Konsumsi jamur maitake mengurangi efek samping kemoterapi dan mempercepat pemulihan pascaoperasi kanker payudara.

Evrin Caparastuty gagal membendung tangis ketika mendengar dokter mendiagnosis: positif kanker payudara stadium 2. Penyakit maut itu sejatinya mengirimkan tanda pada Oktober 2016. Saat itu Evrin merasakan benjolan kecil di sebelah puting payudara kanan. “Saya mengira itu efek akumulasi ASI (air susu ibu, red) yang menumpuk akibat keguguran janin,” ujar perempuan berusia 28 tahun itu.
Ia menjalani keseharian dengan tenang. Namun, aktivitasnya kerap diganggu rasa sakit dan panas yang berpusat di seputar benjolan itu. Jika ia meraba, benjolan itu lebih keras daripada bagian di sekitarnya. Evrin tidak memeriksakan rasa sakit itu ke dokter. Ia hanya mengonsumsi herbal sesuai anjuran ibunya. Frekuensi konsumsi dua kali sehari. Sebulan berlalu tanpa perbaikan, justru nyeri makin mendera.
Maitake
Puncaknya pada November 2016, benjolan di payudara kanan Evrin membesar dan mengeras. Evrin memeriksakan diri ke Yayasan Kanker Indonesia (YKI) di Jakarta Selatan. Ia terkejut dan menangis saat dokter mendiagnosis kanker payudara stadium 2. Rasanya tak percaya mengingat tak ada satu pun keluarganya memiliki riwayat kanker. Ketakutannya kepada pisau bedah makin menciutkan nyalinya berhadapan dengan dokter.
Perempuan yang berdomisili di Jakarta Selatan itu dengan tegas menolak operasi medis. Ia memilih pengobatan alternatif. Sejak itu perempuan kelahiran Kota Ambon, Maluku, itu hidup berdamai dengan kanker. Meski kesakitan kerap mendera, ujung gunting dokter bedah seperti ancaman maut baginya. Rasa sakit membuatnya sering pingsan. Berbagai ramuan dan racikan jamu dari pelosok Ambon Evrin minum. Meski demikian kesembuhan tak kunjung hadir. Benjolan terus membesar.

“Seluruh payudara sebelah kanan mengeras dan nyeri,” ujarnya. Setelah sebulan serangan tak kunjung berakhir, Evrin menyambangi rumah sakit lain di Jakarta Selatan. Dokter menyatakan kanker payudara yang ia idap memburuk menjadi stadium 3B. Evrin menjalani pengobatan medis sejak Desember 2016. Ia melakoni kemoterapi setiap 3 pekan selama 8 bulan lalu dilanjutkan penyinaran.
Ukuran kanker yang besar memaksa dia menjalani penyinaran sebanyak 30 kali berturut-turut setiap hari sejak awal Maret 2017. Akibat pengobatan kimia dosis tinggi itu ia harus merelakan rambutnya rontok. Selain itu Evrin merasa mual, pusing, dan lemas saat menjalani kemoterapi dan radiasi.
Untuk menghambat penyebaran sel kanker, Evrin kembali menjalani kemoterapi 4 kali. “Jadi total kemoterapi 8 kali dan penyinaran 30 kali,” ujarnya. Operasi pengangkatan kanker di payudara dilakukan pada Agustus 2017. Saat itu Evrin sudah melakukan 4 kali kemoterapi. Dua pekan pascaoperasi ia bergabung di grup lawan kanker di media sosial facebook, lalu mengikuti salah satu seminar mengenai kanker di Rumah Sakit Pusat Angkatan darat (RSPAD) Gatot Subroto, Jakarta Pusat.
Pahlawan perang

Ketika mengikuti seminar itu, “Saya mengenal jamur maitake. Setelah melihat testimoni yang dihadirkan pihak Multicare—pemasar produk suplemen kesehatan jamur maitake, red.—saya mulai mengonsumsi,” ujar Evrin. Pada September 2017, saat menjalani kemoterapi ke-5, warga Jakarta Selatan itu mengonsumsi 2 kapsul suplemen maitake atau Super Maitake 3 kali sehari. Selain itu ia juga mengonsumsi kaplet MD-Fraction 2 kali sehari pada pagi dan sore masing-masing 2 kapsul.
Sehari setelah konsumsi maitake, mual yang kerap ia rasakan lenyap sehingga nafsu makannya membaik. Hari-hari yang dilaluinya kembali ceria karena tidak merasakan efek kemoterapi seperti pasien lain. Menurut Medical Marketing PT Indocare Citrapasific, dr. Rony Wijaya, jamur maitake memang efektif mendampingi terapi kanker lantaran kandungan zat aktif bernama D-Fraction.
Berbagai penelitian mengungkap khasiat antitumor dan antikanker maitake. Pasien kanker yang menjalani kemoterapi hampir pasti merasakan efek samping rambut rontok, mual, atau pegal-pegal. Maitake meredakan gangguan itu. “Dalam tubuh, maitake berfungsi ibarat pahlawan perang,” kata Rony. Maitake meningkatkan sel kekebalan tubuh sehingga efektif melawan kanker.
D-fraction dari Maitake mampu menekan pertumbuhan sel kanker payudara hingga 86% meski dengan dosis yang lebih kecil dibanding ekstrak jamur lain. Selama itu, Evrin tetap mengonsumsi obat Tamoxifen dari dokter diselingi kontrol setiap bulan. Tamoxifen adalah obat medis untuk mengobati kanker payudara yang sensitif terhadap terapi hormonal. Obat itu bekerja dengan memblokir efek estrogen di jaringan payudara.

Pada 5 Maret 2018, Evrin mengecek payudara kanannya. Hasil tes menyatakan bahwa CA 125—penanda kanker—kembali normal. Bobot Evrin pun bertambah 5 kg, semula 64 kg menjadi 69 kg. “Ambang maksimal kadar CA 125 adalah 35 U/mL, saya sudah berkurang menjadi 18 U/mL. Semoga bisa sampai 0,” ujarnya.
Emosi dan rasa takut termasuk faktor internal yang mempercepat peningkatan stadium kanker. Sedangkan faktor eksternal antara lain paparan polutan dan pola makan, misalnya konsumsi lemak berlebih. dr. Handrawan Nadesul menganjurkan penderita kanker untuk mengonsumsi makanan kaya antioksidan seperti buah atau sayuran tanpa pengawet, termasuk jamur maitake, untuk mengurangi risiko kanker.
Maitake sebagai harapan baru bagi penderita kanker telah diulas di buku berjudul: Maitake Lebih dari Sekadar Jamur Antikanker. Buku ini berisikan bukti-bukti ilmiah tentang khasiat maitake yang diperkuat dengan cerita pengalaman konsumen yang terselamatkan dari penyakit dengan bantuan maitake. Buku itu tersedia di toko-toko buku di seluruh Indonesia. (Tiffani Dias Anggraeni)