Melon-melon baru yang renyah, harum, dan tingkat kemanisannya mencapai 18º briks.
Amelia Putri tak kuasa menahan hasrat untuk mencicipi daging melon jingga yang tersaji di piring. Pengunjung pameran agribisnis di Balai Sidang Jakarta itu mengambil sepotong daging buah. Saat ia menggigit daging buah itu seketika cairan manis membanjiri mulut. Tingkat kemanisan melon berbobot 1,2 kg itu mencapai 17º briks. Itulah melon hibrida mekarsari SH-1.
Melon itu hasil pemuliaan Taman Wisata Mekarsari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, yang dilepas pada September 2018. Bentuk buah semioval, kulit warna kuning terang, dan mulus tanpa jaring. Kadar airnya sedikit sehingga daging buah renyah dan manis. Aroma harum pun menambah kesan nikmat di mulut. Melon baru itu tahan simpan 6—7 hari setelah petik.
Satu tanaman dua buah
Menurut pemulia melon itu Dr. Azis Natawijaya, SP., M.Si., tanaman siap panen pada 65—75 hari setelah tanam. Produksi mencapai 35 ton per hektare dengan populasi 10.000 tanaman. Selain itu Taman Wisata Mekarsari juga merilis melon hibrida golden SH-2. Sosok buahnya bulat, permukaan kulit yang kuning berselimut jaring tipis. Dari dagingnya samar-samar tercium aroma wangi.
Ketika buah terbelah, tampak daging berwarna kuning ngejreng. Rasa daging buah manis hingga 18º briks. Tekstur daging renyah karena berkadar air rendah. Bobot SH-2 sekitar 800—900 gram per buah. Tanaman siap panen pada 65—75 hari setelah tanam. Kapasitas produksi mencapai 30—40 ton per hektare. Daya simpan melon hibrida itu mencapai 7—8 hari pascapetik.
Mekarsari SH-2 juga hasil rakitan tim pemulia yang dipimpin oleh Dr. Azis Natawijaya, SP., M.Si. Melon baru itu merupakan hibrida silang tunggal hasil persilangan antara galur-galur unik dan elite. Tim pemulia lalu menyeleksi menggunakan standar tinggi terutama untuk karakter kualitas buah. Azis mengatakan, kedua varietas itu untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga yang mengehendaki rasa yang sangat manis.
Ukuran buah tidak terlalu besar sehingga mudah dibawa saat berbelanja. Selain itu buah melon berbobot rata-rata 800—1.200 g per buah itu juga dapat langsung habis setelah dibuka untuk konsumsi 4—5 orang dalam satu keluarga. Hasil uji adaptasi melon SH-1 dan SH-2 menunjukkan hasil yang baik. Keunggulan yang paling menonjol yaitu memiliki karakter pertumbuhan dan umur panen yang cepat (genjah).
Saat ini Dr. Azis Natawijaya, SP., M.Si., beserta tim pemulia sedang menguji coba perlakuan 1 cabang per tanaman dengan hasil 2—3 buah, berbobot masing-masing sekitar 800—1.200 gram per buah. Uji coba itu dilakukan sekitar 3 tahun untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Sosok tanaman vigor dan berdaun tebal. Menjelang panen yakni pada hari ke-60, kondisi sebagian besar daun tampak masih segar.
Tahan penyakit
Pada budidaya melon kondisi daun biasanya layu saat menjelang panen. “Kondisi tanaman yang vigor itulah yang membuat melon hibrida lebih tahan terhadap serangan hama dan penyakit,” kata Azis. Kini pekebun di beberapa sentra seperti di Jawa Tengah, Banten, dan Yogyakarta menanam melon yang dirilis pada September 2018 itu. Pekebun di di Desa Madura, Kecamatan Wanareja, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, Martono Wijaya, mengebunkan 2.000 tanaman di lahan 1 hektare.
Kelompok tani binaan Yayasan Dimandiri itu memanen sekitar 2.500 buah Cucumis melo pada Oktober 2018. Dari hasil panen itu, 80% atau 2.000 buah berbobot rata-rata 1,2 kg per buah sehingga masuk kualitas A. Sementara sisanya masuk kualitas B berbobot rata-rata 1,5 kg per buah. Melon hibrida SH-1 dan SH-2 termasuk bandel terhadap penyakit layu, downy mildew, dan embun tepung.
Harga jual di Taman Wisata Mekarsari tergolong premium, Rp25.000 per kg. Hingga kini konsumen tetap memburu melon golden sehingga permintaan pasarnya besar. Bangkitnya pasar melon mini seiring tren permintaan konsumen yang menginginkan buah berukuran kecil. (Tiffani Dias Anggraeni)