan perut lain, dan ada pengujian di laboratorium klinis,” ujar Primal. Harap mafhum, pasien penderita IBD yang sudah mengalami remisi bisa kambuh lagi. “Hindari konsumsi gandum dan sereal karena bisa mencetuskan IBD,” tuturnya.
Selain itu, menurut dr Primal, penyakit yang kerap menyerang usia 25—30 tahun itu belum diketahui pasti penyebabnya. “Ada yang bilang faktor genetik dan lingkungan, tetapi belum terbukti secara klinis,” ujar Primal. Dalam pengobatan di dunia kedokteran, selain memperbaiki pola hidup juga diberikan obat-obatan kimia. Sebagai pengobatan awal, bisa diberi obat antiinflamasi seperti sulfasalazine.
“Jika terjadi remisi kemudian masih sering kambuh, bisa ditambah dengan steroid dan bisa meningkat lagi dengan terapi obat imunosupresif. Tergantung tingkat keparahan dan reaksi pasien terhadap obat,” ujar Primal. Salah satu fungsi obat adalah meredakan peradangan saluran pencernaan yang terkena IBD. Khasiat labu siam untuk membantu pencernaan khususnya penyakit IBD patut dipertimbangkan.
Meredam protease
Devy dan rekan mengungkap fakta khasiat labu siam. Mereka menggunakan hewan uji 20 tikus jantan wistar umur 8—12 pekan berbobot 150—200 g. Tikus itu mereka bagi menjadi 4 kelompok perlakuan berbeda. Sebelum membuat air perasan, Devy dan rekan menghilangkan saponin dari labu dengan membelah 2 buah labu Sechium edule itu lalu menggosokkan kedua potongan itu satu sama lain hingga keluar buih putih.
Mereka lalu mengupas labu, merendam 10 menit dalam air, dan mengering anginkan selama 10 menit. Sebanyak 50 g dan 100 g labu itu kemudian mereka parut dan peras. Untuk menghasilkan 30 ml air perasan labu siam Devy membutuhkan 50 g buah segar. Air perasan itu mereka endapkan 3 jam hingga menghasilkan lapisan bening dan endapan. Lapisan bening itulah yang mereka berikan kepada tikus selama 14 hari perlakuan.
Hasilnya, tikus yang mendapat perasan labu siam membaik dari penyakit IBD dengan indikasi menurunnya aktivitas enzim protease dan ekspresi tumor necrosis factor alpha (TNF-α). Peningkatan aktivitas enzim protease mengindikasikan terjadinya inflamasi pada jejunum tikus hasil induksi indometasin. Selain itu, pada keadaan inflamasi, akivitas protease meningkat dan memicu kerusakan jaringan.
Kelompok yang mendapat perasan labu siam dosis 10 g per ekor mengalami penurunan aktivitas protease 26%, sementara kelompok yang mendapat 20 g air perasan menurun 44%. Bandingkan dengan tikus yang hanya mendapat indometasin, aktivitas proteasenya meningkat 242%.
Pun demikian dengan ekspresi tumor necrosis factor alpha (TNF-α). Tikus yang mendapat terapi perasan labu siam dosis 10 g per ekor mengalami penurunan TNF-α sebesar 43%. Sementara pada tikus yang mendapat perasan labu siam dosis 20 g per ekor mengalami penurunan TNF-α sebesar 61%. Bandingkan dengan tikus yang hanya mendapat indometasin, ekspresi TNF-α mengalami peningkatan sebesar 363%.
Flavonoid dalam air perasan labu siam itu bersifat antioksidan yang meredam gejala IBD. Mekanismenya bisa langsung maupun tidak. Efek secara langsung, flavonoid menetralisir efek toksik dari radikal bebas. Dalam pembahasan, Devy menulis bahwa flavonoid mendonorkan ion hidrogen yang menetralkan radikal bebas dan menurunkan stres oksidatif dalam jaringan.
Sementara secara tidak langsung, air perasan labu siam meningkatkan antioksidan endogen seperti super oxide dismutase (SOD). Harap mafhum, pada tikus yang diberi indometasin, radikal bebas berupa reactive oxygen species (ROS) mengalami peningkatan. Jika radikal bebas jumlahnya berlebih, maka SOD tidak dapat menyeimbangkan sehingga terjadi kerusakan jaringan.
Asupan antioksidan dari luar tubuh berupa flavonoid dalam air perasan meredam ROS. Untuk pengobatan, Ujang Edi menggunakan labu siam seukuran jempol orang dewasa. “Khasiatnya lebih tinggi dibandingkan dengan yang sekepalan tangan,” ujar herbalis kelahiran 4 Juli 1965 itu. Cara mengonsumsinya, panaskan didihkan air lalu masukkan labu siam selama 5—10 menit.
Bisa ditambahkan garam seujung sendok teh per 10 biji labu siam kecil sebagai penambah rasa. “Jangan sampai terlalu empuk dan jangan dikupas kulitnya, nanti khasiatnya banyak hilang,” ujarnya. Labu rebus itu dikonsumsi langsung seperti kudapan. Selain labu siam, herbal yang umum di masyarakat untuk gangguan pencernaan yaitu kombinasi kunyit Curcuma longa, kencur Kaempferia galanga, dan lempuyang Zingiber zerumbet. (Bondan Setyawan)