Trubus.id—Mengombinasikan teknologi menanam tin dan menebar lele sekaligus atau biasa disebut akuaponik, dapat mendatangkan laba ganda. Anda dapat menggunakan kolam lele berbahan terpal di sisi rumah tanam tin.
Ukuran kolam bervariasi misalnya 1,8 m x 4 m atau 1,7 m x 3,5 m sesuai ketersediaan lahan. Pengisian air dalam kolam hingga ketinggian 50 cm dan dapat menghubungkan kedua kolam itu dengan pipa berkran.
Ikan lele memiliki pertumbuhan lebih bandel daripada ikan konsumsi lain seperti nila. Populasi ikan tinggi sehingga limbah di kolam juga lebih banyak. Kolam itu pun menjadi tempat fermentasi utama untuk mengurai kotoran lele atau sisa pakan.
Anda dapat memanfaatkan limbahnya untuk memasok nutrisi tanaman tin. Tanpa pengolahan, tanaman tin tidak dapat memanfaatkan kotoran lele yang masih baru atau sisa pakan, bahkan dapat meracuni.
Anda dapat mengurai limbah–sisa pakan dan kotoran di kolam itu dengan bantuan bakteri dalam pupuk organik cair (POC). Pemberian 1 botol atau setara 1 liter POC per kolam.
Frekuensi pemberian 1—2 kali per pekan tergantung kepekatannya di air. Air dari kolam yang telah kaya nutrisi dan siap diserap tanaman.
Dengan bantuan pompa, air dari kolam mengalir ke tanaman dalam rumah plastik melewati jaringan pipa polivinil klorida (PVC). Dari pipa yang dilengkapi selang distribusi, nutrisi mengalir ke tanaman.
Tanaman tin dapat disusun berdasarkan umur dan jenis tin dan pemasangan pipa PVC di setiap lajur tanaman. Karena berbeda umur dan ukuran tanaman sehingga dosis nutrisi pun berbeda antarlajur.
Tanaman tinggi mendapatkan air dan nutrisi lebih banyak, sedangkan tanaman kecil kebutuhannya lebih sedikit. Tanaman tin memperoleh jatah nutrisi dari air kolam setiap pagi hari.
Menurut Petani tin di Desa Bumirejo, Kecamatan Karangawen, Kabupaten Demak, Provinsi Jawa Tengah, Yatmono kelebihan sistem akuaponik dapat mengontrol nutrisi tanaman sehingga pehobi dapat mengatur waktu penambahan pupuk organik cair.
Selain itu menurut Yatmono sistem akuaponik tin dan lele dapat menghemat pupuk. Ia tinggal membeli pupuk daun dan pupuk mikro sebagai asupan tambahan dan pelengkap nutrisi.
Karena semua kebutuhan tanaman telah dipenuhi, tanaman tumbuh lebih cepat sehingga lebih cepat berbuah. Daun pun tidak kena karat. Pemberian nutrisi lebih praktis sehingga tidak perlu capai menyiram dan memupuk. Cukup dengan mengaktifkan pompa, air pun mengalir ke tanaman.
Selain itu, menurut Yatmono dapat mengatur pH air dan tanah dengan pemakaian pupuk pelengkap cair. Tinggal melihat kondisi air jika hendak memberi pupuk.
“Bila warna air hijau, itu tanda cukup nutrisi. Kalau air agak bening itu tanda nutrisi kurang sehingga perlu segera menambahkan pupuk organik cair. Dengan sistem akuaponik, ia memangkas biaya produksi hingga 60%,” ujar Yatmono.