Trubus.id–Pusat Riset Tanaman Pangan, Organisasi Riset Pertanian dan Pangan, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menggelar Webinar Teras TP #11 dengan tema Pengelolaan Berkelanjutan Tanah Hitam untuk Ketahanan Pangan dan Mitigasi Perubahan Iklim pada Kamis (12/12).
Melansir pada laman BRIN tanah hitam adalah jenis tanah mineral berwarna hitam yang kaya akan bahan organik di lapisan atasnya. Karakteristik ini menjadikannya sangat penting dalam mendukung ketahanan pangan dan mengurangi dampak perubahan iklim.
Sebagai tanah yang subur dan produktif, tanah hitam menjadi pusat produksi pertanian dunia serta berperan dalam menyerap karbon dari udara dan menyimpan cadangan karbon dalam jumlah besar.
Namun, keberadaan tanah hitam terancam oleh berbagai bentuk degradasi, seperti erosi, hilangnya karbon tanah, ketidakseimbangan hara, pendangkalan, pemadatan, keasaman, dan polusi tanah.
Oleh karena itu, diperlukan strategi multidimensional untuk melestarikan tanah hitam dan memastikan fungsi serta layanan lingkungannya yang berharga tetap terjaga.
Kepala Pusat Riset Tanaman Pangan, Organisasi Riset Pertanian dan Pangan BRIN, Yudhistira Nugraha menuturkan bahwa salah satu faktor keberhasilan dari produksi yakni persiapan lahan atau tanah, sehingga dapat menyokong produktivitas dari tanaman itu sendiri.
Menurut Yudhistira tanah hitam itu pasti akan lebih subur karena warna hitam identik bagus dengan kandungan karbon yang tinggi, sehingga menyokong produktivitas tanaman. Ia menuturkan negara seperti Jepang, Ukraina, Rusia, dan Amerika memiliki tanah hitam yang cukup luas.
“Di Indonesia sendiri ternyata juga ada seperti di Lembah Limboto, Semi Arid Nusa Tenggara Timur, Lombok Tengah dan Lembah Palu,” ujarnya.
Lebih lanjut ia menuturkan isu yang tengah berkembang yakni terkait tanah yang terdegradasi, alih fungsi lahan, dan kandungan C-organik tanah yang semakin menurun.
“Jika hal ini dikaitkan dengan tanah hitam maka diperlukan solusi untuk mengatasi masalah tersebut termasuk tantangan yang akan dihadapi sehingga bisa mendapatkan tanah dengan kandungan C-Organik bagus,” ujarnya.
Dosen Universitas Negeri Gorontalo, Nurdin menuturkan di Indonesia terdapat beberapa wilayah yang memiliki lahan tanah hitam. Setiap daerah itu memiliki ciri khas yang berbeda-beda dalam pengolahan lahan itu.
Ia menyebut Lembah Limboto Gorontalo salah satunya. Lembah itu berada di wilayah Provinsi Gorontalo dengan letak sangat strategis yaitu memiliki Danau Limboto yang merupakan outlet dari 27 sungai yang masuk ke dalam danau.
Menurut Nurdin ada tiga kawasan yang disanggah atau di sokong oleh Lembah Limboto yaitu Kawasan Perkotaan Lomboto, Kawasan Perkotaan Suwawa, dan Kawasan Perkotaan Gorontalo.
Pentingnya tanah hitam dan ketahanan pangan, perubahan iklim, dan pencapaian Sustainable Development Goals (SDG) mendorong sebanyak 17 negara, termasuk Indonesia, serta Uni Eropa mendirikan Jejaring Internasional Tanah Hitam (International Network of Black Soils) di bawah koordinasi Kemitraan Tanah Global (Global Soil Partnership) FAO.
Jejaring tersebut menjadi wadah pertukaran hasil riset, pengetahuan, dan pengalaman dalam pengelolaan berkelanjutan tanah hitam. Lebih dari 30 negara bergabung dalam jejaring internasional itu.
Sumber foto: Canva