Trubus.id—Menurut Global Burden of Cancer (GLOBOCAN) kasus kanker darah atau leukemia di Indonesia mencapai 14.979 kasus baru dengan 11.530 kasus kematian akibat leukemia pada 2020. Kondisi itu merupakan kasus terbesar ke-9 di dunia.
Sel kanker pada penderita leukemia menyerang sumsum tulang yang berperan sebagai produsen komponen sel darah yakni sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan sistem darah (trombosit).
Dampaknya produksi sel darah menjadi tidak normal sehingga menimbulkan gejala. Secara medis, terdapat beberapa upaya pengobatan leukemia.
Ketua Umum Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia (PDPOTJI), dr. Inggrid Tania, M.Si., menyatakan, tiga upaya pengobatan kanker darah dapat dilakukan dengan kemoterapi, radioterapi, serta transplantasi sumsum tulang dan transplantasi sel induk (hematopoietic stem cell).
“Pengobatan kanker darah membutuhkan beberapa pertimbangan antara lain tipe kanker darah, usia pasien, stadium atau perkembangan kanker, serta seberapa besar potensi kanker memengaruhi organ vital lainnya,” tutur Inggrid.
Adapun upaya penanganan kanker khususnya leukemia terus berkembang di kalangan periset, salah satunya riset Unang Supratman dan rekan.
Periset dari Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Padjadjaran, itu menelusuri potensi senyawa golongan steroid dari kulit batang sejenis mahoni (Aglaia glabrata) melawan pertumbuhan sel kanker darah.
Masyarakat di bagian selatan Pulau Sulawesi kerap memanfaatkan tanaman anggota keluarga Meliaceae itu untuk mengatasi demam dan luka memar. Unang dan rekan mengambil bahan kulit batang A. glabrata dari Kebun Raya Bogor, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat.
Sel kanker yang digunakan pada penelitian merupakan sel kanker leukemia murine P-388. Sel kanker itu sudah umum dimanfaatkan dunia riset dalam uji sitoksisitas atau penghambatan pertumbuhan sel.
Hasil ekstraksi serbuk kulit batang kering A. glabrata menghasilkan lima senyawa golongan steroid yang berpotensi melawan pertumbuhan sel kanker darah. Dari lima senyawa itu, aktivitas merusak sel paling kuat yakni pada stigmasterol dengan konsentrasi 50% untuk menghambat pertumbuhan sel kanker.
Nilai IC50 stigmasterol sebesar 12,2 µg/mL. Kemampuan itu ditunjukkan dengan tidak terbentuknya gugus gula ketika pengujian kemampuan melawan pertumbuhan sel kanker.
Menurut Unang keberadaan gula dan gugus hidroksil dalam struktur steroid dapat menurunkan aktivitas sitotoksik. Steroid pada dasarnya merupakan golongan obat antiradang yang tidak jarang juga dimanfaatkan dalam pengobatan gangguan sistem imun tubuh.
Penyalahgunaan steroid dapat memberikan dampak buruk bagi tubuh sehingga perlu perhatian dan pengawasan oleh pihak yang berkompeten dalam konsumsinya.
Serupa halnya dengan pemanfaatan A. glabrata yang masih membutuhkan riset lanjutan untuk menjadikan tanaman itu sebagai sumber steroid yang aman untuk manusia khsususnya pengidap leukemia.
Unang menjelaskan dalam Chimica et Natura Acta 2023 bahwa genus Aglaia memiliki lebih dari 100 spesies yang mayoritas tersebar di hutan hujan tropis wilayah Indonesia dan Malaysia.
Hasil penelitian terdahulu mengungkapkan bahwa terdapat senyawa dengan aktivitas biologis menarik pada tanaman dalam genus Aglaia.
Senyawa hasil investigasi fitokimia pada tanaman itu yakni rokaglamida, bisamida, triterpenoid tipe damaran, triterpenoid tipe sikloartan, steroid, dan flavonoid.