Trubus.id — Sebagian orang menilai terdapat sensasi berbeda saat makan kepiting soka dibanding kepiting pada umumnya. Soka merupakan singkatan dari soft karapas itu membuat seluruh bagian tubuh kepiting dapat dikonsumsi tanpa ada yang terbuang. Bandingkan dengan persentase daging kepiting lain yang hanya dapat dimakan 20—30%.
Salah satu kendala budidaya kepiting soka yakni ada pada proses pemanenan. Pasalnya, panen kualitas kepiting terbaik 1 jam setelah hewan anggota famili Portunidae itu mengganti kulit (moulting).
Untuk mempertahankan kualitas ideal, Kristianto Omar, membudidayakan kepiting bakau yang dirawat dan dipanen maksimal satu jam setelah berganti kulit.
“Rasa dan sensasi makan berbeda dibandingkan dengan soka yang dipanen lebih dari satu jam setelah berganti kulit,” kata warga Kelurahan Lidah Wetan, Kecamatan Lakarsantri, Kota Surabaya, Jawa Timur, itu.
Omar menggunakan teknik pemotongan bagian tubuh kepiting yang kerap dikenal dengan mutilasi demi mempercepat kepiting berganti kulit. Itu merupakan salah satu sistem pertahanan diri kepiting selain capitnya. Kepiting dapat memutus kaki atau capit jika ada serangan dari predator.
“Konsep itu serupa cecak untuk melindungi diri dengan melepaskan ekornya untuk mengelabui lawan,” kata Omar.
Omar mempelajari teknik itu dari Tonny Berthiolios, S.Pi., pembudidaya kepiting soka lain. Tonny mengatakan, dengan memutilasi minimal 50% anggota tubuh kepiting, produksi kepiting soka lebih seragam dan terprediksi waktunya.
Pemilik Crab Crab Aquatic itu mengatakan dengan teknik mutilasi yang benar, dalam waktu 2 pekan hingga 1 bulan kepiting berganti kulit. Secara alami, kepiting membutuhkan 2–3 bulan untuk berganti kulit.
Ada 2 teknik mutilasi, yaitu memutus kaki jalan atau memutus kaki jalan dan capit. Kedua teknik itu memiliki keunggulan masing-masing. Untuk teknik putus kaki jalan, ukuran tubuh kepiting setelah berganti kulit lebih besar dibanding ukuran tubuh kepiting yang diputus kaki serta capitnya.
Namun, kelemahan kepiting yang diputus kaki jalannya tidak dapat digabung dengan kepiting lain dalam satu kotak karena rentan kanibalisme. Sementara itu, teknik putus kaki jalan dan capit, kepiting dapat digabung dengan kepiting lain dalam satu kotak. Namun, tingkat kematian kepiting tanpa capit lebih tinggi karena kepiting sulit untuk makan.
Kedua teknik itu dapat digunakan bergantung pada pembudidaya. Bagi Omar, ia lebih menyukai memutus 6 kaki jalan dan 2 capit. Alasannya, agar dalam satu boks budidaya dapat diisi hingga 5 ekor kepiting. Hal itu lebih menguntungkan karena padat tebar lebih banyak.