Trubus.id-Lazimnya stroberi tumbuh di tempat bersuhu 17—20°C. Pada dataran tinggi dengan ketinggian 1.000— 1.500 meter di atas permukaan laut (m dpl). Namun, ratusan tanaman stroberi berhasil berbuah di rumah Kiswati yang berada di dataran rendah. Kiswati menanam seratus tanaman stroberi di halaman rumah yang ada di Kabupaten Sidoarjo, Provinsi Jawa Timur.
Padahal suhu rata-rata di tempat Kiswati sekitar 31—33°C. Ia berada di perumahan dengan ketinggian tempat 9 m dpl. Ia menanam stroberi pada wadah. Kiswati menggunakan 2 jenis pot. Pot pertama berbentuk bulat dan berdiameter 18 cm. Ia memasukkan satu bibit stroberi pada pot berukuran diameter 18 cm.
Sementara pot kedua berbentuk persegi panjang. Ukurannya panjang 45 cm, lebar 18 cm, dan kedalaman 25 cm. Pada pot berbentuk persegi panjang itu Kiswati menanam 3 bibit stoberi. Sebagian halaman rumah Kiswati ternaungi oleh jaring net. “Hanya 50% pekarangan yang ternaungi,” ujar Kiswati.
Sisanya terpapar sinar matahari langsung. Menurut Kiswati tanaman yang mendapat sinar matahari penuh memiliki buah yang lebih berkualitas. Tanaman berbuah dengan ukuran besar dan warna merah merona. Menurut Kiswati ada beberapa trik yang harus diterapkan untuk menghasilkan stroberi berbuah prima meskipun di dataran rendah.
Kiswati menggunakan media tanam yang kaya akan sumber nutrisi. Ia menggunakan komposisi media tanam berupa berupa kotoran kambing atau sapi fermentasi, sekam bakar, sekam mentah, tanah kompos, dan serbuk sabut kelapa. Perbandingan yang digunakan sama yakni 1:1:1:1:1.
Ia mengaduk rata semua bahan media tanam itu. Sebelum melakukan proses penanaman Kiswati mendiamkan media tanam selama dua pekan terlebih dahulu. Tujuannya untuk mengurangi kandungan tanin dalam sabut kelapa. Upaya yang dilakukan oleh Kiswati terbukti berhasil.
Ia mulai membudi dayakan stroberi di halaman rumah sejak 2022. Panen perdana menghasilkan buah yang relatif besar. Sekitar 50 gram per buah. Rasanya pun tidak kalah menarik. Ia memanen buah dalam kondisi masak, sehingga terasa manis dan juicy. Kiswati merasa puas lantaran bisa menikmati hasil jerih payahnya sendiri.
Pehobi stroberi lain yang ada di Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat, Syifaur Rahmah, juga berhasil membuahkan stroberi di dataran rendah. Syifaur menanam stroberi di pekarangan rumah berelevasi 190—330 m dpl. Pekarangan rumah milik Syifaur tidak terlalu luas, yakni 6 m2.
Ia memanfaatkan pot pipa polivinil klorida (PVC) sebagai wadah bercocok tanam. Tujuannya supaya muat lebih banyak dan menyesuaikan sketsa pekarangan. Ia menanam 10 stroberi di dalam pot pvc. yang dibelah dua itu. Pertama ia membelah pipa menjadi dua bagian, sepanjang dua meter dengan diameter 5 inci.
Sederhana
Cara syifa menanam cukup sederhana, ia hanya menggunakan media tanam sekam bakar dan kompos dengan perbandingan 1:1,5 dan NPK 16-16-16. “Bagian atas saya taburi pasir malang supaya tidak cepat tumbuh gulma,” tutur Syifaur. Syifa juga menambahkan 5 butir NPK 16-16-16 untuk merangsang pertumbuhan tanaman setiap pekan.
“Vitamin tidak saya berikan, tetapi saya rutin menyiram air cucian beras tiap pagi,” tutur Syifaur. Ia rutin mengecek kondisi tanaman setiap akhir pekan. Apabila menemukan daun yang terlalu rimbun, ia memangkasnya. Tujuannya supaya pembuahan tidak terhambat.
Perawatan intensif yang dilakukan oleh Syifaur menyebabkan tanaman rutin berbuah.
“Satu— dua tanaman rutin berbuah setiap pekan,” ujar Syifaur. Ia memetik 3—5 buah per tanaman. Aktifitas itu membuat Syifaur merasa senang. Sama seperti Kiswati, alasannya karena mampu merasakan buah hasil semai sendiri.
Menurut dosen di Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Kartika Restu Susilo, S.P., M.Agr.Sc., keberhasilan membuahkan stroberi di dataran rendah merupakan hasil dari integrasi antara faktor genetik, lingkungan, serta manajemen.
Alumnus Kyoto University itu menuturkan, manajemen yang ia maksud berupa perawatan khusus yang diberikan pada tanaman. Kiswati dan Syifaur merupakan pehobi yang sama-sama tinggal di dataran rendah. Keduanya memberikan perawatan khusus pada tanaman sehingga tanaman tetap berbuah meskipun pada lingkungan yang tidak ideal.