Tuesday, March 4, 2025

Mengebunkan Kakao Semiorganik, Produksi Melejit

Rekomendasi

Trubus.id — Mengebunkan kakao semiorganik bisa meningkatkan produksi. Itu dibuktikan oleh Yohanes Saputra, petani kakao di Kecamatan Megangsakti, Kota Lubuklinggau, Sumatra Selatan.

Yohanes Saputra memperoleh 250–400 kg kakao kering hasil fermentasi dalam 3 hari sekali pada musim panen Oktober dan April. Artinya, selama sebulan ia mendapatkan 2.500–4.000 kg kakao fermentasi.

Hasil itu berasal dari panen 14 ton basah dari lahan 4 hektare. Volume menyusut 10 ton setelah kering hasil fermentasi.

Hasil panen Yohanes relatif tinggi. Bandingkan dengan produktivitas petani lain di Provinsi Sumatra Selatan, rata-rata hanya 0,4 ton per hektare. Sementara itu, produktivitas rata-rata nasional di Indonesia hanya 0,6 ton per hektare.

Perawatan intensif

Yohanes mendapatkan hasil panen maksimal karena perawatan tanaman yang intensif. Ia rutin memupuk empat bulan sekali sejak penanaman dengan memberikan 200–300 gram kompos per tanaman.

Kompos itu hasil olahan sendiri berbahan dasar kulit kakao. Ia menyamakan dosis kompos agar produksi tanaman maksimal. Pada tanaman yang belum berbuah supaya pertumbuhan juga maksimal.

Pemberian kompos untuk kakao terbukti meningkatkan produksi di lahan Yohanes. Fakta itu selaras dengan riset Muhamad Eza Suprapto, Santi Rosniawaty, dan Mira Ariyanti. Para periset dari Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran itu memanfaatkan kompos kulit buah kakao.  

Dalam riset itu, Eza dan rekan juga memberikan 20 butir pupuk NPK tablet per tanaman untuk membantu pasokan hara. Kombinasi kompos-NPK sekaligus meningkatkan bobot buah kakao yakni 500 gram per buah. Sebelum pemberian kompos-NPK, bobot rata-rata 341,67 gram per buah.

Proses penyerapan unsur hara berjalan optimal sehingga bobot kakao pun melonjak. Menurut dosen di Fakultas Pertanian Universitas Tadulako, Imam Wahyudi, kompos kulit buah kakao meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) dan C-organik. KTK yang tinggi dalam tanah memengaruhi daya serap kation yang lebih tinggi pada media tanam.

Hal itu memengaruhi penyerapan hara yang sebelumnya terfiksasi menjadi dapat dimanfaatkan tanaman. Selain itu, kompos kakao juga memperbaiki pH media tanam. Yohanes juga memberikan pupuk organik cair bikinan sendiri berbahan dasar bonggol pisang.

“Saya menggunakan bonggol pisang karena di dalamnya mengandung bakteri Pseudomonas sp.,” kata Yohanes.

Menurut Yohanes, bakteri itu berperan dalam memacu hormon pertumbuhan tanaman dan pada akhirnya meningkatkan produksi. Konsentrasi pupuk organik cair 1 ml per 300 ml. Ia mengaduk rata dan memberikan ke sekujur tanaman. Jatah per tanaman mencapai 300 ml. Durasi penyemprotan pupuk organik cair 3 kali dalam sebulan.

Sumber nutrisi lain berupa hormon yang juga produksi sendiri. Interval pemberian hormon 10 hari sekali untuk memacu pertumbuhan dan pembuahan. Yohanes dua kali memberikan hormon, yaitu pada fase vegetatif (pertumbuhan) dan generatif (pembuahan).

Hormon pada fase generatif berbahan daging ayam yang kaya akan asam amino. Fungsinya untuk meningkatkan cita rasa pada buah.

Pemberian pupuk organik cair dan hormon bersamaan dengan pestisida. Ia memberikan insektisida untuk mencegah serangan penggerek buah kakao (Conophomorpa cramerella).

Ia melarutkan 50 ml pupuk organik cair, 25 cc hormon, dan insektisida sesuai dosis dalam kemasan ke dalam tangki bervolume 15 liter. Ia menyemprotkan larutan itu untuk 50 tanaman setiap 10 hari sekali.

- Advertisement -spot_img
Artikel Terbaru

Inovasi Olahan Rumput Laut, Mi Hingga Agar Strip

Trubus.id–Usup Supriatna berhasil mengolah rumput laut menjadi produk inovatif berupa mi rumput laut dan agar strip. Mi rumput laut...

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img