Tinggal 60 km dari selatan Laut Jawa, Purnanik, A.Pi menggantungkan kehidupannya pada laut dengan mengolah ikan kakap putih, tuna, dan kurisi. Omzetnya ratusan juta rupiah per bulan.

Kelautan Perikanan (TUK-LSP-KP).
Trubus — Di tangan Purnanik, A.Pi. ikan kakap putih, tuna, dan kurisi berubah menjadi beragam olahan seperti bakso, siomai, fish row roll, keong mas, dan kaki naga. Ada juga olahan lain berbahan udang seperti tempura, naget, dan udang gulung. Total jenderal ia mengolah 32 variasi makanan. Omzet perempuan pengusaha itu Rp350 juta—Rp400 juta setiap bulan. Keuntungan sekitar 30% dari omzet sehingga ia mengantongi laba Rp105 juta—Rp120 juta.
Ketika memulai usaha pada 2007, Ani—begitu sapaannya—hanya mengolah 900 kilogram bahan baku. Ketika permintaan olahan berbahan baku ikan kian meningkat, kebutuhan bahan baku pun melonjak. Kini ia mengolah 10—15 ton bahan baku per bulan. Ani mendapatkan bahan baku dari Tegal, Provinsi Jawa Tengah dan Pasuruan (Jawa Timur) berupa surimi dan mince karena lebih praktis dan tak menghasilkan limbah.
Bersih dan bermutu

pelatihan untuk instansi (pemerintah dan swasta) dan perorangan. (Dok. CV Bening Jati Anugrah)
Surimi adalah daging ikan yang diproses dengan mesin dan menjalani pencucian berulang menggunakan air bersalinitas. Adapun mince atau daging lumat merupakan daging ikan yang dipisahkan dari tulang, lalu digiling halus. Ani menjamin surimi dan mince itu berasal dari ikan laut segar. Ia mengombinasikan surimi, mince, udang, sayuran (wortel dan cabai), bawang putih, dan racikan bumbu untuk memproduksi beragam olahan ikan itu.
Semua bahan baku itu melalui 8 tahapan yaitu pemilihan bahan, penimbangan, pengadonan, pencetakan, pengukusan, penirisan, pengemasan, dan pembekuan cepat (berkapasitas 600 kg). Semua proses itu berlangsung 40 menit dan melibatkan 15 karyawan. Selanjutnya produk olahan pindah ke ruang penyimpanan (cold storage) berkapasitas 20 ton, lalu ke ruang display.

penghargaan sebagai UKM berprestasi. (Dok. Trubus)
Semua proses produksi dan produk akhir dijamin aman dan sehat lantaran Ani memperoleh sertifikat sistem manajemen keamanan pangan internasional, Hazard Analysis & Critical Control Point (HACCP). Selain itu Benning Food—produk bikinan Ani—pun terjamin mutunya. Musababnya perusahan seluas 3.200 m² itu juga mendapatkan sertifikat manajemen mutu internasional, ISO 9001:2008.
Alumnus Sekolah Tinggi Perikanan itu selalu memperbaharui sertifikat itu setiap tahun agar selalu mendapatkan versi terbaru. “Misi utama kami adalah menghasilkan makanan sehat,” kata perempuan kelahiran Yogyakarta 50 tahun lalu itu. Ani menekuni bisnis pengolahan ikan laut secara tak sengaja. Semula ia hanya menjual produk olahan ikan bikinan seorang teman di Muara Baru, Jakarta Utara.

Ibu 4 anak itu menjual 4 ton produk per bulan kepada konsumen tetap di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Sayang, usaha kawan itu bermasalah sehingga pasokan makanan sehat itu terhenti. Ani pun mengajak kawan itu untuk bekerja sama memproduksi makanan berbahan ikan. Namun, sang kawan menolak. Padahal, Ani sudah mempersiapkan semua peralatan produksi dan tempat.
“Pada 2007 itu saya pun mulai memproduksi makanan berbahan ikan sendiri,” kata pemilik CV Bening Jati Anugrah (Beja) itu. Hingga kini selama 10 tahun, Ani konsisten memproduksi olahan ikan laut. Ani membagi produknya menjadi 4 bagian yaitu A, B, C, dan D. Pembagian bagian A-D itu tidak berhubungan dengan mutu, tetapi berdasarkan target konsumen.
Produk bermutu

Konsumen utama produk bagian A adalah hotel di Jakarta dan sekitarnya. Untuk memasarkan produk bagian A itu seorang pemasok membeli curah dan melabelinya sendiri. Produk bagian A berbahan utama surimi karena tidak amis, lembut di lidah, dan tidak beraroma khas ikan sesuai permintaan konsumen. Sementara produk bagian B yang terbuat dari campuran surimi dan mince diperuntukkan untuk masyarakat umum.
Penyebaran produk bagian B melalui distributor, agen, dan penjual yang tersebar di berbagai daerah seperti Bandung, Provinsi Jawa Barat, Semarang (Jawa Tengah), dan Surabaya (Jawa Timur). Untuk memasok pasar modern dan katering Ani mengandalkan produk bagian C berbahan daging lumat yang jumlahnya banyak, tapi harganya relatif murah. Adapun produk bagian D untuk binaan Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Bogor, Jawa Barat, bekerja sama dengan Ani.

Benning Food. (Dok. CV Bening Jati Anugrah)
Konsumen terbesar produk Benning Food adalah hotel (50%), agen (35%), dan pasar modern (15%). Selain memproduksi makanan sehat berbahan ikan, sektor bisnis Ani adalah perdagangan. Ia rutin memasok 4 ton beragam ikan laut seperti kembung, tongkol, gurita, dan sotong per bulan untuk SeaWorld Ancol, Jakarta Utara. “Ikan itu menjadi pakan ikan penghuni SeaWorld,” kata Ani.

Sumber pendapatan Ani juga berasal dari pelatihan. Pada 2011 perusahaan milik Ani, CV Bening Jati Anugrah (Beja) mendapatkan sertifikat Pusat Pelatihan Mandiri Kelautan dan Perikanan (P2MKP) dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Sejak saat itu Ani menjadi pemateri pelatihan pengolahan ikan untuk Indonesia bagian timur berkolaborasi dengan Kementerian Perindustrian.
Setelah itu Ani juga melakukan pelatihan di perusahaannya yang berlokasi di Parung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Lebih dari 500 orang mengikuti magang, kursus, dan pelatihan. Peserta berasal dari instansi pemerintah, sekolah, universitas, dan perorangan. CV Beja juga menjadi salah satu usaha kecil menengah (UKM) di Indonesia yang menjadi Tempat Uji Kompetensi Lembaga Sertifikasi Profesi Kelautan Perikanan (TUK-LSP-KP).

merupakan daging ikan yang dipisahkan dari tulang, lalu digiling halus.
UKM lainnya di Ternate, Maluku Utara, yang membidangi sertifikasi budidaya laut. “Sementara kami melayani sertifikasi budidaya air tawar, mesin perikanan, dan pengolahan,” kata perempuan kelahiran 27 Desember 1967 itu. Kesungguhan dan kerja keras CV Beja memproduksi makanan sehat berbahan ikan diganjar penghargaan Usaha Kecil Menengah (UKM) Berprestasi Tingkat Kabupaten Bogor dari Bupati Bogor pada 2014.
Ani yang berpengalaman membudidayakan ikan air tawar itu berharap tetap eksis di bisnis pengolahan ikan. Harapan lainnya bisa memberikan sesuatu yang bermanfaat untuk karyawan, orang yang menimba ilmu di CV Beja sehingga menjadi wirausaha baru, dan masyarakat sekitar. (Riefza Vebriansyah)