Sunday, February 16, 2025

Mengenal Tanaman Transgenik : Untuk Ketahanan Pangan  Hingga Lingkungan

Rekomendasi
- Advertisement -

Trubus.id—Produk Genetically Modified Organism (GMO) di gadang-gadang menjawab berbagai tantangan untuk mendukung ketahanan pangan. Namun, sebagian masyarakat masih awam dengan GMO atau Produk Rekayasa Genetika (PRG).

Sejatinya tanaman transgenik itu tanaman yang disisipi atau memiliki gen asing dari spesies tanaman berbeda atau sama, atau bahkan makhluk hidup lainnya melalui bioteknologi modern. Sementara teknologi untuk merakit tanaman popular dengan istilah rekayasa gentik.

Ketersediaan pangan yang cukup bagi pertumbuhan penduduk dan dampak perubahan iklim menjadi tantangan. Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Hortikultura Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Tri Joko Santoso, menuturkan terdapat beberapa aspek yang terkait dampak perubahan iklim ini.

Misalnya adanya cekaman yang tidak pernah terjadi sebelumnya, kekeringan yang berkepanjangan, banjir, dan ancaman organisme pengganggu tanaman (OPT). 

“Ketiga, tuntutan kualitas pangan, makan sehat, bergizi, dan kandungan nutrisi tertentu. Keempat, sumber daya lahan berupa alih fungsi lahan, dan lahan sub-optimal,” tutur Joko yang dilansir pada laman BRIN.

Produsen benih pun memproduksi tanaman GMO misalnya seperti jagung dan kedelai yang toleran herbisida dan komersialisasinya cukup masif. Contoh sederhana, saat menanam jagung atau kedelai dengan benih GMO petani tidak perlu mencabuti gula di lahan tersebut. Cukup aplikasi penyemprotan karena ketahanan tanaman itu terhadap herbisida, sampai gulmapun mati.

Contoh tanaman GMO lainnya yakni kentang, tomat, kapas, dan padi yang efisien nitrogen. Adapun pada level global tanaman GMO itu misal apel, terung, dan nanas.  Joko memaparkan bahwa rekayasa genetika dapat menjadi pilihan untuk diaplikasikan dalam mengantisipasi perubahan iklim.

“Kontribusi bioteknologi tanaman pangan pada 1996-2018, meningkatkan produktivitas tanaman sebesar 822 juta ton senilai 225 Miliar US$. Melestarikan keanekaragaman hayati dengan menyelamatkan 231 juta hektar lahan,” tutur Peneliti dari Pusat Riset Teknologi Pengujian dan Standar BRI, Bambang Prasteya.

Kontribiusi lain yakni pada pengelolaan lingkungan dengan menghemat 776 juta kg pestisida dan bahan kimia pelindung tanaman lain. Pengurangan emisi CO2 dan membantu mengentaskan sekitar 16—17 juta petani kecil di negara beberapa berkembang.

- Advertisement -spot_img
Artikel Terbaru

Budi Daya Rumput Laut: Peluang Pasar dan Produk Turunan

Trubus.id–Budi daya rumput laut menjadi sumber pendapatan utama bagi I Nyoman Sudiatmika. Ia menuturkan bahwa jauh sebelum ada pariwisata,...
- Advertisement -

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img