
Komunitas mancing berkembang. Anggota belajar seluk-beluk memancing.
Bertahun-tahun menekuni hobi mancing, Abdiansah menyerahkan urusan meramu umpan pada cady atau asisten peramu umpan. Bagi pehobi pemula, meramu umpan bukan hal mudah. Salah komposisi dan penambahan aroma, hasrat mengangkat ikan dari mata kail hanya impian kosong. Karyawan PD Air Minum di Jakarta itu, sejatinya juga ingin meramu sendiri. Itulah sebabnya sejak Oktober 2010 pria 36 tahun itu bergabung dengan Pemancing Depok Community (CIDEC) untuk meningkatkan keahlian memancingnya.
“Saya sekarang bisa meramu umpan sendiri untuk lomba tanpa perlu asisten,” ujar pehobi di Depok, Jawa Barat, itu. Nun di Bogor, Jawa Barat, Andrian juga merasakan manfaat setelah bergabung di komunitas mancing Bogor Angler Community (BAC). “Saya memperoleh rekomendasi lokasi beli peralatan mancing berkualitas, murah harganya, tanpa takut tertipu,” kata pehobi sejak Mei 2014 itu.

Ratusan
Pemancing Depok Community dan Bogor Angler Community hanya 2 contoh wadah bagi para pehobi mancing yang sejak 2 tahun lalu tumbuh bak jamur pada musim hujan. “Komunitas menjadi identitas yang dapat mewakili domisili asal pemancing, sistem mancing, atau kelas mancing,” kata Asep Saefudin, pehobi di Depok. Di Depok dan Bogor saja terdapat 100-an komunitas mancing dengan anggota beragam. Komunitas kecil dengan anggota puluhan pehobi, hingga besar dengan jumlah puluhan ribu pehobi seperti pada komunitas Fishy Forum.
Menurut Saifuloh, ketua, Pemancing Depok Community yang berdiri sejak 23 Oktober 2010 itu kini memiliki 26 anggota. “Jumlah itu merupakan pehobi aktif. Kalau pehobi yang menyukai komunitas kami di jejaring sosial mencapai ratusan,” ujar Saifuloh. Wakil ketua Bogor Angler Community, Anton Suryadi, menyampaikan hal senada. Menurut Anton pehobi yang menyukai Bogor Angler Community yang berdiri pada 2 Maret 2013 itu mendekati ribuan.

“Yang benar-benar aktif sekitar 150 pehobi mulai dari pengusaha, pedagang, hingga pegawai negeri. Mereka rata-rata berumur di bawah 40 tahun,” ujar pria 38 tahun itu. Sementara Fahmi dari Kaskus Fishing Community yang memiliki wilayah sebaran di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi, menuturkan komunitasnya memiliki 300 anggota aktif. “Sekitar 35% dari anggota aktif adalah pemancing laut,” kata Fahmi. Kaskus Fishing Community yang berdiri sejak Juni 2010 itu memang mewadahi pehobi mancing air tawar dan air laut. Komunitas yang memiliki slogan fishing doesn’t need any rules itu mempunyai struktur organisasi khusus dengan masa jabatan selama 5 tahun.
Komunitas-komunitas itu cukup longgar dalam menerima anggota. “Cukup bergabung di media sosial kami dan mengikuti kegiatan rutin komunitas sudah bisa dikatakan anggota,” ujar Anton. Lantas bagaimana pehobi yang bergabung lebih dari satu komunitas? Anton menjelaskan hal itu dipersilakan selama pehobi memang bersedia. Contohnya Burhan yang tergabung di CIDEC dan BAC. “Dengan bergabung di 2 komunitas, teman saya bertambah banyak dan aktivitas mancing saya jadi lebih sering,” ujarnya.

Arisan
Eksistensi komunitas sangat bergantung kepada keaktifan anggota. Hal itu yang disadari oleh Billy Wijaya, anggota Pemancing Depok Community. “Tanpa loyalitas anggota, biasanya komunitas akan jalan di tempat, hanya tinggal nama,” katanya. Salah satu cara agar komunitas tetap berjalan adalah dengan mengadakan kegiatan rutin. Pemancing Depok Community, misalnya, rutin menggelar arisan bulanan. Setiap anggota dipungut biaya Rp50.000 per bulan. “Dana yang terkumpul digunakan untuk tiket mancing, jika juara, separuh hadiah lomba untuk yang dapat arisan dan sisanya untuk kas CIDEC,” kata Billy.

Lain lagi kegiatan rutin Bogor Angler Community untuk mempererat anggota. “Kami setiap 2 bulan menyewa kolam budidaya ikan selama satu hari untuk dijadikan kolam pemancingan,” kata Anton. Trubus menyaksikannya saat komunitas itu menyewa kolam gurami di Ranca Bungur, Bogor, Jawa Barat, pada medio Agustus 2014. Kolam 100 m2 berisi 160 gurami berbobot rata-rata 500—700 gram itu disewa seharga Rp5-juta.
“Pemancing yang ikut memang dibatasi 22 orang menyesuaikan ukuran kolam,” ujar Anton. Hadiah lomba mancing gurami itu berasal dari biaya peserta sebesar Rp250.000 per orang plus dana dari sponsor dan donatur. Keberadaan sponsor dan donatur penting untuk memangkas biaya tiket mancing. “Sebagian dana bisa dialokasi menjadi hadiah lomba,” ujar Anton.
Menurut Asep Saefudin, salah satu donatur di Bogor Angler Community, sumbangan dana menjadi wujud solidaritas dan kepedulian sesama penggemar mancing. “Ini agar komunitas terus semangat untuk maju,” ujar Asep. Hal senada disampaikan Sumaryono dari Jempol, perusahaan umpan mancing di Bintaro, Tangerang, Provinsi Banten. “Menjadi sponsor lomba berarti mendekatkan diri kami sebagai produsen dan pemancing sebagai konsumen,” kata Kang Ito, sapaan Sumaryono.

Langkah berbeda ditempuh Kaskus Fishing Community untuk menunjukkan eksistensinya. Mereka justru rutin mengadakan kegiatan sosial setiap tahun seperti Angler Berkurban. Kegiatan kurban itu dilakukan di desa-desa nelayan di pesisir. Seperti yang sudah dilakukan di Merak, Provinsi Banten dan Pulau Untung Jawa di Kepulauan Seribu Selatan, Jakarta. “Pada 2013 kami menyumbang 2 sapi dan 7 kambing di Merak,” ujar Fahmi. Itulah potret positif komunitas mancing yang memiliki beragam manfaat. (Rizky Fadhilah)